Sore itu, Chanyeol masuk ke dalam mansionnya dan menutup pintunya. Dia membenarkan letak tas gandong yang di sampirkan di bahu dengan asal-asalan sebelum mengganti sepatunya dengan sandal rumahnya kemudian melangkah menuju pintu yang ada di sisi kanan di hadapannya. Dia membuka pintu itu, masuk kedalamnya, kemudian menutupnya kembali dan berbalik untuk pergi menuju tangga yang tak jauh dari tempatnya kini berada, sebelum sebuah suara mengagetkannya.
"Sudah pulang?"
Tas yang di bahu kanannya terjatuh akibat suara yang tiba-tiba muncul dan jantungnya berdegup dengan cepat. Chanyeol bergegas menatap ke arah sumber suara dan melihat Byun Baekhyun menjulurkan kepalanya dari dapurnya yang bersebrangan dengan posisinya sekarang.
"Apa yang sedang kamu lakukan disini?" Chanyeol bertanya dengan tidak suka. Dia mengambil tasnya yang terjatuh dan kini menyampirkannya dengan benar.
"Memasak?"
"Kamu bahkan tidak yakin dengan apa yang kamu katakan, apakah kamu benar-benar memasak?"
Baekhyun tak menjawabnya, dia hanya tersenyum tipis kemudian pergi ke depan microwafe yang sedang memanaskan makanannya, meninggalkan Chanyeol yang menghela napas lelah melihat perempuan itu.
"Sejak kapan kamu ada disini?" tanya Chanyeol lagi.
"Tadi siang kalau tidak salah, pokoknya setelah turun gunung aku langsung kesini."
Lalu terdengar suara dentingan dari microwafe membuat Baekhyun tersenyum lebar dan bergegas mengeluarkan masakan yang ada di dalamnya dengan hati-hati.
"Makanannya sudah siap! Chanyeol, ayo kita makan!"
Chanyeol menatap datar tingkah Baekhyun itu. Dia merasa sangat capek, lelah, letih, lesu, ngantuk, pokoknya sudah tak karuan lagi perasaannya itu akibat pekerjaannya, dan di tambahan dengan kehadiran perempuan itu di rumahnya membuatnya sangat pusing, muak dan marah.
"Aku capek, cepatlah pergi dari sini, aku ingin istirahat." Tanggapnya dengan dingin, dia bergegas pergi menuju tangga yang akan mengantarkannya ke kamarnya berada.
Baekhyun yang mendengar Chanyeol berkata seperti itu, langsung berseru - "Mandi dulu! Setelah itu baru tidur, mengerti!?"
Chanyeol hanya menjawab dengan hmm panjang tak peduli dengan apa yang perempuan itu katakan.
*
Baekhyun membuka pintu kamar di hadapannya dengan perlahan, lalu masuk kedalamnya dan menutup pintunya sama pelannya seperti sebelumnya. Bibirnya membentuk senyuman tipis ketika melihat Chanyeol telah tidur tanpa mengganti pakaiannya - masih sama dengan baju yang dia pakai ketika datang ke mansion ini. Lelaki ini selalu saja tak mendengarkan perkataannya.
Baekhyun menghela napasnya.
Dia mendekati lelaki itu yang tidur dengan sangat nyenyak, mungkin jika ada gempa, lelaki itu juga takkan bangun. Dia tersenyum sendiri dengan pemikirannya itu. Tangannya ia ulurkan ke helaian rambut lelaki itu dan menyisirnya dengan perlahan.
Jika dengan menjadi buruk aku dapat bersama Chanyeol, itu tidak masalah.
Apapun akan aku lakukan.
Meskipun itu artinya seluruh dunia berpaling dariku.
Itu tidak apa.
Karena sejak awal, seluruh dunia sudah berpaling dariku
Terkecuali Chanyeol.
Baekhyun menundukkan tubuhnya dan mengecup dahi lelaki itu dengan dalam. Matanya dia pejamkan dengan erat, menyalurkan perasaannya di dalam kecupan itu, lalu berbisik dengan pelan-
"..."
*
Chanyeol yang terbangun akibat suara pintu kamarnya di buka tetap memejamkan matanya. Dia tahu siapa yang masuk ke dalam kamarnya itu, jadi dia memutuskan untuk pura-pura tidur untuk mengatamati. Suara langkah kaki perempuan itu mendekat kearahnya dan dia merasakan salah satu sisi tempat tidurnya menurun akibat perempuan itu duduk di sana. Dia diam tak bergerak dan tetap pura-pura tidur.
Setelah cukup lama diam, perempuan itu bergerak dengan perlahan dan dia merasakan rambutnya di sentuh oleh tangan perempuan itu.
Dia tidak mengerti apa maksud perempuan itu.
Apa yang perempuan itu inginkan sekarang?
Chanyeol baru saja akan melepas kepura-puraannya itu ketika dia merasakan bibir perempuan itu menyentuh dahinya. Dia kembali berpura-pura tidur.
"Maaf."
Jantungnya berdentum dengan keras ketika mendengar suara perempuan itu berbisik pelan padanya. Dadanya merasa sangat sakit ketika Baekhyun mengatakan itu dengan pelan padanya serta bergetar.
Kemudian dia merasakan perempuan itu menjauh darinya dan dia mendengar suara pintu kamarnya yang di buka kemudian di tutup kembali.
Chanyeol membuka matanya dengan perlahan dan langsung menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih dengan kosong, kemudian menatap pintu kamarnya dengan dingin.
"Apa yang kamu rencanakan sekarang, Baek?"
*
Baekhyun kembali ke rumah keluarganya keesokan harinya saat jam masih menunjukkan pukul empat pagi. Dia membuka pintu depan rumahnya dengan perlahan kemudian masuk kedalam.
"Nona Baekhyun?"
Baekhyun terlonjak kaget ketika namanya disebut saat dia berusaha menutup kembali pintu rumah itu. Dia membalikkan badannya dan menemukan salah satu pekerja yang ada di rumah ini berada tak jauh darinya.
"Bibi Lee." Baekhyun menarik bibirnya tipis dan menutup pintu rumah keluarganya itu. "Selamat pagi bibi."
"Selamat pagi Nona, anda dari mana saja? Tuan besar dan Nyona mencari anda selama satu minggu ini."
Baekhyun melangkahkan kakinya menjauh dari sana menuju tangga yang akan mengantarkannya ke tempat kamarnya berada sambil menjawab, "Saya habis bertemu dengan teman saya." jawabnya, kemudian berkata kembali, "Saya akan istirahat sekarang Bi, untuk sarapan nanti, tolong yang untuk saya jangan di buat, jika Papa dan Mama bertanya tentang saya, tolong kasih tahu saja kalau saya baru datang dan sedang istirahat."
"Baik Nona."
Baekhyun berbelok ke arah kanan dimana kamarnya berada ketika dirinya sudah berada di lantai dua rumah keluarganya. Dia berjalan menuju pintu yang berada paling ujung lalu membukanya dan masuk ke dalam sana. Pintu kamarnya dia kunci ganda dengan cepat. Setelah berhasil mengunci pintunya, saat itu juga dia menyerah akan tubuhnya.
Dia berharap tak ada siapapun yang berusaha masuk ke dalam kamarnya hingga dia bangun lagi nanti - yang dirinya sendiri tak tahu kapan bangunnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Italian Whites
FanfictionBaekhyun tidak masalah dengan semua yang terjadi di sekitarnya. Hanya satu yang dia pedulikan. Dan itu adalah lelaki yang membenci dirinya.