Jimin memakai piyama yang sudah disiapkan oleh Valerie. Setelahnya, ia ikut merebahkan tubuhnya di belakang Valerie. Ia meraih pinggang wanitanya dan mengelusnya pelan. Jimin tahu, ia pasti marah dengannya. "Maaf..." bisiknya sambil memberi kecupan-kecupan kecil pada bahu Valerie.
Valerie masih diam, tepatnya berpura-pura tidur. Jimin yang tahu akan hal itu pun gemas. "Maaf," bisiknya lagi sambil membenamkan wajahnya pada leher Valerie.
"Sayang..." ucapnya Jimin yang lebih terdengar seperti rengengkan, ditambah ia mengguncang bahu Valerie pelan. Jimin yang mendapati kebisuan Valerie pun tidak hilang akal. Dengan jahil, ia menjilat bagian belakang telinga Valerie.
"Aa-h Jimin!" Maki Valerie dan membalikkan tubuhnya menghadap Jimin lalu mendapati Jimin yang tersenyum polos. "Apa yang kau lakukan, huh?!" Omel Valerie namun hanya dibalas senyuman lebar dari Jimin hingga menampakkan eyesmile milik pria kelahiran Busan tersebut.
Valerie geram dan segera bangun dari tidurnya tapi dengan cepat Jimin menarik pergelangan tangannya sampai Valerie terjatuh pada paha Jimin yang kini sudah setengah duduk dengan kepala yang bersandar pada headboard.
Jimin terkekeh karena wajah Vally yang masam, apalagi bibirnya yang cemberut. "Maafkan aku, hmm?" Pinta Jimin sembari membenarkan posisi Vally menjadi duduk dipangkuannya agar menghadapnya.
"Aku menunggumu kau tahu?! Bahkan aku memasakkan makanan kesukaanmu tapi kau pulang larut! Membiarkan aku makan sendirian. Kau menyebalkan!"
Jimin tersenyum mendengar makian dari Vally, ia lebih baik mendengar semua ocehan wanitanya itu dari pada mendapat kebisuan atau diabaikan. Terlebih ini kesalahannya.
"Rekan kerjaku mengajak makan diluar tadi, aku sudah menolak namun ia tetap memaksa. Ponselku juga tertinggal di kantor. Maaf, aku janji tidak akan mengulanginya lagi." Pinta Jimin dengan puppy eyesnya.
Valerie mendengus kesal dengan kedua tangan yang dilipat di depan dadanya. Melihat kekasihnya yang enggan memaafkan, tangan Jimin bergerak mengelus lembut surai panjang milik Valerie.
"Kau menggemaskan ketika bibirmu manyun seperti itu," ujar Jimin disertakan tertawaan.
"Tadi kau meminta maaf, sekarang kau mengejekku!" Cibir Valerie dan segera bangun dari pangkuan Jimin namun gagal karena Jimin menahannya dan sekarang kedua tangan Jimin memegang erat kedua pahanya.
Keduanya hanya diam dan saling menatap satu sama lain hingga akhirnya Jimin menarik lembut badan Valerie ke dalam pelukannya, membaringkan tubuh Valerie di atas tubuhnya. Tangannya juga mendekap pinggang Valerie tak kalah erat. Mereka terlihat seperti induk dan bayi koala.
"Aku lapar," mendengar ucapan Jimin, Valerie langsung mengangkat tubuhnya dan mendapati Jimin yang membuat dirinya hilang akal.
Jimin tengah menatapnya intens, jangan lupa rambutnya yang disibakkan ke belakang sehingga menampakkan dahi Jimin yang mulus.
Dia tetap menatap Jimin, menurutnya Jimin seperti malaikat yang turun dari surga.
"Vally?"
Suara Jimin memecah lamunan Valerie, "u-uh? Kau lapar? Katanya kau tadi makan diluar?" Tanyanya kikuk.
"Aku hanya memesan dessert tadi. Karena aku ingin makan masakanmu." Jawab Jimin sembari mengusap lembut paha Valerie.
"Masakanku?"
Jimin mengangguk pelan, "aku akan memanaskan masakanku lagi, ya?" Dan Valerie kembali mendapat anggukan dari Jimin.
Valerie segera bangun dari pangkuan Jimin, saat dia ingin berjalan, pergelangan tangannya ditarik Jimin hingga ia dipertemukan wajah Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONNECTED [end]
Fanfiction[BOOK I] [COMPLETED] Valerie Johnson, wanita kelahiran Indonesia yang berusaha hidup mandiri di negeri ginseng, yakni Korea Selatan. Beberapa tahun mengenyam pendidikan di salah satu universitas ternama disana membuatnya lupa dengan tanah kelahirann...