Chapter 19☑️

7.4K 447 14
                                    

Don't forget to give a vote⭐️

Setelah membisikan wanitanya itu, Jimin langsung memagut bibir Valerie dengan rakus. Tangannya pun tidak diam melainkan untuk mengelus lembut pinggang Valerie dan sesekali meremasnya gemas.Lidah Jimin mulai masuk ke rongga mulut Valerie dan bermain di sana. Membuat suara decakan ke seluruh kamar Jimin.

Setelah beberapa saat, Jimin melepas ciumannya dan membiarkan Valerie menghirup oksigen dalam-dalam. Tadi nafas Valerie tersengal-sengal karena ciuman yang Jimin berikan sangat intens.

"Jimin!" Pekik Valerie pelan karena tiba-tiba Jimin menggendongnya bangkit dari ranjang sontak melingkarkan kakinya pada pinggang Jimin serta mengalungkan tangannya pada leher agar tidak jatuh.

Sang pria tidak memperdulikan teriakan wanitanya yang ingin turun dari gendongannya, malah semakin cepat membawanya masuk ke kamar mandi. Jimin langsung mendudukan Valerie pada wastafel lebar dan langsung mencium kembali Valerie dengan rakus.

Menyesap kencang bibir bawah wanitanya dan membuat sang empu membuka mulutnya. Dengan cepat Jimin memasukkan lidahnya untuk bertemu dengan lidah Valerie. Membuat dua lidah tersebut bergulat mesra.

Valerie meremas rambut Jimin dengan sedikit menekannya untuk memperdalam ciuman mereka. Jimin pun tak mau kalah, tangannya sudah menyusup ke dalam kemeja yang Vally kenakan dan mengusap-usap perut rata itu.

"Ji...min.." Valerie mendesah disela-sela ciuman, membuat Jimin tersenyum menang.

Jimin melepaskan tautan bibir mereka dan menatap intens mata wanitanya. "Panggil saya seperti tadi, mengerti?"Vally hanya mengangguk pasrah, menuruti keinginan Jimin. Karena sesungguhnya, ia sangat 'membutuhkan' Jimin sekarang.

Mendapat persetujuan dari Valerie, dengan segera Jimin meletakkan bibirnya pada leher jenjang Valerie. "Oppa..." Valerie memanggilnya yang lebih terdenger seperti rengekan anak kecil. Jimin yang gemas tengah menyesap kencang lehernya hingga meninggalkan tanda disana.

Mendengar desahan Valerie yang menurutnya sangat merdu dan menambah gairah, membuat Jimin langsung menarik kasar kemeja yang dikenakan Valerie hingga kancing-kancing tersebut berjatuhan ke bawah mengenai lantai marmer.

Melihat kemeja yang ia kenakan rusak begitu saja karena ulah kekasihnya, membuat Valerie spontan melotot ke arah Jimin, "Jimin! Mengapa rusaknya?!" Omelnya tidak terima.

"Ini akibat kau tersenyum dengan manisnya pada lelaki itu." Jawab Jimin. Belum sempat mengelak pernyataan tersebut, Jimin langsung mendaratkan bibir tebalnya pada permukaan bibir Valerie dan segera melumatnya.

Dengan perlahan Jimin menurunkan celana jeans yang Valerie kenakan hingga menyisakan bra dan underwear tanpa melepaskan ciuman mereka.

Valerie pun tak diam, dia meremas rambut dan sesekali menariknya pelan ketika merasakan dua sensasi sekaligus, yaitu ciuman sensual yang Jimin berikan ditambah lagi tangan Jimin yang mengusap kewanitaannya yang masih tertutupi oleh celana dalam, itu pun juga sudah basah.

"Wet for me, hm?"

Valerie tak menjawab pertanyaan Jimin melainkan mulai melepas kemeja hitam yang Jimin kenakan hingga terlepas begitu saja.

Tangannya mulai meraba abs Jimin dengan gerakan melingkar, "Val..." Lirih Jimin. Tangannya semakin naik hingga ke tato Jimin, 'never mind'.

CONNECTED [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang