🌻42🌻

2.2K 103 3
                                    

🌻🌻🌻

Nediva menggulung tubuhnya dengan selimut persis seperti kepompong. Ia sangat bosan, apalagi hanya seorang diri di rumah. Papi dan maminya entah pergi kemana, mereka pergi begitu saja saat Nediv tertidur. Dia sudah mencoba menghubungi nomor Bram atau Soraya, namun tak ada jawaban sampai sekarang.

Kesal, itu pasti. Tapi yang lebih parah, sekarang ini ia lapar. Bahkan sudah beberapa kali perutnya mengeluarkan suara. Ia yakin bahwa di dalam sana sedang berlangsung konser.


Jendra yang katanya akan datang, nyatanya sampai sekarang belum juga terlihat batang hidungnya. Nediv melihat ponsel berkali-kali, tak ada satu pun pesan dari Jendra maupun kedua orantuanya. Malah tertera notifikasi ratusan pesan dari grup sahabatnya yang super receh.

Ting... Tong... Ting... Tong...

Suara bel berbunyi begitu nyaring. Nediv buru-buru melepaskan selimut dari tubuhnya dan berlari keluar kamar. Menuruni anak tangga begitu tergesa-gesa. Dia yakin pasti itu Jendra.

Setelah membuka pintu utama, ternyata benar, tamu yang datang ke rumahnya adalah Jendra. Aroma parfurm cowok itu benar-benar memabukkan.

"Hai," sapa Jendra.

"Kenapa lama banget sih!" Bukannya menyapa balik atau mempersilahkan masuk, Nediv malah mengomel kepada Jendra.

"Maaf."

"Maaf-maaf doang, gak mempan!" Ketus Nediv sambil melipat kedua tangannya di depan dada lalu menekuk wajahnya.

"Sekarang ganti baju, kita pergi," pinta Jendra tentu merubah ekspresi Nediv secepat kilat.

"Serius?!"

"Iya."

"Tau banget kalau aku lagi lapar."

"Yaudah deh, kamu masuk dulu, aku ganti baju dulu ya." Nediv bergegas pergi menaiki tangga menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya.

Jendra hanya terdiam duduk di sofa ruang tamu. Dilihatnya rumah yang cukup besar berdinding warna cream serta sisi lain dihiasi oleh wallpaper indah. Ia menjadi rindu rumahnya yang dulu, tempat ia tumbuh dari merangkak sampai berjalan. Bermain bersama kedua orangtuanya, makan bersama, bahkan menonton televisi bersama-sama. Banyak kenangan yang ada di rumah itu.

Tapi sayang, sekarang ini ia tak pernah lagi tinggal di sana. Karena ia takut jika masa lalu itu menghantuinya lagi. Lebih baik ia pergi dari sana.

Tak lama Nediv sudah bersiap dengan kaos warna pink dengan tulisan trouble dipadukan oleh skinny jeans. Ia juga memakai flatshoes warna hitam serta slinbag yang berwarna sepadan dengan alas kakinya. Rambut yang biasa tergerai bebas kini ia ikat ala ekor kuda.

"Yuk bang," ucapnya sedikit mengejek Jendra.

"Kamu pikir aku tukang ojek?" Jendra pun menghampiri Nediv dan menggenggam tangan mungil cewek itu.

"Bisa jadi," kekeh Nediv.

Keduanya keluar dari rumah dengan tangan yang saling bertautan. Karena di rumah tak ada siapapun, Nediv tak lupa untuk mengunci pintu dan pagar. Ia selalu berbuat seperti itu karena Bram dan Soraya telah mengajarkannya untuk bersikap mencegah.

Troublemaker'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang