Chapter 28☑️

4.8K 433 11
                                    

Don't forget to give a vote⭐️

Isak tangis Valerie memenuhi kamar hotel, dengan keadaannya yang dipeluk Jimin. Namun, Valerie tidak memperdulikan pelukan tersebut, dia tetap memukul dada Jimin kencangㅡmemberontak. Berusaha melampiaskan kesedihannya.

Jimin hanya diam dan memeluk Valerie erat, membiarkan dadanya yang sudah banjir oleh air mata Valerie dipukul. Meski sakit, ia tak peduli. Yang ia mau kekasihnya bisa melampiaskan kemarahan pada dirinya. Rasa sakit yang ia dapat tidak sebanding dengan apa yang ia perbuat beberapa tahun lalu.

"K-kau..." ucap Valerie lemah.

"Maaf, aku mohon, aku tidak bermaksud." Pinta Jimin. Valerie masih menangis sesegukan, matanya pun sudah sembab. Ia menangis hebat ketika mendengarkan semua penjelasan Jimin. Hatinya seakan rapuh seketika usai mendengar apa yang Jimin jelaskan, kakinya pun lemas seperti tak bertulang.

Tak lama ia pun tumbang di dada Jimin, ia pingsan. Jimin memaki dirinya sendiri melihat keadaan kekasihnya yang seperti ini karena ulahnya. Ia hanya bisa menyesal dan berharap semua kejadian itu tidak pernah terjadi.

Meski, pada dasarnya itu bukan kemauannya. Ia tak sadar dan bodoh. Ia segera membaringkan Valerie pada ranjang dan segera menelpon dokter untuk memeriksa.

***

Aku mendecih dan menatapnya tajam, "salah paham? Cukup Kim Sooyoung! Aku sudah mendengarnya, semua."

"Kurasa semuanya sudah jelas, hubungan ini berakhir. Kau bisa mendapatkan wanita ini, man." ujarku sambil menepuk pundak lelaki yang tak ku kenal itu lalu keluar dari tempat terkutuk ini. 

Aku bisa mendengar Sooyoung yang terus meneriaki namaku, tapi aku tetap berjalan dan menuju tempat yang bisa membuatku lupa dengan masalah percintaan sialan, hanya untuk malam ini.

"Hentikan semua kepalsuanmu, Sooyoung!

Brengsek, selama ini yang ia lakukan hanya menghabiskan uangku. Dengan bodohnya, aku tidak sadar bahkan memberikan semua yang ia mau.

Apartemen, mobil, perhiasan.

Kenapa kau sangat tolol Hwang Jimin?! Kau malah termakan cinta palsunya.

^[Potongan Scene Chapter 17]^

Wanita itu menghampiriku dan mencoba meraih tanganku, namun dengan cepat aku menepisnya.

"Aku bisa menjelaskan semuanya, Jimin. Kau salah paham."

Dan sampailah aku di sebuah club malam setelah meninggalkan Sooyoung, menenggak shot demi shot vodka yang berada di tanganku.

"Brengsek!" Geramku.

Aku menuang kembali botol minuman keras tersebut berkali-kali hingga kesadaranku pun hampir hilang, tidak sepenuhnya. Kuputuskan pulang sebelum hilang kesadaran secara keseluruhan. Aku mengendarai mobilku ini di atas kecepatan rata-rata, mataku berkunang dan kepalaku mulai pusing.

Secara tiba-tiba, aku melihat sebuah truk besar yang berjalan ke arah mobilku. Dengan cepat, aku membanting setir ke arah lain. Untung saja jalanan ini sepi.

"AAAAAA!!!" Teriak seseorang sangat kencang.

Tidak sadar, aku mengarahkan mobil ke arah trotoar, sialnya ada seorang wanita yang sedang berjalan disana.

*BRAKKK*

Mobilku baru bisa berhenti ketika menabrak sebuah tiang. Tepatnya, setelah wanita itu terhempas begitu saja terhantam oleh mobil yang kukendarai.

Apa yang telah kau lakukan, Hwang Jimin?

Aku berusaha keluar dari mobilku susah payah, kepalaku mulai mengeluarkan darah karena terkena hantaman stir mobil. Dengan jalan yang tertatih, aku menghampiri wanita itu yang tergeletak mengenaskan.

Mataku membelalak, jantungku seakan terlepas dari tempatnya, tubuhku terhuyung ke aspal. Badanku melemas ketika mendapati keadaan wanita itu. Terlebih darah yang berada di sekitarnya dan perutnya yang buncit.

Wanita itu hamil...

Aku menutup kembali pintu hotel setelah dokter itu keluar. Tubuhku mendekati Vally yang terbaring lemah di kasur. Aku mengusap rambutnya dan mengecup keningnya cukup lama, "maafkan aku, Vally."

Kata dokter Vally baik-baik saja, hanya mengalami shock berat. Dan itu karena ulahku. Aku tau, kesalahanku ini tidak akan bisa dimaafkan. Kau berhak mendapatkannya, Jimin.

Ku baringkan tubuhku di sebelahnya lalu memeluk tubuh Vally dari samping. Kusandarkan kepalaku pada bahunya.

"Ma..maafkan aku, Val..."

"Ampuni aku, Tuhan..." Aku semakin mendekap tubuhnya erat. Tubuhku mulai bergetar, nafasku seakan tercekat. Tak bisa ku tahan, akhirnya tetes air mataku pun turun membasahi pipiku.

-Tbc-

Telah direvisi.

CONNECTED [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang