3 Hari Sebelum Pernikahan
Baekhyun tahu bahwa hari demi hari, keadaannya bertambah buruk. Namun dia masih bisa bergerak dan berdiri - meskipun itu sangat lambat -, jadi menurutnya dia masih bisa melalukan apapun yang dia inginkan. Tidak peduli dengan larangan Kyung Soo, dia masih melakukan kegiatan sehari-harinya dengan biasa, seperti mengurus data-data kafe yang dimilikinya.
Dia harus menyelesaikan pengalihan kepimilikan yang dia punya menjadi atas nama Sehun dan Kyung Soo.
Dia yakin kedua orang itu bisa melakukan apa yang diingikannya dengan baik. Meskipun dia baru bertemu dan mengenal Sehun tak lama ini, dia dapat mempercayai lelaki itu.
Karena Sehun sangat berpotensial untuk mengembangkan usaha mereka bersama ini.
Baekhyun terdiam sesaat kemudian menatap tangan kanannya yang menjatukan bolpoin yang sedang dia pegang. Dia mencoba menggerakkannya perlahan, namun tak ada reaksi apapun. Diapun menatap tangan kirinya lalu menggerakan tangan kirinya dengan perlahan. Tangan kirinya masih bergerak. Dia menatap tangan kanannya yang sekarang tidak dapat dia rasakan ataupun gerakkan.
Baekhyun mengambil napasnya dalam lalu meraih bolpointnya dengan tangan kirinya dan kembali melanjutkan apa yang dia kerjakan. Beruntunglah dia sudah mengantisipasi hal ini dengan membiasakan tangan kirinya melakukan apa yang tangan kanannya lakukan.
Tak lama dari itu, pintu ruang kerjanya di ketuk dan dia menyuruh sang pengetuk masuk kedalam ruangannya.
"Jun Ho, ada apa?" Tanyanya saat melihat manejer kafe miliknya itu berada disana.
"Ada yang ingin bertemu denganmu, Hyun-ah." Ujarnya. "Dia sedikit membuat keributan dengan kedatangannya ke kafe kita ini, para pekerja perempuan sudah di ambil perhatiannya olehnya, jadi aku harap kamu akan segera turun dan mendisiplinkan mereka." Jun Ho tertawa kecil di akhir kalimatnya lalu mengerling - menggoda - Baekhyun, "Aku tak tahu kamu mengenal Park Chanyeol."
Baekhyun tertawa pelan mendengar itu, "Aku akan segera kesana, terimakasih telah memberitahuku."
"Ya, sama-sama Hyun-ah."
Kemudian Jun Ho keluar dari ruangan itu.
Baekhyun sekali lagi menarik napasnya dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Dia menutup berkas yang sedang di kerjakannya kemudian berdiri dari kursinya. Dia mengambil jasnya yang dia sampirkan ke kursi lalu menggantungkannya di punggungnya dan berjalan keluar ruangan.
*
Ketika dia turun dari ruang kerjanya yang berada di lantai atas kafe itu, dia dapat melihat para pekerja wanitannya sedang mencuri-curi pandang sambil melakukan tugasnya. Dia menggelengkan kepalanya lalu menegur mereka agar fokus kembali bekerja. Dia mengikuti arah pandang para pekerjanya tertuju sebelumnya dan melihat lelaki itu sedang duduk di sudut depan ruangan itu. Diapun menghampirinya.
*
Chanyeol yang mengalihkan pandangan dari luar jendela kafe tempatnya berada sekarang karena lelah melihat pemandangan jalan tak sengaja melihat siluet Baekhyun yang muncul dari jendela. Diapun mengalihkan pandangannya menatap Baekhyun yang berjalan ke arahnya.
"Apakah kamu sudah meminta ijin Jin Ah untuk bertemu denganku?"
"Kenapa aku harus meminta ijin darinya?"
Baekhyun menghela napas mendengar pertanyaan ini. Diapun menarik kursi di hadapan Chanyeol dan duduk di hadapan lelaki itu. "Ada urusan apa bertemu denganku?" tanya Baekhyun tanpa basa-basi lagi.
Salah satu pelayan datang dan membawakan pesanan Chanyeol dan sebuah air mineral untuk Baekhyun, lalu segera pergi kembali ke tempatnya.
"Aku hanya ingin melihat hasil apa yang Ibu berikan padamu." Chanyeol menatap sekliling kafe itu dan merasa cukup baik dengan desain interiornya, di tambah ada beberapa monumen kecil di beberapa tempat yang cukup menarik di mata dan beberapa foto yang terlihat berseni. Dia berpikir mungkin sebagian besar yang ada disini adalah karya milik Baekhyun, karena ada beberapa foto yang cukup dia kenal.
Di tiang yang ada di tengah ruangan, ada foto pemandangan luar dari rumahnya yang dulu, Baekhyun pernah menunjukkan itu padanya dan dia masih ingat. Lalu dia salah satu dinding yang lain, ada foto tentang tanaman kaktus milik perempuan itu yang di simpan di rumahnya dulu. Ada foto perpustakaannya yang ada di rumah keluarganya. Ada foto anjing miliknya dulu. Ada sebuh buku jurnal yang di blurkan dengan fokus belakang. Ada foto siluetnya saat dulu. Dia masih ingat saat itu ia sedang membungkuk mengatur napas yang satu-satu akibat lomba jarak jauh yang dia ambil.
Dia terdiam cukup lama dan itu menarik perhatian Baekhyun yang kini ikut mengalihkan pandangannya melihat apa yang dilihatnya.
Baekhyun tak menyangka Chanyeol akan datang ke kafenya dan dia lebih tak menyangkanya lagi ketika lelaki itu menatap foto yang menjadi spotlight.
Chanyeol menatap foto berukur besar itu dengan pandangan yang dirinya sendiri tak tahu ekspresi apa yang sekarang wajahnya tunjukan ketika melihat itu.
"Aku tidak mengeri kenapa Ibu sangat menyukaimu meskipun kamu telah melakukan hal yang keji padaku dan Jin Ah."
Baekhyun mengalihkan pandangannya dan menatap Chanyeol ketika mendengar itu.
"Kamu menjebakku, memaksaku, dan membuat Jin Ah hampir mati dua kali."
"Kenapa ibu masih menyukaimu?"
Baekhyun tertawa pelan, "Tanyakan pada Bibi jika kamu ingin tahu jawabannya. Jangan tanyakan padaku."
Chanyeol mengalihkan pandangannya dengan tatapan tajam dan rahangnya yang mengeras, "Jin Ah merasa Ibu tidak menyukainya dan tak mengingkannya untuk menjadi menantunya, gara-gara ibu sangat menyukaimu."
"Aku tak ingin Jin Ah berpikiran seperti itu, Ibu sangat menyukainya dan setuju dia menjadi istriku. Jangan membuat semua hal menjadi rumit lagi, Byun."
"Putuskan hubunganmu dengan ibuku dan pergilah sejauh-jauhnya."
"Kejadian kemarin membuat Jin Ah sangat ketakutan. Aku tak mau membuat Jin Ah merasa takut dan sedih lagi."
Baekhyun menghela napasnya, "Lama-lama aku sangat bosan mendengar hal ini." Lalu tertawa kecil. "Aku tahu apa yang harus aku lakukan, kalian tidak perlu menyuruhku ini itu lagi. Jika Jin Ah merasa takut, itu hanyalah ketakutannya sendiri, tidak ada yang perlu dia takuti, bukan?"
"Karena kalian selalu mendukungnya dan selalu ada untuknya, kan?"
"Kenapa dia selalu saja ketakutan?" Baekhyun tertawa, dia tidak habis pikir dengan tingkah adiknya itu. "Ketakutannya sangat tak beralasan jika dia takut hal yang waktu itu terjadi kembali."
"Padahal aku sudah bilang padanya bahwa aku sudah tak tertarik lagi padamu dan tak ada niatan untuk melakukan itu lagi."
Baekhyun mendorong kursinya ke belakang lalu bangkit dari duduknya, "Jika kamu hanya ingin mengatakan itu, sebaiknya aku kembali bekerja. Silahkan nikmati waktumu." Baekhyun membungkukkan badannya sekilas dengan sopan lalu pergi dari tempat itu.
Chanyeol menghembuskan napasnya perlahan, kemudian menatap kembali foto itu.
Foto rahangnya yang di pegang oleh tangan perempuan itu di pagi hari.
"Sudah tidak tertarik lagi padaku?" Chanyeol tersenyum miring.
"Lalu kenapa kamu memasang diriku dimana-mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Italian Whites
Fiksi PenggemarBaekhyun tidak masalah dengan semua yang terjadi di sekitarnya. Hanya satu yang dia pedulikan. Dan itu adalah lelaki yang membenci dirinya.