Kyung Soo sudah tak dapat mengatakan apapun pada perempuan di hadapannya. Dia hanya dapat menghela napasnya ketika perempuan itu muncul.
Selalu dan selalu saja perempuan itu muncul dengan beberapa luka baru di depannya.
"Siapa yang menjahit ini?" Tanya Kyung Soo ketika dia akan bersiap melepas jahitan Baekhyun yang sudah kering.
"Chanyeol."
Jawaban Baekhyun itu membuatnya sedikit terkejut, namun dia tersenyum tipis. "Dia sudah berkembang ya?"
Baekhyun mengangguk.
Chanyeol terus berkembang tidak seperti dulu. Dia memang cocoknya di bidang ini, bukan industri hiburan.
Ya meskipun disana dia cukup menjanjikan karena tampangnya, namun untuk bakat, lelaki itu lebih cocok di dunia kedokteran.
"Setelah Jin Ah hampir mati, dia melanjutkan sekolah kedokterannya dan selesai dengan cepat, begitu juga koas dan intersipnya." Tanggap Baekhyun dengan nada bangga.
Kyung Soo tersenyum mendengar jawaban Baekhyun itu, lalu melakukan tugasnya untuk melepas jahitannya.
"Chanyeol selalu saja bisa melakukan apapun untuk Jin Ah."
Kyung Soo diam mendengar itu.
"Seharusnya Chanyeol yang melepas ini, namun sepertinya tidak mungkin ya?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
Tak butuh lama jahitan itu selesai di lepas, Kyung Soo menatap wajah perempuan itu dan merasa sayang melihat bekas jahitan yang ada di sana. Baekhyun itu sangat cantik, namun kini di wajahnya ada bekas luka jahitan yang takkan hilang.
Kyung Soo mengelus pipi perempuan itu lembut, lalu membereskan peralatannya. Dia menarik napasnya kemudian menatap perempuan itu lagi, "Bagaimana kita makan siang bersama?"
Baekhyun mendengar itu sangat senang dan akan menjawabnya ketika ponselnya berbunyi. Dia melihat layar ponselnya dan menemukan nama Papanya disana.
"Papa." Beritahunya pada Kyung Soo.
Kyung Soo mengangguk kemudian dia pergi meletakkan peralatannya kembali dan memberikan waktu luang untuk Baekhyun berbicara dengan Papanya.
"Papa." Jawab Baekhyun ketika telah mengangkat sambungan telepon itu
"Apa yang telah kamu lakukan?"
Baekhyun diam sebentar ketika mendengar suara dingin di sebrang sana, "Aku tidak melakukan apapun." jawabnya.
"Jangan berbohong! Kembali ke rumah sekarang! Mulai hari kamu tinggal di rumah! Selama ini aku mengira kamu mengerti mau keluargamu Baek, tapi kenapa kamu selalu saja mengecewakan kami!?"
"Baek, Papa sudah lelah dengan rasa kecewa yang kamu berikan pada Papa, cepat kembali ke rumah dan tinggalkan mansion itu!"
Sambungan itu di putuskan secara sepihak, Baekhyun sekarang mengerti. Jin Ah pasti bilang pada Papa soal hari itu - hari yang tak sengaja mereka bertemu di luar apartemen Chanyeol dengan dirinya yang akan keluar dari dalam mansion itu.
Baekhyun tersenyum pada Kyung Soo yang telah kembali, perempuan itu menatapnya dengan pandangan bertanya.
"Sepertinya aku tidak bisa makan siang bersama. Aku harus kembali ke rumah."
"Rumah?"
Baekhyun mengangguk.
"Rumah keluarga." Baekhyun turun dari ranjang periksa yang ada disana lalu mengambil tas tangannya.
"Ada apa? Kenapa kamu di suruh kembali ke rumah? Memangnya ada masalah apa?"
"Sepertinya Jin Ah salah paham dan mengira aku akan merebut Chanyeol lagi." Jawab Baekhyun tenang. "Kamu tahu sendiri aku tinggal bersebelahan dengan Chanyeol, ya pasti ada saja salah paham."
"Dia melihatmu keluar dari rumah Chanyeol?"
Baekhyun mengangguk, "Aku pergi Kyung, maaf tidak bisa makan siang bersama."
Kyung Soo menggelengkan kepalanya, "Tidak masalah." Jawabnya, "Lagian, ini hal bagus bukan? Kamu akhirnya bisa menghabiskan waktumu bersama mereka, sesuai yang kamu inginkan?"
Baekhyun mengangguk dan tersenyum lebar, "Ya." Jawabnya.
Meskipun dia tahu ini bukanlah kondisi yang bagus.
Namun ini lebih dari cukup.
Asalkan dia dapat berada di sekitar mereka.
Itu lebih dari cukup.
"Kapan kamu akan kembali ke Swiss?" tanya Kyung Soo ketika Baekhyun akan keluar dari ruangannya.
"Setelah acara pernikahan mereka selesai."
"Aku akan ikut ke Swiss nanti."
Baekhyun menarik bibirnya tipis. "Terimakasih Kyung."
"Itu bukan masalah, Baek."
*
Baekhyun bersyukur ketika dia memang memilih keputusan yang tepat untuk tidak membawa banyak pakaian atau membeli banyak barang. Dia hanya tinggal memasukkan baju-baju yang masih ada di dalam bungkusan laundry dan peralatan mandi serta botol-botol tempat obatnya berada ke dalam kopor, semuanya selesai dalam waktu singkat.
"Padahal Bibi Ahn tidak perlu datang kesini, maaf merepotkan."
Bibi Ahn yang membantu sedikit merapihkan barang-barang Baekhyun menggelengkan kepalnya dan berkata, "Tidak masalah Nona." Jawabnya.
Baekhyun menutup kopornya kemudian menegakkannya dan siap di bawa.
"Ayo Bi, ini sudah semua."
"Baik Nona, biar saya yang bawa kopornya."
"Tak apa bi, ini hanya satu kopor, aku bisa membawanya sendiri."
Bibi Ahn menurut, dia membiarkan Baekhyun membawa kopornya sendiri dan mengikutinya dari belakang keluar dari rumah itu.
Sebenarnya ada satu hal yang mengganggunya tadi.
Dia melihat banyak sekali botol yang seperti botol obat dimasukkan kedalam kopor Nonanya itu, dia ingin bertanya apa isinya namun dia tahan karena dia tahu batasannya.
"Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikiran bibi ya?"
Bibi Ahn tersadar dari pikirannya, dia menatap Nonanya yang berdiri di sampingnya menunggu lift yang sedang naik menuju lantai mereka.
"Apakah bibi penasaran dengan isi botol-botol itu?"
"Tidak nona."
Baekhyun puas mendengar jawaban itu, dia tersenyum, "Bisakah bibi tidak memberitahu siapapun soal itu?"
"Termasuk Tuan dan Nyonya?"
Baekhyun mengangguk.
"Baik Nona."
Pintu lift sampai di lantai mereka.
Baekhyun mencengkram gagang penarik kopornya kemudian masuk ke dalam lift.
Sebentar lagi.
Keinginan terakhirnya akan terwujud.
Setelah itu -
Dia akan pergi selamanya dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Italian Whites
FanfictionBaekhyun tidak masalah dengan semua yang terjadi di sekitarnya. Hanya satu yang dia pedulikan. Dan itu adalah lelaki yang membenci dirinya.