19

1.9K 222 20
                                    

Mereka saling bertatapan dengan tegas dan keras kepala, namun pada akhirnya Kyung Soo menyerah dan mengalihkan pandangannya pada buku resepnya.

"Aku semakin tidak mengerti, Baekhyun." Katanya sambil menuliskan beberapa resep yang terpaksa dibuatnya. "Swiss adalah tempat yang terbaik, tapi kenapa kamu kembali lagi kesini?" Mereka saling bertatapan lagi.

Baekhyun diam tak membalas perkataan Kyung Soo dan memainkan tangannya yang saling menggenggam satu sama lain di atas pahanya. "Swiss memang bagus, aku menyukainya." Tanggapnya setelah cukup lama diam.

Kyung Soo menghela napasnya lalu memberikan resep obat yang telah selesai dibuat waktu perempuan itu terjeda sebelum menjawab pertanyaannya.

Baekhyun mengambilnya dan menatap resep itu, "Aku hanya butuh penghilang rasa sakitnya." katanya ketika melihat tulisan yang dia sangat tahu apa itu.

"Kamu harus meminum semuanya." Tegas Kyung Soo.

"Kyung, sejak kamu tahu aku kembali kesini, seharusnya kamu sudah tahu kenapa aku kembali." Baekhyun menarik bibirnya tipis kemudian bangkit dari sana.

"Jangan menyerah."

"Aku tidak menyerah, tapi keadaan memaksaku seperti itu." Baekhyun melambaik tangannya dan mengucapkan selamat tinggal lalu keluar dari ruangan itu.

Kyungsoo yang sejak tadi menahan napasnya ketika mendengar jawaban itu akhirnya membuangnya perlahan. Dia sangat tahu baik bagaimana kondisi perempuan itu, itu sudah tak diragukan lagi, karena dia adalah penanggung jawabnya. Dia pikir setelah perempuan itu pergi ke Swiss semuanya akan menjadi sedikit lebih baik, namun ternyata tidak.

Kyung Soo menatap berkas yang di berikan oleh dokter yang menangani perempuan itu sewaktu di Swiss, lalu meraihnya dan membacanya lagi dan lagi. Berulang kali -

Berharap ada sesuatu yang berubah jadi lebih baik disana.

Meskipun kenyataannya menamparnya sebaliknya.

*

Baekhyun menghela napasnya keras tanpa sadar ketika pintu lift itu terbuka kembali setelah dia menekan tombol tutupnya secepat mungkin. Hal ini menarik perhatian Chanyeol yang berhasil menahan pintu lift itu dan masuk ke dalamnya. Mereka saling bertatapan beberapa saat Lalu Baekhyun memutuskan kontak matanya dan memundurkan dirinya hingga berdiri di ujung lift itu.

Chanyeol berdiri tepat di depan lift yang kini perlahan menutup lalu bergerak kebawah menuju loby gedung mansion itu - tempatnya yang dia tuju.

"Aku kira setelah apa yang terjadi waktu itu, kamu mulai merubah diri. Ternyata tidak, ya?" Ujar Chanyeol.

Baekhyun yang mendengar itu mengerutkan dahi sekilas lalu memutuskan untuk tak mengatakan apapun.

"Masih melempar tubuhmu untuk mengikat seseorang?"

"Jadi, sekarang siapa korbanmu?" Chanyeol menatap perempuan itu dari balik punggungnya. "Oh Sehun?"

Baekhyun tak menjawabnya.

"Seperti tak ada cara lain selain menggunakan tubuhmu sendiri ya? Aku kasihan jika nanti kamu tiba-tiba punya anak dan anakmu tidak tahu siapa Papanya karena tingkahmu itu."

"Itu bukan urusanmu." Timpal Baekhyun dingin.

"Aku berharap kamu tidak bisa mengandung dan membuat kekacauan kembali."

"Kamu tidak pantas menjadi seorang ibu."

"Perempuan murahan sepertimu itu."

Dentingan pertanda lift telah sampai di lantai yang mereka tuju terdengar dan tak lama kemudian pintu terbuka.

Chanyeol melangkahkan kakinya dengan puas setelah mengatakan itu. Bibirnya tersenyum miring dan dia berpikir - hari ini akan berjalan dengan sangat baik dan meninggalkan Baekhyun yang masih diam di tempatnya, tak keluar di loby yang merupakan tujuannya juga.

Pintu lift kembali tertutup dan bergerak kembali entah ke lantai berapa.

Dengan Baekhyun yang masih terdiam seperti patung.

Benar kata Chanyeol. Dia memang tidak pantas. Perempuan jahat, tidak berguna, menyusahkan, dan murahan sepertinya tidak pantas jadi seorang ibu. Dia memang sudah sepatutnya menerima kenyataan itu.

Kenyataan dirinya memang tak bisa membawa bayi di dalam tubuhnya, dia harus menerima itu.

Chanyeol selalu saja sangat membantunya memperjelas keadaannya.

*

Byun Kibum menatap putri keduanya sekilas ketika anaknya itu baru saja tiba ke tempat merek fitting baju keluarga untuk pernikahan putri bungsunya. Kehadiran perempuan itu  disana tidak dia harapakan, namun suaminya mengajak putri mereka yang bermasalah itu untuk datang. Dia tidak dapat melakukan apapun selain mengikuti suaminya.

"Kamu juga harus punya gaun yang sama, pilihlah modelnya ingin bagaimana." Ujar Jinki pada Baekhyun yang sudah tiba disana. "Kamu masilah keluarga Byun, setelah apa yang kamu lakukan selama ini, itu tidak akan merubah apapun, jadi pilihlah."

Baekhyun menatap anggota keluarganya yang duduk di sofa tamu butik itu dengan ragu, kemudian menjawab, "Ya."

Seorang pelayan butik menghampirinya dan mengantarnya ke salah satu ruangan dimana seragam gaun pernikahan keluarganya berada. Pintu ruangan itu di buka dan dia dapat melihat sederet manequin berjejer dengan beberapa model gaun membalutnya.

"Silahkan dipilih nona, setelah itu kami akan mengambil ukuran anda dan membuatnya."

Baekhyun melirik pelayan itu lalu menatap gaun-gaun yang ada di hadapannya. Semuanya berwarna kuning soft yang terang namun terkesan lembut sekaligus. Model gaunnyapun bervariasi, dari yang membentuk tubuh hingga menutup seluruh tubuh, dan dia tahu mana yang sangat cocok untuk dirinya.

Baekhyun menghampiri manequin yang berada di jajaran paling akhir. Dia menyentuh gaun itu dengan lembut dan tersenyum tipis. Dia sangat menyukainya. Gaun itu sangat cocok dengan dirinya.

Dengan panjang hingga lutut serta berlengan panjang. Tidak ada ornamen tambahan di sekitarnya. Jatuh dengan sederhana tak mengembang ataupun ketat. Gaun yang sangat polos dan sederhana. Gaun one piece yang sangat indah.

"Aku yang ini."

"Baiklah Nona, kalau begitu, mari kita mengambil ukuran tubuh anda."

Baekhyun menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, yang ini saja."

Pelayan itu tidak terima dengan apa yang dikatakan Baekhyun, "Tidak nona, kami harus membuatnya kembali dan mengepaskannya tubuh anda."

Baekhyun menatap pelayan itu dan tersenyun tipis, "Tidak apa, aku hanya mengenakan ini dalam waktu yang sebentar, takkan lama, jadi tidak perlu menyesuaikan dengan tubuhku." Ujarnya, "Jika bisa, aku akan membawanya sekarang, apakah bisa?"

"Baik nona." Pelayan itu membungkukkan tubuhnya dan berpamit pergi untuk menyiapkannya.

Baekhyun menyentuh gaun itu dan tersenyum tipis lagi.

"Aku harap, aku bisa memakainya nanti."

Italian WhitesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang