Chapter 20☑️

6.6K 467 0
                                    

Don't forget to give a vote⭐️

Ku langkahkan kakiku memasuki sebuah gedung yang tidak terlalu besar, tak lain adalah cabang perusahaan ayahku yang berada di Korea, aku baru saja selesai mengajar dan segera kesini. Lalu bergulat dengan beberapa berkas. Aku memang sudah mengajukan surat pengunduran diri kepada ibu ketua TK, tapi ia memintaku untuk tetap mengajar sampai guru pengganti datang, yaitu setelah perayaan hari Ibu dan aku tidak menolak, menurutku itu bisa ku jadikan sebagai hari perpisahan dengan murid-muridku. Aku pasti akan sangat merindukan mereka.

Saat sedang fokus pada berkas-berkas, tiba-tiba aku baru sadar ada sebuah file yang lupa kubawa. Pasti tertinggal di apartemen. Dengan tubuh yang letih, akhirnya aku pulang untuk mengambil file tersebut.

Baru beberapa langkah keluar gedung, aku melihat sosok pria yang sedang memandangku dari seberang jalan. Matanya menatap tajam mataku. Aku tidak mengenali orang tersebut, dia memakai pakaian serba hitam dengan topi yang berwarna senada, dan ia juga menggunakan masker hitam.

Pria misterius yang menyeramkan tersebut sebetulnya sudah mengikutiku selama seminggu ini dan itu sangat menakutkan serta mengganggu. Dia selalu mengamatiku penuh dengan tatapan tajamnya.

Bahkan saat aku sedang berjalan-jalan bersama Jimin dan Jiya ke mall dua hari yang lalu, aku juga melihat pria itu yang mengamatiku dari kejauhan. Aku sangat ketakutan saat itu. Hingga Jimin sadar karena perubahan mood yang tiba-tiba, ia menanyakan aku kenapa tapi aku menjawab bahwa aku baik-baik saja.

Aku tidak ingin membuat ia khawatir, terlebih akhir-akhir ini Jimin sangat disibukan oleh proyek barunya. Jadi ku putuskan untuk menutupi hal ini darinya.

Pria misterius itu masih melihatku, dengan tergesa-gesa aku segera menghampirinya, tapi...

Bunyi nyaring klakson langsung menghentikan langkahku. "Hampir saja kau tertabrak mobil, Valerie bodoh!" Umpatku dalam hati. Aku melangkah mundur dan segera membungkukkan badan kepada pengemudi mobil meminta maaf. Setelahnya, mobil tersebut melesat begitu saja.

Mataku memandang lurus ke depan lalu menengok ke kanan-kiri. Sial, aku tidak dapat menemukan pria misterius yang menyeramkan itu. Dia sudah hilang dari tempat semula ia berdiri memandangiku. Kini, sampailah aku di apartemen. Dengan cepat aku segera membuka pintu dan berjalan memasuki ruangan.

Aku menendang sesuatu. Kutundukkan kepalaku dan melihat sebuat kotak berwarna putih. Apakah ini sebuah kejutan lagi dari Jimin? Dengan senyuman yang mengembang pada wajahku, ku raih kotak tersebut dan membawanya bersamaku ke ruang tengah. Aku tak sabar untuk melihat isinya!

Perlahan kubuka tutup kotak tersebut dan melihat apa isinya. Aku segera melempar jauh kotak tersebut setelah mengetahui apa yang terdapat di dalamnya. Tangan dan kakiku gemetar dengan kepala yang menengok ke kanan-kiri takut.

Kotak tersebut jelas bukan dari Jimin. Seseorang mengetahui sandi apartemenku. Dengan kaki yang sedikit berlari keluar dan segera memberhentikan sebuah taxi.

"Ke H. Corp, Pak." Ujarku pada supir taxi. Aku benar-benar takut. Ini sudah keterlaluan.

Tak butuh lama, sekarang aku sudah sampai di kantor Jimin. "Apakah Presdir Hwang ada di ruangannya?" Tanyaku pada resepsionis.

"Presdir Hwang sedang ada rapat. Perlu ku beriㅡ"

"Tidak, aku akan menunggu di ruangannya," potongku dan segera menuju ruangan Jimin. Setidaknya, disinilah aku merasa aman. Karyawan di sini sudah tau jika aku kekasihnya Jimin jadi semua orang langsung tersenyum manis ketika melihatku. Aku sudah sering berkunjung kesini menyempatkan diri untuk membawa makan siang untuk Jimin atau sekadar menemai Ji Ya yang ikut dengan Jimin.

CONNECTED [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang