Baekhyun mengambil ponselnya dengan ragu ketika dering pertanda telepon masuknya berbunyi. Dia melihat nama penelepon itu dan dengan ragu lagi dia mengangkatnya.
"Ya, Papa." Jawabnya.
"Kapan kamu kembali ke Korea? Kenapa tidak memberi tahu Papa terlebih dahulu?"
Baekhyun tersenyum tipis mendengar perkataan dengan nada dingin dan tidak suka itu. "Belum lama ini, aku harus mengurusi beberapa hal dulu dan belum sempat memberi tahu Papa."
Ada hela napas di sebrang sana, "Cepat temui aku sekarang juga, kita harus bertemu."
"Ya, Papa."
Kemudian sambungan telepon itu terputus.
Baekhyun meletakkan ponselnya ke atas meja makan dimana tempatnya berada sebelumnya kemudian kembali ke bak cuci piring dan menyalakan keran airnya. Dia bawa tangannya yang melepuh ke bawah keran air itu dan mengalirinya beberapa saat.
Sepertinya sudah cukup.
Baekhyun mematikan keran airnya, kemudian mengeringkan tangannya dengan asal-asalan. Dia berjalan menuju laci tempatnya menyimpan perlatan kesehatannya dan menemukan perban. Dia mengambilnya lalu membaluti tangannya yang melepuh dengan asal-asalan - yang penting tangannya itu tertutupi dan dia akan memeriksa ke Kyung Soo setelah bertemu dengan Papanya.
Baekhyun meraih ponselnya kemudian mengambil kunci mobil beserta dompetnya yang tak jauh dari ponselnya berada kemudian keluar dari mansionnya itu.
*
Pagi itu, Chanyeol akan berangkat kerja dengan penuh semangat yang sangat jarang-jarang dimilikinya. Namun ketika dia membuka pintu apartemennya dan akan menutupnya, dia melihat perempuan itu melakukan hal yang sama dengannya.
Semangatnya langsung menguap begitu saja.
Dia jadi tidak ingin pergi bekerja.
Chanyeol langsung berjalan ke depan lift dan berusaha tak mengacuhkan kehadiran perempuan itu ketika berdiri di sampingnya - sama - sama menunggu lift tiba di lantai mereka.
Tak lama kemudian, pintu lift terbuka, Chanyeol masuk lebih dahulu, dan menekan tombol lantai parkir lalu berdiri di bagian belakang lift.
Baekhyunpun masuk kedalam lift, kemudian menekan tombol lantai lobby gedung mereka dan berdiri tepat di depan pintu lift.
Chanyeol mengeratkan rahangnya dan berusaha menahan mulutnya untuk tidak mengujarkan kalimat-kalimat jahat pada perempuan itu. Dia mentap perempuan itu dari atas hingga ke bawah dengan sinis, lalu perhatiannya tertuju pada tangan kiri perempuan itu yang di balut asal-asalan.
Apakah perempuan itu sedang mencari perhatian padanya?
Bunyi dentingan pertanda lift telah sampai membuatnya sadat kembali dari lamunannya, kemudian dia melihat perempuan itu keluar dari lift. Dia mendengus dengan keras kemudian segera menekan tombol menutup pintu liftnya.
Perempuan itu masih sama saja sejak dulu dan dia semakin membencinya.
*
"Papa." Baekhyun membungkuk dengan sopan ketika telah dipersilahkan untuk memasuki ruang kerja Papanya itu.
Byun Jin Ki mengangkat kealanya dari tumpukan berkasnya yang sedang dibacanya dan menemukan putri keduanya telah hadir.
"Duduklah." Perintahnya.
Baekhyun mengangguk, kemudian duduk di slah satu sofa yang ada di ruangan itu.
Jin Ki berdiri dari kursinya kemudian duduk di sofa yang berhadapan dengan Baekhyun. Dia menatap putrinya dengan seksama, kemudian bertanya, "Kenapa kamu kembali kesini? Bukankah Papa sudah bilang jangan kembali kesini?"
"Saya harus mengurus pembukaan cabang bisnis saya dengan Oh Sehun disini, jadi saya akan tinggal untuk beberapa bulan saja, setelah itu saya akan kembali ke Swiss."
"Bagus, kalau bisa kamu harus sudah pergi bulan depan." Tanggap Jinki. "Kamu tahukan adikmu akan menikah bulan depan dengan Chanyeol? Aku tidak ingin hal yang terjadi dulu terulang dan membuat Jin Ah trauma."
"Akan saya pastikan itu tidak akan terulang kembali."
"Tepati perkataanmu."
Baekhyun mengangguk pasti.
Kemudian mereka saling diam satu sama lain. Jinki menatap putrinya itu sekali lagi dari atas hingga kebawah. Setelah tiga tahun tidak bertemu dia rasa putrinya itu tidak berubah sama sekali. Atau mungkin dia tidak ingat bagaimana putrinya itu tiga tahun yang lalu.
Dahinya berkerut ketika melihat salah satu tangan puteinya itu di perban dengan tidak rapih, kemudian dia berkata, "Urusi dirimu dengan baik, jangan sampai orang-orang berpikir kami tidak mengurusmu dengan baik. Kamu sudah dewasa."
Baekhyun menarik tangan kirinya dan menutupinya dengan tangan kanannya, "Baik."
"Kalau gitu kamu bisa pergi. Aku ingatkan lagi, cepatlah selesaikan masalahmu disini dan pergilang sebelum hari pernikahan adikmu."
"Baik."
"Kamu sudah boleh pergi."
Baekhyun berdiri dari duduknya, dia membungkukkan badannya dengan sopan, kemudain keluar dari ruangan itu.
Baekhyun harus bertemu dengan Kyung Soo dan membetulkan balutan perbannya.
*
Kyung Soo benar-benar tidak percaya dengan apa yang di lihatnya sekarang. Dia manarik napasnya dalam dan berusaha menahan segala omelan yang sudah muncul di benaknya. Dia harus mengurusi masalah yang satu ini dulu.
Dia membuka perban itu dengan perlahan. Ketika sudah selesai membukanya, dia kembali menarik napasnya dalam dan berusaha menenangkan dirinya kembali. Dia harus tahan, ini juga bukan salahnya perempuan itu.
Tapi kenapa dia selalu tidak peduli dengan dirinya sendiri!?
"Aku tahu kamu tidak bisa merasakan apa yang namanya sakit itu. Tapi seharusnya kamu tahu apa yang harus kamu lakukan ketika diri kamu sendiri tersakiti."
"Aku sudah menyiraminya dengan air."
"Aku tahu itu! Lihatlah, tanganmu ini! Mereka bergelembung tapi kamu memperbannya! Dengan asal-aslan lagi!" Ujar Kyung Soo dengan kesal.
Baekhyun hanya dapat diam dan tak mengatakan apapun, membiarkan Kyung Soo untuk mengomelinya sesuka hati.
"Aku akan memberikanmu salep, kamu harus terus memakainya, mengerti?"
Baekhyun mengangguk.
"Jangan hanya mengangguk, kamu juga harus melakukannya!"
"Baekhyun, siapa yang akan mencintai tubuhmu? Bukan orang lain, tapi diri kamu sendiri! Cintailah, sayangilah tubuhmu!"
Baekhyun tertawa mendengar itu, sementara Kyung Soo yang sedang memberikan salep tersenyum tipis mendengar tawanya.
"Sudah! Ingat, jangan kena air dahulu, lalu olesi salep ini setiap pagi dan malem. Setelah lepuhan di tanganmu sembuh, kamu bisa beraktivitas seperti biasanya."
"Baik Eomma." Ujar Baekhyun dengan nada mengejek.
Kyungsoo mendengus, kemudian dia mengacak-ngacak rambut sepupunya itu.
"Mau tinggal disini sebentar? Atau langsung pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Italian Whites
FanfictionBaekhyun tidak masalah dengan semua yang terjadi di sekitarnya. Hanya satu yang dia pedulikan. Dan itu adalah lelaki yang membenci dirinya.