Satu setengah bulan kemudian
Baekhyun membuka matanya perlahan dan menemukan warna putih langit-langit tempatnya kini berada. Dia langsung tahu dirinya sedang dimana ketika merasakan tubuhnya sedang terbaring dan sesuatu berada di dalam tenggorokkannya.
Dia menatap sekitarnya dan melihat orang yang tak ingin dia ketahui tentang keadaannya yang seperti ini, sedang membungkukkan badannya di sampingnya - tidur dengan tenang. Baekhyun menggerakkan tangan kirinya yang dekat dengan orang itu perlahan dan menyentuh wajahnya lembut.
Kantung matanya sangat tebal dan hitam.
Rambutnya sangat berantakan dan lepek.
Dan rahang lelaki itu di tumbuhi rambut-rambut kecil.
Sudah berapa lama dia disampingnya?
Baekhyun menutup matanya kembali dan membukanya perlahan ketika tangannya di genggam dengan lembut oleh orang itu.
"Selamat pagi." Ujar orang itu Dengan lembut.
Baekhyun tersenyum tipis dan matanya melengkung lucu sebagai balasan sapaan Chanyeol padanya yang baru bangun.
*
"Jangan ngomong yang tidak-tidak! Dia tidak akan mati! Selama aku yang menanganinya, dia tidak akan aku biarkan mati!" Chanyeol menarik kerah sneli Kyung Soo dengan kuat, membuat perempuan itu berjinjit agar tak tercekik akibat perbedaan tinggi mereka. Chanyeol melepas kerah sneli Kyung Soo dengan kasar saat dia menyadari sikapnya yang buruk. Dia mengalihkan pandangannya ke arah luar ruang kerja perempuan itu dan mencengkram rambutnya dengan kuat.
"Chanyeol, dua tahun sebelumnya kami sudah mencoba. Segala pengobatan yang terbaik sudah kami berikan, namun tak ada hasilnya. Baekhyun juga tahu hal ini dan dia mengerti."
"Kamu membuatnya semakin menderita dengan menahannya terus disini."
Chanyeol menatap tajam Kyung Soo dengan tajam mendengar itu, tak terima bahwa perkataan perempuan itu benar.
"Hati, paru-paru, dan ginjalnya sudah tidak dapat berfungsi dengan baik sejak aku mengetahui kondisinya dan sekarang syaraf dan ototnya mulai kehilangan fungsi, dia sudah mulai menunjukkan tanda kelumpuhan. Kita sudah sangat terlambat, Chanyeol."
Chanyeol merasa sangat marah dan kesal mendengar itu, "Diam!" apa yang di katakan Kyung Soo, dia tak dapat menerimanya. Pasti ada cara untuk membuat perempuan itu tetap hidup.
Pasti ada cara.
Kyung Soo menghela napasnya melihat keadaan Chanyeol yang sangat berantakan. Ada rambut-rambut kecil yang muncul di sekitar rahang lelaki itu akibat dirinya tak mengurus dirinya sendiri dengan baik.
"Chanyeol, tenangkan dirimu dan bersihkan dirimu. Kamu sadar bahwa sekarang kamu terlihat sangat buruk?"
"Ini bukan saatnya aku peduli dengan penampilan diriku!" Seru Chanyeol marah.
"Tapi sepertinya Baekhyun akan lebih menyukainya - melihatmu dalam kondisi bersih dan baik-baik saja."
"Tidak seperti sekarang."
Chanyeol mengalihkan pandangannya pada cermin pas badan milik Kyung Soo yang ada disana.
Dia melihat pantulan dirinya yang sangat kusam dengan kumis yang mulai tumbuh kecil, serta rambut yang berantakan.
"Sangat buruk, bukan?"
Chanyeol menghela napasnya, mau tidak mau, untuk kali ini, dia setuju dengan perkataan Kyung Soo.
*
Ketika dia membuka matanya kembali setelah tertidur akibat rasa sakit dan tidak nyaman akan sesuatu yang di dalam mulutnya, dia melihat Bibi Park duduk di sampingnya - sedang memandanganya dengan senyuman tipis. Baekhyun hanya dapat menarik kecil bibirnya dan berusaha tersenyum lewat matanya.
"Pasti sangat tidak nyaman ya?" Hye Jin mengusap lengan atas kiri Baekhyun dengan hangat. Dia sangat mengerti dengan apa yang Baekhyun asakan saat ini. "Bertahanlah Hyun-ah, kamu pasti bisa."
Perkataan Hye Jin membuat sesuatu yang berada di sudut hati Baekhyun merasa sangat lelah. Dia sudah merasa sangat pasrah ketika mendengar kata-kata itu.
Dia ingin pergi.
Dia ingin pergi sekarang juga.
Dia sudah tidak bisa menahannya lagi.
Hye Jin mengusap kepala Baekhyun dengan sayang ketika melihat tatapan perempuan itu sudah tak ada harapan untuk berjuang lagi. Dia tidak dapat mengatakan apapun untuk menanggapi sorot mata itu. Dia tidak dapat mengatakan apapun meskipun dia tahu apa yang Baekhyun inginkan.
"Apakah kamu benar-benar yakin ingin menyerah?"
"Chanyeol akan sangat tidak menyukainya, kamu tahu, kan?"
"Dia mencoba dan terus mencari segala cara agar kamu tetap hidup, kamu tahu, kan?"
"Kamu ingin dia berhenti untuk membuatmu tetap hidup?"
Baekhyun mengangguk pelan dengan air mata yang mengalir dari matanya.
Dia ingin pergi.
Hye Jin melipat bibirnya untuk menahan tangisnya yang akan keluar melihat bagaimana Baekhyun sudah menyerah dengan hidupnya sendiri. Dia menghapus air mata Baekhyun dan mencoba untuk tersenyum. Dengan suara yang bergetar, diapun berkata, "Ketika Chanyeol akhirnya dapat melakukan sesuatu untukmu, kenapa kamu menolaknya, sayang?"
"Kenapa kalian harus seperti ini?"
Hye Jin mengusap pipi tirus Baekhyun lembut.
"Bibi akan mencoba berbicara dengan Chanyeol."
*
Chanyeol membetulkam kacamatanya yang jatuh ke hidung bawahnya kemudian membetulkan posisi duduknya yang membungkuk. Dia melepaskan kacamatanya kemudian memijat pangkal hidungnya dan menghela napas panjang.
Matanya terasa sangat perih dan kering akibat bertatapan dengan layar komputernya cukup lama. Otaknya serasa ingin meledak.
Berbagai jurnal kedokteran yang kemungkinan dapat menyelamatkan Baekhyun sudah dia baca, namun tak ada jawaban pasti bahwa perempuan itu akan selamat. Sebagian besar adalah teori dan prakteknya belum bisa di terapkan.
Chanyeol menghempaskan tubuhnya ke punggung kursi dan memejamkan matanya dengan erat.
Dia tidak boleh membiarkan perempuan itu mati begitu saja.
Dia tidak boleh.
Baekhyun harus tetap hidup.
Namun seluruh jawabannya berakhir dengan kebuntuan yang sama.
Ketidak pastian.
Apakah dia harus menyerah?
Apakah dia boleh menyerah?
Apakah dirinya yang sesungguhnya menginkan hal itu?
Chanyeol merasa kepalanya sangat sakit ketika memikirkan berbagai pertanyaan itu dan dadanya terasa sangat sesak ketika merasa memang hanya kematian sebagai jawabannya.
Dia tidak ingin.
Dia tidak mau.
Pintu ruang kerjanya dibuka oleh seseorang dan Chanyeol menatap orang itu dengan kesedihan yang menyelimutinya.
Tubuhnya langsung bergetar dan air mata langsung berhamburan keluar - membasahi wajahnya, ketika melihat orang itu tersenyum dengan putus asa padanya.
"Ibu, tolong jangan membuatnya mati."
"Tolong jangan membuatku melepaskannya."
"Tolong jangan membuatku melihat dia mati di hadapanku!"
"Aku tidak ingin melihatnya mati begitu saja."
"Aku tidak ingin berdiam diri begitu saja."
"Aku ingin membuatnya hidup lebih lama lagi!"
"Tapi, kenapa!?"
"Kenapa tidak ada jawaban sama sekali untuk itu!?"
"Kenapa dia ingin mati disaat aku sedang berjuang untuk membuatnya tetap hidup!?"
"Aku tidak ingin Baekhyun mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Italian Whites
FanfictionBaekhyun tidak masalah dengan semua yang terjadi di sekitarnya. Hanya satu yang dia pedulikan. Dan itu adalah lelaki yang membenci dirinya.