Aku menghampiri Vally yang berada di kamarku, semoga saja dia sudah selesai dirias. Tidak sabar melihatnya mengenakan gaun yang ku pilih. Dia akan tampak mengagumkan, pasti.
Perlahan ku buka pintu kamarku dan melihat Vally yang sedang duduk membelakangiku. Dapat ku lihat punggungnya yang putih mulus itu karena bagian belakang gaunnya terbuka. Sial, sesak ku rasakan di bawah sana. Kau harus tahan Jimin.
Kuletakkan tanganku pada pundaknya, dia pun menoleh dan memberikanku senyuman manisnya. Dia hanya tersenyum tapi kenapa begitu menggoda? Terlebih dengan lipstick merah yang menempel pada bibir mungilnya. "Sudah selesai?" tanyaku sambil melirik pada perias yang kupanggil khusus untuknya. Perias itu mengangguk, aku hanya memberi kode kepadanya untuk keluar dari kamarku.
Sepeninggalan perias tadi, Vally bangun dari duduknya dan menghadapku. Memperhatikan ku yang sudah rapih dengan setelan jas dari bawah hingga atas, "aku tahu aku tampan," ujarku percaya diri.
Vally tersenyum lalu mengedikkan bahu seraya berjalan ke cermin. Aku mengikutinya dan segera mendekap tubuhnya dari belakang, membenamkan wajahku pada lehernya. Indera penciumanku mendapati wangi mawar pada tubuhnya. Jika saja ini bukan pertemuan penting dengan rekan bisnisku, sudah dapat ku pastikan aku dan Vally berakhir bergulat di atas ranjang. Berbagi kenikmatan.
"Kau sangat cantik, selalu." Pujiku berbisik tepat pada belakang telinganya. Tubuhnya langsung mengejang. Sudah bukan pertama kali lagi kami melakukan skinship bahkan lebih, dia masih tetap sering terkejut dengan sentuhanku. Dia seperti gadis polos, tapi menggairahkan. Lihatlah, lekuk tubuhnya yang sangat indah ini terbalut dengan gaun berwarna hitam selaras dengan jasku. Apalagi punggungnya yang tampak jelas. Benar-benar membuatku sesak.
Vally memutar tubuhnya hingga mata kami bertemu, "lebih baik kita berangkat sebelum telat," ucapnya. Aku menganggukan kepala sebelum meraih dagunya dengan tanganku dan menyatukan bibir kami. Memberikan lumatan pada bibir atas dan bawahnya bergantian. Dia sontak melingkarkan lengannya pada leherku dan meremas rambutku pelan. Sadarkah tindakannya barusan membangunkan singa kelaparan?
Ciumanku semakin dalam menuntut, sesekali lidahku mengelus lembut dinding rongga mulutnya dan tubuhnya pun menggelinjang. Aku membuka kelopak mataku yang terpejam lalu mendapati matanya yang terpejam, dengan sengaja aku meremas bokongnya. "Ugh," dia melenguh dan membuka matanya. Mata kami bertemu selama beberapa detik sebelum ia melepas ciuman kami hingga benang-benang saliva kami terputus.
Aku terkekeh melihat ia yang menunduk, "masih malu, eh?" kataku seraya mengelus rambutnya lembut. Ia tak membalas ucapanku, hanya senyuman polos yang ku dapatkan. Aku segera meraih pinggangnya lalu menggiringnya untuk segera berangkat. Malam ini aku tidak mengajak Jiya, karena dia akan bosan disana terlebih ini acara malam, tidak baik untuk anak kecil seumurannya. Beruntunglah, sekarang dia sudah tertidur pulas di kamarnya.
Sesampainya, supirku langsung membukakan pintu untukku. Aku keluar terlebih dahulu lalu disusul Vally, dia menyambut tanganku yang terulur dengan senyuman. Aku menggenggam tangannya memasuki gedung besar ini yang sudah dipenuhi oleh wartawan dan para pengusaha sepertiku. Tanganku beralih untuk merangkul erat pinggangnya saat mendapati tatapan-tatapan pria yang memperhatikan Vally. Tidak bisa kubiarkan.
Kami masuk ke dalam gedung yang sudah didekorasi semewah mungkin. Kami duduk bersama dengan rekan kerjaku berbincang-bincang tentang bisnis yang kami miliki.
Aku dan Vally berkeliling menemui satu persatu para pengusaha yang bekerja sama denganku. Hingga aku berakhir duduk pada satu tempat bersama pengusaha yang membangun tempat hiburan terkenal di Korea.
"Jadi bagaimana urusanmu dengan Lee Namjoon?" tanya pengusaha itu yang bernama Choi Taehyung, juga sahabatku semasa kuliah.
"Aku sudah memutus kerja sama dengannya, sama sekali tidak menguntungkan," jawabku. Taehyung hanya tertawa mendengar jawabanku. Dia sudah mengenal Namjoon, seseorang yang menguntungkan pada awal perjanjian dan merugikan semakin lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONNECTED [end]
Fanfic[BOOK I] [COMPLETED] Valerie Johnson, wanita kelahiran Indonesia yang berusaha hidup mandiri di negeri ginseng, yakni Korea Selatan. Beberapa tahun mengenyam pendidikan di salah satu universitas ternama disana membuatnya lupa dengan tanah kelahirann...