13

1.8K 236 10
                                    

Keesokan harinya, sesuai jadwal yang disebutkan oleh Sehun kemarin, Baekhyun datang ke tempat itu dengan ragu.

"Baekhyun! Kemari!"

Baekhyun yang baru saja masuk kedalam restoran makan sederhana itu langsung di sambut oleh seseotang yang menyerukan namanya. Senyumnya langsung mengembang dengan mekar hingga mata dan alisnya menurun saat melihat siapa yang memanggilnya.

Perkiraannya kemarin salah ternyata.

"Bibi Park." Baekhyun bergegas menghampiri perempuan paruh baya itu. Dia membungkukkan badannya dengan sopan sebelum menarik kursi di hadapan Park Hye Jin - Bibi Park - dan duduk disana. "Bagaimana kabar Bibi? Sudah lama kita tidak saling bertemu seperti ini, lagi ya?"

"Bibi selalu sehat, Puji Tuhan. Terakhir kali di Luksemburg ya? Berarti sudah empat bulan ya."

Baekhyun mengangguk membenarkan perkataam wanita itu.

"Baekhyun tidak menyangka Bibi tahu soal rencana itu, padahal Baekhyun sudah sangat yakin tak ada yang tahu dimana cabang berikutnya di buka." ujar Baekhyun setelah hening sejenak.

Bibi Park tertawa, "Kamu belum tahu bibi saja." Tanggapnya. "Kamu pasti belum makan siang, kan? Kita makan dulu yuk, setelah itu baru kita bahas pekerjaannya."

"Baik bi."

*

"Jadi-" Park Hye Jin membersikahkan mulutnya dengan serbet perlahan setelah menyelesaikan makan siangnya. Dia menatap Baekhyun yang masih makan dengan perlahan dan lambat. "Bagaimana tawarannya?"

Baekhyun meletakkan peralatan makannya dan menatap Bibi Park, lalu bertanya, "Kenapa Bibi memilih bekerja sama dengan kami? Aku tidak tahu ternyata Bibi juga tertarik dengan usaha seperti ini, jadi aku ingin tahu dulu alasan Bibi kenapa tertarik bekerja sama dengan kami?"

Hye Jin mengangguk, dia mengerti pertanyaan perempuan di hadapannya itu, "Karena aku merasa sangat tertarik dengan konsep yang kamu usung. Galeri dan kafe disatukan dalam satu ruangan. Menikmati karya seni dengan santai sambil berbincang-bincang, itu ide yang sangat bagus. Terlebih lagi, disini belum ada yang seperti itu, jadi Bibi merasa tertarik. Kamu tahu sendiri, aku sangat suka dengan seni, apapun yang berkaitan dengan seni, setidaknya aku harus ikut serta di dalamnya, terlebih lagi kamu adalah orang yang sangat dekat denganku, jadi mengapa tidak aku mengajak bekerja sama?"

"Lalu bagaimana Rumah Sakit Bibi?"

"Tenang saja, Chanyeol sudah mengambil alihnya setelah waktu itu."

Baekhyun terdiam mendengar itu, dia mengambil gelas minumnya dan meminum air mineralnya sedikit.

Park Hye Jin tersenyum tipis melihat gelagat Baekhyun yang langsung diam ketika dia membawa nama putranya ke dalam perbincangan ini. "Lagi pula, apa gunanya dia sekolah kedokteran kalau dia tidak menggunakannya dan fokus berkarir di industri hiburan?"

"Bibi bukanlah orang yang memanfaatkan anaknya hanya karena hal itu." Sindiri Baekhyun.

Park Hye Jin merasa puas mendengar perkataan itu, dia tertawa dengan keras lalu diam secepatnya. "Ya, bibi tidak memanfaatkannya, tapi bibi hanya berjaga-jaga."

"Chanyeol mungkin belum menyadarinya - dan mungkin sampai akhirpun dia takkan menyadarinya. Jadi ketika akhirnya dia sadar, aku berharap, dia tidak merasa menyesal terlalu dalam."

Hye Jin menarik napasnya dalam, kemudian berkata dengan pelan dan lembut -

"Baekhyun, bibi dapat dengan mudahnya tahu apa yang terjadi, kamu tahu, kan? Tapi sekarang, bibi hanya akan diam dan takkan ikut campur dengan hal ini. Bibi tidak akan mencari tahu, bibi hanya akan diam hingga waktunya tiba."

"Dan ketika waktunya telah tiba, bibi tidak akan mengasihanimu, karena aku sangat tahu, kamu benci di kasihani. Kamu benci menerima tatapan menyedihkan dari orang lain. Bibi akan mengikuti semua keputusanmu."

"Kalian sudah dewasa, dan kalian sudah tahu mana yang terbaik untuk di ambil."

Hye Jin melebarkan senyumnya lalu langsung merubah topik pembicaraannya sebelum Baekhyun sempat untuk menyerap dengan baik apa yang dikatakan oleh wanita itu.

"Jadi bagaimana? Kamu setujukan?" tanya Hye Jin dengan senyuman khasnya.

*

"Eomma."

Sebuah panggilan terdengar dan membuat mereka menghentikan perbincangan mereka.

Baekhyun mengangkat kepalanya dan bertemu pandangan dengan dua orang yang belakangan ini sering banget bertemu dengannya - dan itu membuatnya muak. Dia menatap kedua orang itu yang bersebrangan dengan posisinya sekilas lalu membereskan barang-barangnya dan menatap Hye Jin yang kini menatapnya dengan lembut.

"Kalau gitu, saya pergi dulu Bibi, terimakasih atas makan siangnya dan saya senang dapat bekerja sama dengan bibi." Baekhyun bangkit dari duduknya dan berdiri di samping meja itu.

Hye Jin berdiri dari kursinya lalu melebarkan tangannya untuk memeluk Baekhyun. Dia mengusap punggung perempuan itu sebentar, kemudian melepaskannya, "Mari kita berbincang-bincang lagi kapan-kapan, aku ingin mendengarkan hal menarik lainnya."

Baekhyun tertawa kecil, "Siap Bi! Kalau begitu saya permisi." Baekhyun membungkukkan badannya sopan lalu pergi dari tempat itu tanpa mempedulikan dua orang yang menatapnya dengan tidak suka dan penuh amarah.

"Eomma masih berhubungan dengan dia?" Chanyeol menarik kursi yang sebelumnya di tempati oleh tasnya Baekhyun untuk Jin ah, kemudian dia duduk di tempat perempuan itu duduk sebelumnya.

"Dia siapa?" Hye Jin tersenyum tipis menanggapi perkataan putranya.

Chanyeol diam mendengar perkataan itu lalu tak mengatakan apapun, karena dia tahu, berdebat dengan ibunya dia tidak akan pernah menang.

Hye Jin puas dengan tanggapan yang diberikab anaknya, dia tersenyum lebar lalu bertanya, "Jadi bagaimana dengan fitting baju pernikahan kalian?"

Jin Ah menarik bibirnya dan membentuk senyuman lembut, "Sangat sempurna Bi, Jin Ah sangat menyukainya, itu sangat anggun dan luar biasa." Chanyeol mengangguk, dia bahkan kembali terpesona oleh tunangannya ketika terbalut oleh gaun pernikahan mereka kelak.

"Baguslah kalau kalian menyukainya." Tanggap Hye Jin, "Apakah kalian sudah makan siang?"

"Belum eomma, setelah fitting, kami ingin segera bertemu dengan eomma." jawab Chanyeol.

"Kalau gitu pesanlah makan siang. Eomna sudah makan siang dengan Baekhyun sebelumnya."

Chanyeol terdiam mendengar perkataan itu, dia melirik tunangannya dan menyuruh perempuan itu memesankan makanan untuk mereka berdua, kemudian dia menatap ibunya.

"Apa yang eomma bicarakan dengannya?"

Hye Jin meminum teh pesanannya sebelumnya, "Hanya berbicara bisnis dan beberapa hal."

"Dan apa beberapa hal itu?"

Hye Jin menatap putranya yang terkuhat tidak suka dengan jawabannya, "Kenapa?"

"Aku tidak suka eomma dekat dengannya." Aku Chanyeol.

Hye Jin menarik bibirnya tipis, "Jadi kamu melarangku berhubungan dengannya? Kenapa?"

"Eomma tahu sendiri apa yang dia lakukan waktu itu, kenapa eomma masih menjalin hubungan dengannya?"

Jin Ah menatap anak dan ibu itu dengan gelisah, namun dia setuju dengan perkataan Chanyeol.

"Lalu?" tanya Hye Jin tenang.

"Eomma!"

Hye Jin meletakkan cangkir tehnya dengan perlahan, "Chanyeol, menurutmu kenapa dia kembali kesini?" lalu menatap putranya yang mengerutkan dahinya dalam.

"Aku tidak peduli dengan alasan kenapa dia kembali kesini. Aku hanya peduli dengan kenyamanan dan kedamaian yang ada ketika dia tidak ada di sekitar kita."

Hye Jin menganggukkan kepalanya mendengar itu, lalu berkata -

"Kalau begitu, kamu harus peduli kehadirannya sekarang."

Dan dia tersenyum dengan beribu makna setelahnya.

Italian WhitesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang