Chapter 35☑️

5.3K 386 3
                                    

"Kau pintar juga rupanya, jalang!" Ucapnya tegas sembari menjabak rambutku kencang. Aku meringis kesakitan. Dia terus menarik rambut kasar beberapa kali, aku mencoba menarik pergelangan tangannya agar terlepas. Namun usahaku gagal, ia begitu kuat.

"Akh! Kumohon hentikan!" Pintaku memohon.

"Hentikan katamu? Huh?!!" Jawabnya disertai tawaan dan kembali menarik rambutku. Aku meraba sampingku, mencari guntingku tadi. Setelah dapat, aku segera menggenggamnya dan langsung menancapkan benda yang tajam pada ujungnya itu ke lengan pria brengsek ini.

"AKH!"

Jeritnya kencang saat guntingku tertancap sempurna pada lengannya. Ia melepaskan tangannya pada rambutku dan beralih untuk memegang lengannya sendiri yang mulai mengeluarkan darah.

Melihat kesempatan emas, aku segera keluar dari bagasi kecil ini dan berlari sekuat tenaga menjauhi pria itu. Ternyata aku berada di sebuah hutan. Sangat gelap.

Aku terus berlari entah kemana yang penting aku terlepas dari pria itu. Sesekali aku menengok ke belakang. Pria itu mulai berlari dan mengejarku.

"Jangan lari kau sialan!" Teriaknya.

Tidak tahu kemana langkahku menuju kemana, aku harus terus melarikan diri. Nafasku berderu, langkahku pun melambat karena terlalu lelah, apalagi pusing karena terbentur tadi.  Aku harus bisa kabur.

Tiba-tiba tubuhku tertarik ke belakang dan terjatuh ke rerumputan, sikut ku nyeri karena menjadi tumpuan tubuhku. Pria itu yang menarikku. "Kau tak akan bisa lari dariku!" Ucapnya sembari menarik paksa rahangku menghadapnya.

"Apa yang kau inginkan?!" Tanyaku.

"Kau bertanya apa yang kau inginkan?" Aku mengangguk pelan, ia mendekatkan dirinya dan duduk tepat pada betisku.

PLAKK

Ia menampar pipiku kencang. Bulir air jatuh pada kelopak mataku. Pipiku terasa panas dan terbakar. "APA YANG KAU INGIKAN?!" Tanyaku lagi disertai isakan. Aku sudah tidak bisa menahan semua tindakan kasarnya.

Aku menangis hebat sementara ia terlihat senang melihat diriku yang kesakitan akibat ulahnya.

"Tanyakan sendiri pada kekasihmu!"

Dahiku mengerut, bingung mendengar jawabannya. Kekasihku? Jimin? Apa yang Jimin lakukan hingga berimbas padaku? Semua pertanyaan berkumpul menjadi satu dalam otakku.

"Karena kau sudah melukai lenganku, maka kau harus mendapatkan yang sama," ujarnya lalu tersenyum miring. Ia melepaskan tangannya pada rahangku berganti mencari sesuatu pada kantung di dalam jaketnya.

Tangan kirinya ia gunakan untuk memegang salah satu tanganku sangat kencang hingga menimbulkan rasa sakit. Perlahan ia mulai mengeluarkan benda berukur 15 centimeter itu lalu mengarahkannya pada tangan kananku.

Ia menggoreskan ujung benda tajam itu pada lenganku, "aa..akh! He- hentikan..." lirihku yang merasakan perih menjulur ke seluruh tubuhku.

Pria itu menggoreskan pisaunya di lenganku hingga sepanjang satu jengkal, "ku-mo...hon argh!" Pintaku. Darah segar segera keluar dari goresan itu. Dia tersenyum senang dan meletakkan pisaunya sembari tertawa.

Aku menangis kencang merasakan perih pada tanganku, ku gigit bibir bawahku menahan rasa sakit yang ku rasakan.

Dia bangkit dari tubuhku dan berjalan membelakangiku, "jika saja kau tidak berniat kabur, mungkin kau tidak terluka seperti ini."

"AKHHH SIALAN!"

Makinya keras ketika aku menancapkan pisau yang kupegang pada kakinya. Ya, aku harus bebas. Aku sudah tidak memikirkan bahwa aku baru saja menyakiti seseorang, dia juga menyakitiku. Bahkan membawaku kabur entah apa salah yang kuperbuat.

CONNECTED [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang