🌻2🌻

5.7K 223 4
                                    

🌻🌻🌻

Soraya menyiapkan roti tawar tanpa kulit dan mengolesinya dengan selai keju, ini adalah kesukaan suami dan putrinya. Biasanya Nediv lebih sering sarapan menggunakan roti daripada nasi, karena perutnya akan sakit jika sarapan oleh makanan terlalu berat.

Nediv telah menyelesaikan ritualnya sebelum berangkat sekolah, butuh waktu lama menunggunya dandan padahal akan pergi ke sekolah bukan pergi ke pesta. Tapi semua orang di rumah ini tidak heran dengan dirinya yang memiliki kebiasaan seperti itu, bahkan sahabat-sahabatnya juga melakukan hal sama seperti yang ia lakukan, kecuali dengan Wyne yang sulit sekali diperintah mengenakan makeup. Jika akan menghadiri party ketujuh sahabatnya lah yang menyerbu rumah Wyne agar mau memakai makeup dan tentunya memaksa. Tapi makeup yang dikenakan Nediv tidak terlalu terlihat, hanya olesan tipis agar wajahnya tidak pucat.

"Cepetan dong, lelet amat!" Ketus Bram yang sudah menyelesaikan sarapannya. Sedangkan Nediv baru menghabiskan setengah rotinya, ia sibuk bercermin. Udah wajar kan kalau cewek suka bercermin?

Memang rencana pagi ini Bram yang akan mengantarkan Nediv ke sekolah dan melarangnya keras untuk mengendarai mobil sendiri. Takut-takut nanti anaknya malah keluyuran, bukan untuk pergi belajar. Jika tidak hari pertama di sekolah baru pasti ia akan biarkan, toh anaknya sendiri yang rugi jadi bego ya urusan dia lah.

"Nediv berangkat sama anak-anak papi yang lainnya aja," ucap Nediv. Maksud dari anak-anak papi nya yang lain itu adalah para sahabatnya.

"Alah nanti jadinya keluyuran," tukas Bram sembari merapikan letak dasi kantornya.

"Astaga, kayak gatau anak sendiri aja. Ya pasti nggak lah. Kan di sekolah baru. Wajib tebar pesona dulu," jawab Nediv membanggakan diri sementara Soraya sudah menepuk jidat atas sikap anaknya yang belum tobat. Sedangkan Bram malah mengacungkan jempolnya bertanda ia setuju dengan pemikiran anaknya.

"Yaudah papi berangkat dulu," pamit Bram beranjak dari duduknya.

Soraya menyalami tangan suaminya yang sudah menjadi kewajiban seorang istri begitu pula dengan Nediv.

"Hati-hati ya pi," ucap Soraya menyerahkan tas kerja suaminya, "jangan genit sama sekretaris bohay kamu itu!" Peringatnya dengan mata tajam.

Bram tahu bahwa istrinya ini sangat cemburuan jadi ia tak mungkin melakukan hal-hal yang bisa melukai hati perempuannya yang ia sangat cintai itu. Apalagi sekarang ini Soraya sedang cemburu dengan sekretaris baru Bram di kantor yang selalu menggoda lelakinya. Sudah dirinya jelaskan berkali-kali bahwa ia tidak akan tergoda dengan perempuan manapun, tetapi tetap saja Soraya berulangkali mengingatkan dan tidak mau dibantah. Dia selalu mengatakan seperti itu sebelum suaminya berangkat sebagai tanda peringatan.

"Iya, papi janji deh. Kan udah berkali-kali juga bilangnya kalo nggak bakal sama perempuan itu dan perempuan lainnya," bujuk Bram seraya membelai lembut rambut istrinya yang tergerai dengan wajah cantik Soraya yang awet muda.

Nediv yang melihat tingkah sok romantis dari Bram langsung mencebikkan bibirnya, selalu saja seorang pria mengeluarkan semua jurus agar meluluhkan hati wanita. Tetapi dengan bodoh wanita itu cepat saja hati nya mencair. Walaupun Nediv percaya bahwa papi nya ini adalah tipe orang yang setia, namun ia selalu merasa geli jika mendengarkan gombalan Bram saat merayu mami nya. Dia hanya berdoa saja supaya kelak dirinya tidak mendapat suami yang tukang gombal seperti itu.

"Di sini masih ada anak woyyyy!" Teriak Nediv langsung mendapat pelototan tajam dari Soraya sementara Bram malah menjulurkan lidah tepat di hadapan Nediv. Setelahnya dia pergi begitu saja, segera kabur dari putrinya.

"Dasar emang papi kayak bocah," gerutu Nediv.

"Jangan ngatain, kalo orangnya denger. Nggak dikasih uang saku baru tau rasa."

Troublemaker'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang