Don't forget to give a vote⭐️
Kakiku melangkah keluar dari lift yang membawaku ke lantai dasar dan masuk ke dalam Range Rover milikku. Tak lama mobil yang kukemudikan berbaur dengan kendaraan lain menyusuri jalanan kota di malam hari.
Ku alihkan pandangan pada putri kecilku yang terlelap nyenyak setelah seharian bermain dengan Vally.
Aku bersyukur memiliki Vally yang bisa menemani Jiya dan memberinya sesuatu yang tak bisa ku berikan, kasih sayang dari seorang wanita. Meskipun Vally bukan ibu kandung anakku, tetapi Jiya senantiasa menerimanya dengan baik bahkan menyayangi Vally.
Berbicara tentang Vally, wanita itu membuatku bingung.
Ia begitu rupawan. Jangan lupakan bibir mungilnya yang menggoda selalu inginku kecup. Tetapi itu semua tidak sinkron dengan perilakunya. Dia sangat keibuan dan polos.
Terbukti saat kami berciuman, walaupun sudah beberapa kali dia masih tetap kaget dan tubuhnya sering kali menegang ketika bibirku mulai menempel pada permukaan bibirnya. Membayangkannya saja bisa membuatku sesak.
Ku terima malam ini tidur sendiri lagi, tapi lain kali tidak, Vally. "Sudah sampai Tuan Hwang." Ucapan Kyung membuatku sadar dari lamunan.
Mataku melihat sekitar, benar saja ternyata sudah sampai. Memikirkan Vally membuatku lupa dengan dunia sekitar. Aku meraih Jiya ke dalam gendonganku dan membawa ke kamarnya.
Dengan hati-hati aku membaringkan tubuhnya pada ranjang empuk. Ku pandangi putriku ini. Dia terlihat sangat menggemaskan.
Wajahnya sama sekali tidak ada kemiripan denganku, jelas. Walaupun begitu, aku sangat menyayangi Jiya sepenuh hati dan akan selalu menepati janjiku. Aku harap Vally akan baik-baik saja ketika mengetahui semuanya.
Ku daratkan bibirku pada dahinya dan mengecupnya pelan.
"Eugh, daddy?" Jiya terbangun dengan matanya yang masih terpejam.
"Lanjutkan tidurmu, Princess."
Dia memulai membuka matanya dan melihat sekeliling. Kemudian sadar bahwa dia sudah berada di kamarnya. "Where is mommy?" Tanyanya yang membuatku bingung. "I want mommy," tambahnya lagi hampir terdengar merengek.
"Mommy?" Tanyaku balik.
Jiya menatapku polos. "Mommy Vally..." Katanya sambil memberikan cengiran khas, menampakkan dua gigi kelincinya.
Aku melihatnya bingung, sejak kapan dia memanggil Vally dengan sebutan mommy? Tapi, itu terdengar... Manis.
"Jiya bisa memanggil Ibu Vally mommy 'kan, dad?" Kepalaku mengangguk antusias—setuju, setelahnya mendapat respon Jiya senang.
"Mommy Vally sudah pulang saat kau tertidur, sayang. Sekarang saatnya tidur kembali, ini sudah malam." Jelasku. Aku beranjak dari kasurnya dan menyalakan lampu tidur lalu keluar kamar seusai memberi kecupan di pelipisnya.
"Selamat tidur, daddy!"
"Mimpi indah, Princess."
Ku tutup pintunya perlahan kemudian ke kamarku dan segera membersihkan diri. Setelah selesai, aku meraih ponselku dan mulai mengetik sebuah pesan.
Me
Mommy... ?Lalu ku kirim ke kontak Vally. Semoga dia belum tidur, jadi aku bisa menggodanya. Tak lama aku merasakan ponselku bergetar, rupanya dia belum tidur.
Vally
What do you mean?Aku terkekeh melihat balasannya. Ayo, mulai menggoda Nona Muda.
Me
Kau.Vally
Oh, I see. Pasti ini karena Jiya.Me
Ayo, kita membuat adik untuk Jiya, Mommy.Sudah ku pastikan, dia akan mendecih sebal ketika membaca pesan dariku. Dia selalu saja kesal ketika percakapan kami selalu mengarah ke arah yang... you know.
Vally
In your dreams, Tuan Hwang!Oh, sekarang lihatlah pada balasan wanitaku satu ini. Sangat berani. Tentu saja itu akan terjadi, tidak hanya sebuah mimpi. Kau tunggu tanggal mainnya, Val.
Me
Really? Mari kita lihat nanti, sayang.Me
Tidurlah, ini sudah malam.
Mimpikan aku.
Selamat tidur, Mommy.Vally
Good night!Aku tertawa renyah mendapati balasan singkat darinya. Dia pasti sebal denganku, jika saja ini langsung, bukan pesan pasti dia sudah mencubitku.
Ku letakkan ponselku di nakas dan menyibak selimut untuk menutupi tubuhku.
-Tbc-
Telah direvisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONNECTED [end]
Fanfic[BOOK I] [COMPLETED] Valerie Johnson, wanita kelahiran Indonesia yang berusaha hidup mandiri di negeri ginseng, yakni Korea Selatan. Beberapa tahun mengenyam pendidikan di salah satu universitas ternama disana membuatnya lupa dengan tanah kelahirann...