Chapter 12☑️

7.1K 560 23
                                    

Don't forget to give a vote⭐️

Hari ini aku terpaksa tidak mengajar karena harus menemui klien baru yang ingin bekerja sama dengan perusahaan ayahku di Jakarta. Rasanya mulutku sudah sangat membutuhkan air agar bisa membasahi tenggorokanku yang sudah seperti Gurun Sahara. Ini semua karena tadi aku harus menjelaskan panjang lebar presentasiku di depan klien.

Sepertinya aku harus segera berhenti dari TK, walaupun sebenarnya tidak ingin. Aku tidak bisa terus menerus tidak masuk. Sudah beberapa kali aku mangkir untuk mengajar, huh, sangat tidak profesional.

Setidaknya aku harus bisa memilih salah satu mengingat tubuhku juga tidak bisa menerima dua pekerjaan sekaligus.

Ku putuskan untuk pergi ke Starbucks. Memesan satu grande ice Americano. Saat sedang asik menyeruput kopi pahit, ponselku berdering. Ternyata pesan dari Jimin, ia menyuruhku untuk datang ke kantornya. Aku pun menyetujuinya.

Tak lama aku melihat mobil yang tidak lagi asing bagiku di depan kafe ini dari kaca sebelah tempatku duduk. Aku bangkit dan menuju mobil tersebut. Bisa ku lihat Pak Kyung yang keluar dari mobil dan membukakan pintu penumpang untukku membuatku tersenyum kepadanya.

"Selamat siang, Nona Valerie."

"Siang, Pak Kyung," balasku.

Mobil yang ku tumpangi pun berjalan berbaur dengan mobil-mobil lainnya sedangkan mataku sibuk melihat gedung-gedung pencakar langit dari jendela mobil.

Sekitar 30 menitan, akhirnya mobil ini berhenti di depan gedung besar dan megah yang ku yakini kantor Jimin. Aku keluar dari mobil dan mulai memasuki gedung yang besar ini.

"Ahh, aku lupa bertanya pada Pak Kyung lantai berapa ruangan Jimin." Gumamku pelan. Ku putuskan untuk menghampiri resepsionis yang tak jauh dari tempat ku berdiri.

"Ada yang bisa ku bantu, Nona?" Kata seorang wanita yang terdapat name tag berisikan nama Lee Hara.

"Saya ingin bertemu dengan Jimin," jawabku yang mendapat lirikan tajam darinya. "Hwang Jimin," jelasku sekali lagi.

"Maksud anda Presdir Hwang?"

Aku mengangguk dan tersenyum.  "Ya, Presdir Hwang."

"Apa Anda sudah membuat janji sebelumnya?" Kali ini aku menggeleng. Yang benar saja, dia yang menyuruhku datang ke sini tadi.

"Kalau begitu Anda tidak bisa menemuinya, Nona."

"Tapi saㅡ"

"Harus membuat janji sebelumnya, Nona. Dikarenakan Presdir Hwang sangat sibuk."

Astaga! Aku lupa kekasihku ini seorang Presdir. Aku pun menyerah dan pergi menjauh dari resepsionis itu lalu mengambil ponsel dan mengetikan pesan untuk Jimin.

Me
Aku sudah di bawah tapi resepsionismu tidak mengizinkanku masuk karena aku tidak mempunyai janji. Turunlah.

Tidak perlu menunggu lama, aku mendapat balasan darinya.

Hwang Jimin
Benarkah?

Huh! Dia bahkan memberi emoji tertawa mengejek. Aku enggan membalasnya, membiarkan dia berinisiatif untuk menjemputku di bawah.

Setelah beberapa menit aku menunggu, aku merasakan sebuah tangan yang menempel pada pinggangku, sontak aku menoleh.

Aku mendapati Jimin yang sudah dibelakangku. Dia memakai pakaian kantor lengkap dan rapih.

Sangat tampan.

Tanpa omongan apa pun, dia menggandeng tanganku menuju lift melewati resepsionis tadi. "Lain kali, biarkan dia ke ruanganku." Ucapnya tanpa senyum kepada wanita itu.

CONNECTED [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang