Sepanjang perjalanan, aku hanya menatap ke arah luar jendela. Mengamati tiap gedung tinggi yang berada di tengah kota Seoul, menyusuri jalanan yang ramai dengan kendaraan.
Sudah bertahun-tahun aku tinggal disini, bahkan jatuh cinta dengan pria berkewarganegaraan negeri ginseng ini. Banyak sekali pengalaman dan pelajaran hidup yang ku dapat saat berusaha hidup sendiri disini.
Mulai dari menyiapkan segala sesuatu sendiri, mengatur waktu, mengelola keuangan dengan baik hingga belajar merelakan seseorang yang telah pergi dengan ikhlas.
Aku sangat bersyukur, setidaknya kepindahanku ke Korea ini membuahkan hasil yang bagus dan bermakna. Tidak ada lagi seorang Valerie yang manja, suka merengek dan bergantung pada orang tua.
Kau hanya harus bisa percaya pada dirimu sendiri. Percaya bahwa kau bisa menggapai segala yang kau inginkan selama kau mau memperjuangkan itu.
Berusaha keluar dari zona nyaman yang selama ini kau tempati, keluarlah hingga kau sadar selama ini kau hanya diam dan tidak melangkah kemana pun. Bergeraklah, mencoba untuk menggapai apa pun kau inginkan dengan cara baru yang selama ini tak pernah kau pikirkan.
Seorang Valerie yang manja berubah menjadi mandiri semenjak dipertemukan oleh Taeyeon, seorang wanita tangguh yang hidup sebatang kara. Menjadi lebih sabar semenjak mengajar anak-anak kecil yang sangat butuh kesabaran penuh, terlebih saat mengenal Jiya, seperti aku belajar menjadi sosok ibu yang baik untuk anaknya.
Aku semakin semangat menjalani hidup semenjak dipertemukan oleh Jimin, pria yang penuh kejutan dan sangat manis.
Meski, dia juga yang melenyapkan sebab diriku menjadi mandiri. Tapi, aku tahu itu semua sudah jalan Tuhan yang terbaik dan aku percaya Tuhan memberi ujian kepada umatnya agar semakin lebih baik dan kuat.
Lamunanku buyar ketika sadar taxi yang ku tumpangi berhenti di depan gedung apartemenku. Aku segera turun sebelum memberi beberapa won pada supir yang berada di jok depan.
Hari ini aku melanggar aturan Jimin, aku pergi tanpa Pak Shin dan belum diberi izin olehnya. Sebenarnya, aku sudah menelponnya tadi sebelum berangkat, tapi dia tidak mengangkat panggilanku. Mungkin, ia sedang sibuk.
Jadi, akhirnya ku putuskan untuk pergi sendiri karena aku baru saja bertemu dengan client di restoran yang kebetulan jaraknya dekat dengan apartemenku. Aku hanya perlu mengambil fotoku dengan Taeyeon, yang di dalam foto tersebut juga ada sosok ayah kandung Jiya. Aku ingin memberikan foto itu pada Jimin.
Ku buka pintu apartmentku dan menatap ke seluruh penjuru ruangan. Sangat bersih dan tertata. Jimin memang menyuruh seseorang untuk sekedar membersihkan tempatku seminggu sekali.
Kakiku melangkah menuju ruangan yang biasa digunakan untuk meletakkan barang yang jarang ku pakai. Setelah mendapat apa yang ku dapat, yaitu sebuah kardus yang berisi kenanganku semasa kuliah.
Aku bawa kardus tersebut ke ruangan depan lalu duduk di sofa. Ku letakkan kardus yang berukuran cukup besar itu ke atas pangkuanku dan membuka perekat yang menempel pada bagian atas kardus dengan gunting yang bawa tadi. Setelah terbuka, ku masukkan gunting tersebut ke dalam kantong belakang jeansku.
"Kardus ini sudah dipenuhi oleh deㅡ" Baru saja ingin membuka kardus itu, tiba-tiba ada yang membekap mulutku dari belakang.
Aku melepas genggamanku pada kardus itu lalu berusaha melepaskan kain yang melekat pada mulutku. Namun gagal karena seseorang yang tak ku ketahui itu segera mengikat kain tersebut dengan kuat serta membawa kedua tanganku ke belakang tubuhku lalu mengikatnya dengan linen rope.
"Ehmm ekhmm!!" Teriakku yang tertahan karena sumpalan kain pada mulutku sangat kencang.
Tubuhku bergerak ke kanan-kiri meronta untuk dilepaskan, serta tanganku yang bergerak ㅡbergesekan malah membuat pergelangan tanganku nyeri akibat tali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONNECTED [end]
Fiksi Penggemar[BOOK I] [COMPLETED] Valerie Johnson, wanita kelahiran Indonesia yang berusaha hidup mandiri di negeri ginseng, yakni Korea Selatan. Beberapa tahun mengenyam pendidikan di salah satu universitas ternama disana membuatnya lupa dengan tanah kelahirann...