VOTE DULU BARU BAJA.
JANGAN JADI SILENT READERS YAAAA!!!!🌻🌻🌻
"Nediv!" Panggil seseorang dari arah belakang.
Sang pemilik namapun menoleh ke arah gadis yang memanggilnya, ia tidak tahu namanya. Yang ia tahu, gadis itu adalah anak OSIS kelas 11 IPA. Semua sahabat Nediv juga ikut menoleh ke arahnya, memandangnya aneh. Ada urusan apa sampai memanggil Nediv dan lari ngos-ngosan?
Mereka yang hendak menuju ke perpustakaan menjadi mengurungkan niat. Jangan salah paham, pergi ke perpustakaan hanya ingin menenangkan sepasang mata mereka saja. Ya, sebab sedari tadi cuma melihat muka Virly yang membuat muak. Bukannya suka menghindar tapi mereka terlalu malas menanggapi. Apalagi tidak ada Nike di sini, jadi mereka mengingat apa perkataannya dulu, yaitu jangan mengambil keputusan secara gegabah. Biarkan saja dulu Virly berkata sesuka hatinya, tetapi jika sudah pada waktunya. Coba lihat nanti.
"Ngapain?" Tanya Nediv setelah memutar tubuhnya menghadap cewek itu.
"Lo pergi ke rooftop sekarang."
"Ha? Ngapain?" Bukan hanya Nediv saja yang kebingungan, tetapi semua sahabatnya yang mendengar ikutan bingung.
Tanpa mengucap apapun cewek itu berlalu begitu saja, bahkan tidak mengatakan siapa yang menunggu Nediv di sana. Ini tentu membuat semuanya bingung. Siapa sebenarnya yang memerintahkannya untuk pergi ke rooftop sekolah. Ingin saja untuk tidak pergi ke sana, namun rasa keponya sudah ditingkat akut. Nediv mengedarkan pandangannya ke arah sahabat-sahabatnya dengan wajah bingungnya. Mencoba mencari jawaban dari mereka.
"Gimana?"
"Apanya yang gimana?" Tanya Keisha polos.
"Coba ke sana sekarang," celetuk Wyne.
"Nanti kalau ada yang jahatin gimana dong?" Keisha lagi-lagi bertanya membuat semua tambah kesal.
"Lo yang gue kasihin ke mereka bocah! Biar oppa sama gue aja!" Ketus Cia kemudian berjalan terlebih dahulu meninggalkan para sahabatnya yang masih terdiam di tempatnya.
Akhirnya merekapun mengikuti Cia, kenapa yang dipanggil Nediv tapi yang datang malah semua? Sudahlah jangan pikirkan.
"Siapa ya kira-kira?"
"Gue gak tau lah, emang gue cenayang?"
"Jangan pada bacot, cepet ke sana biar kita tau apa yang sebenarnya," lerai Rivka saat Hana dan Keisha beradu mulut.
Mereka pun berjalan bersama hingga menjajari Cia, dia memang sengaja menunggu yang lainnya karena dia sendiri merasa malu jika harus berjalan sendirian. Rasa malu karena banyak cowok-cowok yang sengaja menggodanya. Tidak salah juga mereka sesekali menggoda Cia, memang kenyataannya dia mempunyai wajah yang cukup cantik. Mereka tidak tahu saja bagaimana sifat aslinya, sedari tadi Cia menahan kedua tangannya agar tidak mencakar wajah para cowok tengil itu dengan kuku panjangnya.
Cowok tengil selalu mengandalkan wajah dan selalu tertarik melihat cewek cantik apalagi body yang setara dengan gitar spanyol. Jarang sekali kaum adam tidak leleh melihat pesona wajah cantik dan bodygoals yang mereka punya. Jangan harap ketujuh gadis itu tertarik untuk menanggapi, sama sekali tidak. Malah rasanya ingin melempari sepatu mereka kepada para cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker's
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA. [Completed] Kisah yang sederhana dari sebuah persahabatan bagi mereka. Lara dan gembira telah ada dalam persahabatan mereka. Kedelapan gadis yang memiliki perbedaan dan ciri khas masing-masing, menjadi pelengkap cerita ini. ...