Jinki melirik jam yang ada di meja kerjanya - jam 11 malam lewat 25 menit - ketika mendengar suara ketukan di pintu ruangannya, lalu dia berkata, "Masuk."
Dia sedikit terkejut ketika melihat Baekhyun yang membuka pintunya dan putrinya itu masuk kesana. Lalu dia bertanya, "Ada apa?"
"Saya ingin disini sebentar, bisakah?" Tanya Baekhyun.
"Ada apa? Kenapa tidak tidur di kamarmu?"
"Sepertinya saya tidak bisa tidur." Baekhyun tersenyum tipis.
Jinki dengan ragu mengangguk lalu berkata, "Lakukan sesukamu, asalkan jangan berisik."
Baekhyun mengangguk kemudian berjalan menuju sofa yang menghadap meja kerja tenpat Jinki berada sekarang ini. Dia duduk, kemudian menekuk kakinya di depan dada dan menutup seluruh tubuhnya kecuali kepala dengan selimut yang di bawanya.
Lalu Jinki kembali berkeja dan ruangan itu hening kembali.
Baekhyun yang memeluk lututnya dan menopang dagunya di atas kedua lututnya yang terlipat di depan dada, menatap figure Jinki dari tempatnya dengan cermat. Mengingat semua figure orang tuanya itu satu persatu.
Bagaimana bentuk alisnya.
Bagaimana matanya.
Bagaimana bulu matanya.
Dan seluruh hal yang ada disana.
Baekhyun melihat bahu tegap Papanya itu dan tersenyum tipis ketika melihatnya sedikit membungkuk akibat posisi duduknya.
Padahal Papa dulu duduknya tidak seperti itu.
Dia harus memberitahunya nanti.
Baekhyun menelan salivanya namun terbatuk karena itu dan itu membuat Jinki mengangkat kepalanya dan menatap putrinya dengan bingung ketika suara batuknya terdengar kering dan sakit.
Baekhyun membungkukkan badannya dan memukul-mukul dadanya dengan kuat. Dia berusaha menarik napasnya yang kacau dan menormalkannya.
"Kembalilah ke kamarmu."
Baekhyun yang sudah kembali tenang menggelengkan kepalanya yang tertunduk, bersembunyi di balik lipatan kakinya.
"Saya tidak apa, Papa kembalilah bekerja, jangan pedulikan saya."
Jinki seperti tertanjab sesuatu ketika mendengar itu.
Jangan pedulikan saya.
Dengan perasaan yang tidak nyaman diapun kembali bekerja dn meninggalkan Baekhyun yang kini kembali mengatkat kepalanya dan menatapnya yang bekerja.
Baekhyun memiringkan kepalanya dan menyimpan pipinya di atas lututnya, menatap sebuah almari yang tak jauh darinya di dekat jendela ruangan itu.
Almari yang penuh buku dengan beberapa foto ikut di pajang disana.
Foto keluarga yang mungkin baru-baru ini di ambil - karena tidak ada dirinya disana.
Lalu foto Ibunya.
Foto Kedua orang tuanya.
Foto Luhan ketika wisuda.
Foto Jin Ah ketika lulus sekolah menengah atas.
Foto Jin Ah dan Luhan ketika kecil.
Dan terakhir adalah foto keluarga waktu dulu. Meskipun foto itu berukuran kecil, dia dapat melihatnya dengan jelas.
Baekhyun tersenyum melihat itu.
Itu mungkin adalah foto terakhir mereka saat semuanya belum seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Italian Whites
FanfictionBaekhyun tidak masalah dengan semua yang terjadi di sekitarnya. Hanya satu yang dia pedulikan. Dan itu adalah lelaki yang membenci dirinya.