Don't forget to give a vote⭐️
5 tahun sebelumnya.
Selesai luka di kepalaku diobati dan diperban, aku segera menemui wanita yang tidak sengaja ku tabrak tadi. Kondisi wanita itu sekarang kritis setelah menjalani operasi. Termasuk operasi cesar yang harus ia jalani tadi. Ini salah satu keajaiban, bayi yang sedang wanita itu kandung tersebut selamat meski terpaksa harus lahir sebulan lebih cepat. Sehingga bayi itu sekarang berada di inkubator.
Wanita itu sempat sadar dan melihat anaknya sebentar setelahnya ia langsung tak sadarkan diri. Setidaknya aku bisa bernafas lega walaupun sedikit. Bayi itu masih selamat. Kau beruntung, Jimin. Jika tidak itu artinya kau membiarkan seseorang tiada sebelum melihat dunia.
Ku akui, aku pengecut. Aku menyuruh ayahku untuk membereskan semua masalah ini dengan cepat, hingga tidak ada media yang memberitakan tentang diriku yang terlibat di kecelakaan ini.
Di satu sisi, aku tidak ingin membiarkan perusahaan ayahku yang telah ia rintis mengalami masalah karena investor yang melepas sahamnya pada perusahaan ayahku jika saja kecelakaan ini terungkap. Tidak, aku tidak akan membiarkan itu semua.
Maafkan aku. Ku pandangi wanita yang terkulai lemas dengan beberapa alat menempel pada tubuhnya.
Kau sudah membuat seseorang menderita, Hwang Jimin.
Perasaan tak tega dan penyesalan memenuhi ruang hatiku. Aku tidak menyangka akan seperti ini. Seharusnya aku tidak minum-minum. Seharusnya aku yang menghantam truk besar tadi.
Seharusnya, seharusnya, seharusnya...
Tanganku meraih berkas yang berada di atas meja. Berkas berisikan informasi wanita tersebut.
Seorang wanita berusia 20 tahun yang berkuliah di salah satu universitas ternama di Seoul. Dibesarkan di panti asuhan karena ayah dan ibunya meninggal akibat kecelakaan pesawat. "Kang Taeyeon..." lirihku sambil menatap wanita yang berbaring di ranjang. Tiba-tiba, aku melihat pergerakan dari tangannya. Kemudian matanya terbuka perlahan.
"Aku akan memanggil dokter!" Ujarku seraya berjalan keluar, namun pergelangan tanganku seketika digenggam olehnya.
Aku melihatnya bingung dan wanita yang bernama Kang Taeyeon itu menggeleng lemah, "ti..tidak. Tet..ap di si.. di sini," ucapnya terbata-bata dan sangat pelan, seperti berbisik.
Kugenggam tangannya erat seraya menatap matanya yang sayu, "Aku tau maaf tak akan membuat seㅡ" ucapanku terputus karena ia meremas tanganku dan tersenyum, "ini takdir..."
"Tapi, kau harus berjanji," lanjutnya lemah.
"Jika aku tidak selamat, rawatlah anakku dengan baik. Anggaplah ia sebagai anakmu dan ia menganggapmu sebagai ayahnya."
"Kau akan selㅡ"
"Berjanjilah padaku."
Aku hanya mengangguk, aku berjanji.
Tak lama, aku melihat ia yang mengalami sesak napas. Aku yang panik pun segera keluar dan memanggil dokter. Beberapa menit ia diperiksa, hal yang tak ingin ku dengar terucap dari mulut sang dokter.
Kang Taeyeon meninggal...
Semua karena ulahku.
Ayahku segera menahan tubuhku yang ingin jatuh ke lantai dan segera membawaku pergi menjauh dari jasad Taeyeon karena kerabatnya akan datang. Ia tidak boleh melihatku dan bayi Taeyeon.
Aku akan membawa bayi itu bersamaku dan merawatnya. Anggaplah ini permintaan maafku.
***
Kulirik jam yang menempel pada dinding, jarum pendeknya mengarah pada angka 2. Sudah dini hari seperti ini, Taeyeon belum pulang juga.
Seharusnya aku menemaninya tadi! Ia sedang bersedih karena kekasihnya belum juga menerima bayi yang ia kandung. Tinggal sebulan ia melahirkan bayinya, tapi kekasih brengseknya tetap tidak mengakui bayinya. Sialan.
Dimana kau, Tae?
Tiba-tiba ponsel ku berdering menandakan telepon masuk dan segera ku angkat meski nomornya tidak ku kenal, bisa saja ini dari Taeyeon.
"Halo?"
...
"Ya, aku sahabatnya. Apa yang terjadi?"
...
"A.. apa...?"
Seketika, kakiku yang menapak pada lantai lemas begitu saja mendengar ucapan dari seseorang yang ku yakini adalah polisi.
Taeyeon kecelakaan...
Dengan cepat, aku segera menuju rumah sakit yang polisi tadi sebut. Tangisku pecah begitu saja.
Dan disinilah aku, di ruang jenazah dimana Taeyeon diletakkan. Ia tiada... bayi yang ia kandung pun juga karena kecelakaan, sebuah truk besar yang remnya tidak berfungsi menabraknya.
Aku tak menyangka kau pergi secepat ini, Tae...
***
Aku memandangi kerumunan orang yang sedang mengantar Kang Taeyeon ke tempat peristirahatan terakhirnya dari dalam mobil.
Satu persatu orang-orang tersebut pulang hingga menyisakan satu wanita yang masih menangis di makam Taeyeon. Aku tidak bisa melihat wanita itu dengan jelas, karena posisiku yang jauh dan wanita itu menyamping. Aku hanya bisa melihat rambutnya yang panjang berwarna brunette.
Apakah kakak atau adiknya? Ah, tidak. Dia anak tunggal.
"Tuan Muda, Anda harus berangkat sekarang," kata supirku membuat diriku sadar dari lamunan.Tak lama, mobil yang ku tumpangi berjalan dan keluar dari pemakaman.
Aku akan menepati janjiku, akan kubesarkan anaknya seperti aku ayahnya.
-Tbc-
Telah direvisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONNECTED [end]
Fanfic[BOOK I] [COMPLETED] Valerie Johnson, wanita kelahiran Indonesia yang berusaha hidup mandiri di negeri ginseng, yakni Korea Selatan. Beberapa tahun mengenyam pendidikan di salah satu universitas ternama disana membuatnya lupa dengan tanah kelahirann...