Jepang, Beberapa hari setelah kematian Baekhyun
Hari itu, Jinki sedang jalan-jalan sore sendirian di sekitar rumahnya ketika dia melihat seorang anak kecil sedang duduk sendirian di taman yang tak sengaja dia lewati. Anak kecil itu memungguninya dan menundukkan kepalanya menatap sisi lain taman itu. Dia ingin menghampirinya dan bertanya, apa yang sedang di lakukannya? Dan, kenapa dia sendirian? Namun dia menghentikan langkahnya yang akan menghampiri anak itu ketika sebuah seruan terdengar ke telinganya.
"-Una! Haruna!"
Anak itu mengangkat kepalanya lalu meloncat dari duduknya di kursi ayunan yang didudukinya setelah melihat siapa yang memanggilnya. Dia berlari dengan kedua tangannya terangkat ke atas dan berseru dengan riang, "Papa!"
Jinki akhirnya menatap orang yang memanggil anak itu dan terdiam ketika melihat sebuah senyuman kebahagian terlihat di wajah orang itu. Orang yang di panggil oleh anak itu dengan sebutan Papa kini sedang menggendong anak itu dan mereka sedang tertawa bahagia.
Ah.
Dia jadi ingat sesuatu.
Dulu dia juga pernah seperti itu.
Dulu selalu ada yang menunggunya pulang setiap harinya.
Dulu selalu ada yang menyambutnya dengan senyuman polos seperti anak itu.
Dulu Baekhyun kecil selalu menunggunya di depan pintu gerbang rumah mereka dan menyambut kedatangannya dengan senyumannya yang sangat manis.
Dan dia akan seperti lelaki yang kini sedang menggendong anak itu, tertawa dengan bahagia dan tersenyum dengan lebar pada anak itu.
Dulu-
Jinki terkejut ketika dia merasakan pipinya basah oleh air mata yang kini telah mengalir entah sejak kapan di kedua pipinya.
Dia mengusap air matanya itu berkali-kali namun tak kunjung berhenti.
Dulu dia selalu melihat Baekhyun tersenyum dengan cerah dan manisnya.
Hingga sekarang terkadang Baekhyun juga masih seperti itu padanya.
Namun kini dia takkan melihatnya lagi.
Dia tidak bisa melihat anak perempuannya yang selalu menunggunya sendirian.
Dia tak bisa melihat anak perempuanya yang selalu ceria padanya.
Dia tidak bisa melihat anak perempuannya yang telah dia dorong sendiri untuk menjauh dari keluarganya sendiri.
Dia tidak bisa melihatnya lagi.
Hingga akhir hidup putrinya, yang dia lakukan hanyalah menyakitinya dan mendorongnya menjauh dari siapapun.
Jinki berteriak mengeluarkan rasa sakit di dadanya dan sesak di tenggorakkannya. Dia yang seharusnya pergi duluan dari dunia ini. Dia yang seharusnya pergi, kenapa harus putrinya?
Kenapa Baekhyun harus pergi dari dunia ini terlebih dahulu?
Kenapa Baekhyun tak mengatakan apapun soal penyakitnya?
Kenapa dia tidak tahu apapun soal kondisi Baekhyun?
Dia punya banyak hal!
Tapi kenapa dia tidak bisa menggunakan banyak hal itu untuk putrinya itu?
Padahal-
Baekhyun selalu menyambutnya dengan senyuman manis dan cerianya ketika dia pulang kerja dengan kondisi yang sangat lelah.
Baekhyun selalu membuatnya merasa lelah itu hilang dengan senyumannya.
Baekhyun selalu-
Mengerti dirinya dengan baik.
Dan dia bekerja semakin keras untuk putrinya itu.
Namun kini semua usahanya seperti sia-sia.
Dia masih ingat dengan jelas ketika mendapatkan telepon dari ponakkannya - Kyung Soo - beberapa hari yang lalu.
Dia masih ingat bagaiamana suara keponakkannya yang terdengar serak dan penuh kesedihan serta beberapa isak tangis di sela-sela perkataannya.
Semua hal yang dia dengar dari ponakkannya hari itu seperti lewat begitu saja, tak dapat dia mengerti apa maksudnya.
Dia terlalu bingung, kaget, dan perasaanya menjadi abu-abu.
"Eum." Hanya itu tanggapannya ketika Kyung Soo akan mengakhiri telepon itu.
"Lakukan apapun yang Kyung Soo inginkan."
Dan dia mengakhiri telepon itu setelahnya.
Dia meletakkan ponselnya kembali ke tempatnya lalu meraih pena yang sebelumnya dia pegang untuk membaca dan membetulkan pekerjaannya.
Baekhyun sudah pergi, paman. Baekhyun sudah pergi dari dunia ini.
"Apa yang di maksud pergi dari dunia ini?"
"Baekhyun hanya berada di sisi lain dunia ini."
Paman, apakah paman ingin melihatnya untuk terakhir kalinya?
"Apanya yang terakhir kalinya? Aku akan melihat Baekhyun lagi suatu hari nanti."
Jinki mengusap air matanya dengan kasar dan menghentikan tangisannya.
Sekarang dia harus pulang.
Dia harus melihat Baekhyun.
Dia harus melihat putrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Italian Whites
FanfictionBaekhyun tidak masalah dengan semua yang terjadi di sekitarnya. Hanya satu yang dia pedulikan. Dan itu adalah lelaki yang membenci dirinya.