Lima tahun yang lalu
Itu adalah minggu kedua di bulan Desember saat mereka sedang menyusuri daerah pertokoan yang ada di sana untuk pergi melihat pohon natal terbesar yang berdiri kokoh di pusat pertokoan itu.
Baekhyun menatap punggung lebar lelaji di hadapannya dengan sendu, kemudian berkata, "Ayo kita pacaran!"
Park Chanyeol menghentikan langkahnya dan menatap Byun Baekhyun - yang berjalan di belakangnya - dengan pandangan melebar - terkejut mendengar perkataan itu.
"Jangam bercanda, ulang tahunku sudah lewat." Tanggap lelaki itu sambil tertawa kemudian melanjutkan langkahnya kembali.
Baekhyunpun melakukan hal yang sama dengan lelaki itu, melanjutkan langkahnya menyusuri pertokoan menuju tempat yang mereka tuju. Tanganya mengeratkan mantel yang di gunakannya dan kepalanya melirik kesana kemari melihat pernak-pernik natal yang di pasang oleh para pemilik toko dengan sendu, lalu menatap punggung lelaki itu kembali.
"Natal ini katanya akan minus. Nanti, jangan keluar rumah, kamu tidak tahan dingin." Chanyeol berkata sesuatu namun tak di acuhkan oleh perempuan itu.
Baekhyun tak mengatakan apapun setelah mengucapkan kalimat pertama itu. Dia hanya menatap punggung besar lelaki itu dan tetap mengikutinya berjalan dari belakang.
"Natal nanti, seperti biasa?" Chanyeol kembali bertanya.
"Mungkin." Jawabnya ketika lelaki itu bertanya. "Kenapa, kamu ingin ikut?"
Keluarga Byun memiliki tradisi untuk pergi berlibur ke daerah tertentu untuk merayakan hari natal bersama. Terkadang mereka ke sebuah pulau atau daerah pinggiran, menghabiskan waktu seperti keluarga.
"Sepertinya, tidak masalah, kan?"
"Mama dan Papa pasti menyukainya."
"Kamu ikut?" Chanyeol berhenti melangkah dan menatap Baekhyun yang berhenti melangkah juga di belakangnya.
Dan dia selalu di tinggal di rumah, untuk menjaga rumah itu karena para pengurus rumah di liburkan.
"Entah."
Chanyeol mengangkat alisnya tak percaya dengan apa yang di dengatnya dan menatapnya dengan pandangan bertanya, kenapa?
"Kali ini tidak ikut?"
Sejak sekolah menengah pertama dia selalu tidak ikut kok.
"Ikut, namun lihat nanti, apakah ada yang mengganggu atau tidak."
"Kalau kamu tidak ikut, aku tidak nyaman."
Mereka melanjutkan langkah dan Baekhyun tetap berdiri di belakang lelaki itu dengan senantiasa.
"Keluargaku menyukaimu, jadi tidak perlu khawatir, bukankah mereka sendiri selalu diminta untuk kamu anggap sebagai keluarga sendiri?"
"Tetap saja."
"Dimana Park Chanyeol yang suka masuk menerobos kedalam rumah seperti rumahnya sendiri selama enam tahun kebelakang ini?"
Baekhyun mendengar lelaki itu tertawa kecil dan mengatakan, "Karena disana ada kamu untuk aku ajak main, kalau kamu tidak ada, aku tidak akan melakukannya - sepertinya."
Baekhyun mendengus mendengar kalimat terakhir lelaki itu.
"Sebentar lagi kita sampai, jangan terus berjalan di belakangku Byun, kebiasaanmu itu sangat buruk dari dulu."
Baekhyun tersenyum tipis ketika lelaki itu menarik tangannya untuk berdiri di sampingnya.
Dia menatap tautan tangannya dengan senyuman tipis yang langsung menghilang ketika lelaki itu melepaskannya dan tangannya dimasukkan kedalam saku mantel.
"Lihat! Pohon natalnya sudah terlihat."
Baekhyun mengalihkan pandangannya, mengikuti pandangan lelaki itu.
Dan tak jauh disana dia melihat, pohon natal raksasa yang di dirikan di tengah jalan itu terlihat - tujuan mereka berada disini di tengah suhu yang sangat dingin. Pohin itu sangat terang dan berkilauan di antara salju yang turun dengan perlahan. Orang-orang berkumpul di bawahnya menatap pohon natal itu dan berfoto dengannya.
"Ayo!"
Park Chanyeol berlari terlebih dahulu dan meninggalkannya yang bingung dengan maksud ajakan lelaki itu, lalu tersadar bahwa dirinya di ajak berlomba lari untuk sampai duluan di pohon natal itu.
"Ya! Park Chanyeol!"
Lelaki itu tertawa. Tawanya sangat keras hingga orang-orang memerhatikan mereka. Baekhyun merasa malu dan mempercepat larinya untuk memukul lelaki itu.
Aku tidak bercanda.
Aku mencintaimu.
Sangat mencintaimu.
.
Tanggal 22 Desember.
"Kamu yakin enggak akan ikut?"
Dia menggelengkan kepalanya dan tersenyum lebar. "Aku sudah janji dengan teman-temanku untuk liburan bersama mereka hari ini dan besok." Chanyeol merenggut kecewa ketika mendengarnya. "Maaf, tapi masih ada kak Luhan dan Jin Ah, kan? Kamu dapat bermain dengan mereka meskipun aku tidak ada, biasanya juga seperti itukan?"
"Eum, aku tahu." Park Chanyeol menganggukkan kepalanya.
"Chanyeol! Ayo kita berangkat."
Chanyeol membalikkan badannya menatap Luhan yang melambaikan tangannya pada dirinya untuk segera masuk kedalam mobil.
"Ya, Kak!" Tanggapnya, dia menatap Bsekhyun kembali yang masih berdiri di ambang pintu. "Ja, kalau gitu aku pergi dulu Baek, hati-hati di rumahnya, jika ada apa-apa hubungi aku."
"Eum, aku mengerti."
Chanyeol tersenyum senang kemudian mengacak rambut anak perempuan itu, "Ja, sampai jumpa lusa!"
"Ya."
Chanyeol berlari menuju mobil keluarga Byun yang telah siap berangkat. Dia masuk ke dalam pintu penumpang belakang yang sudah di bukakan oleh Luhan, kemudian menutup pintunya.
"Sampai jumpa lagi, Baek!"
Baekhyun mengangguk, kemudian melambaikan tangannya kepada lelaki itu.
"Eum, sampai jumpa."
Baekhyun menghela napasnya ketika mobil itu telah menghilang dari pandangannya. Dia memutar tubuhnya kemudian menutup pintu rumah itu dan menguncinya.
Dia mengunci semua jendela yang ada di rumah itu beserta pintu-pintunya, meninggalkan pintu kamarnya saja yang di tutup tanpa dikunci.
Dia menatap rumah besar yang kali ini sangat sepi itu.
Ah, tidak, rumah ini selalu sepi ketika natal.
Para sisten rumah tangga sengaja diliburkan untuk pulang berkumpul bersama keluarga mereka dan kini hanya menyisakan dirinya sendiri di rumah besar itu.
Selama satu minggu.
Dia akan sendirian lagi tahun ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Italian Whites
FanfictionBaekhyun tidak masalah dengan semua yang terjadi di sekitarnya. Hanya satu yang dia pedulikan. Dan itu adalah lelaki yang membenci dirinya.