Chapter 3☑️

6.2K 688 15
                                    

Don't forget to give a vote⭐️

Sebulan berlalu, tidak ada yang berubah, semua masih berjalan seperti biasa. Tidak ada yang istimewa. Mungkin yang berbeda, aku semakin dekat dengan Jiya. Aku merasa ada sesuatu hal yang membuatku ingin selalu dekat dengannya.

Saat ini, baru saja aku selesai mengajar. Aku merapikan barang-barangku kemudian menghampiri Jiya. Aku jadi terbiasa mengantarnya sampai ke mobil semenjak kejadian saat itu. Dia selalu diantar-jemput oleh supir beserta pengasuhnya. Kedua orang tuanya sama sekali tidak pernah terlihat batang hidungnya. Sepertinya mereka sangat sibuk. Aku tidak tahu. Itu bukan urusanku lagipula.

Sampai di depan mobil, aku melepaskan genggamanku di tangan Jiya. Beberapa detik kemudian, pintu mobil terbuka. Bukan Pak Kyung, supirnya ataupun pengasuhnya. Dia pria. Tinggi dan berpakaian begitu rapih. Rambutnya juga ditata sedemikian rupa.

Ia menatapku dari bawah hingga atas. Sangat tidak sopan! Makiku dalam hati.

Tunggu, apakah dia... ?

"Daddy!" Aku hampir membelak saat Jiya memanggil pria itu dengan sebutan ayah. Dugaanku benar, pria itu adalah ayahnya. Pria itu hanya tersenyum dan menyambut kedatangan Jiya. "Daddy, kenalkan ini Ibu Valerie. Ibu Valerie, ini Daddynya Jiya." Celetuk Jiya memegang ujung jas yang dikenakan ayahnya.

"Jimin, Hwang Jimin." Pria itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya padaku.

"Valerie." Balasku pendek, menyambut tangannya untuk bersalaman. Tangannya yang besar menggenggam tanganku yang jadi terasa begitu kecil jika dibandingkan dengannya. Kami bersalaman selama beberapa detik. Dan saat itu juga, aku bisa merasakan ia yang memperhatikanku.

"Benarkan, Daddy kalau Ibu Valerie cantik?" Mataku membulat mendengar pertanyaan Jiya, mataku melirik sang ayah yang terlihat tercengang. Sama sepertiku. "Iya 'kan, Dad?" Tanya Jiya lagi untuk memastikan.

Suasana menjadi canggung seketika. Aku berdeham, dengan gugup aku mengalihkan pembicaraan. "Ah, Jiya sepertinya sedikit lagi akan turun hujan, sebaiknya Ibu bergegas." Aku menyelipkan helaian rambutku ke telinga. "Hati-hati di jalan, Jiya. Permisi," pamitku sembari tersenyum simpul dan membungkukkan badan kepada Tuan Hwang lalu berjalan meninggalkan mereka.

Jadi selama ini pria itu adalah ayahnya Jiya? Hwang Jimin—seorang pengusaha dan keluarga tersohor di Korea Selatan. Wajahnya sering terpampang di majalah-majalah karena prestasinya dalam berbisnis. Seantero Korea Selatan pasti mengenal keluarganya. Tetapi, aku tidak pernah tahu kalau dia sudah menikah bahkan mempunyai anak. Aku yang kurang update atau memang dirahasiakan? Aku tidak tahu dan tidak mau tahu. Sama sekali bukan urusanku.

Urusanku saja sudah banyak, mengapa harus susah payah memikirkan urusan orang lain?

Akhirnya sampai di apartemen tanpa basah sedikitpun karena tepat sekali aku memasuki lobby, hujan segera turun dengan deras. Syukurlah! Keberuntungan sedang berada dipihakku hari ini.

Aku memasukkan kode pin dan segera masuk ke kamar. Merebahkan badanku sebentar lalu mandi.

Keesokan paginya. Aku memulai rutinitas pagiku. Mandi-membuat sarapan-bersiap-pergi mengajar.

"Sekarang, gambar hewan favorit kalian lalu warnai dengan warna yang sesuai!" Perintahku ke seluruh murid. Mereka segera menggambar sedangkan aku berkeliling sambil sesekali memperhatikan gambar mereka juga memberi saran warna yang benar.

CONNECTED [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang