🌻47🌻

2.1K 102 11
                                    

🌻🌻🌻


Nediv dan ketujuh sahabatnya masih setia nangkring di kantin sambil berbincang asyik, ada saja yang dibahas dan topik terus berjalan lancar tanpa terhentikan. Cia sudah menceritakan bagaimana hubungannya kepada mereka, sebenarnya ia sudah jauh dari Toni beberapa hari yang lalu, namun bertepatan dengan masalah Nediv ia menjadi urung untuk bercerita.

Bagaimana pun dia masih peduli dengan orang lain, tapi bagi Cia, Nediv bukan hanya orang lain tetapi seseorang saudara melebihi sahabat.

"Kenapa si cowok muka pas-pasan kayak Toni bisa gituin sahabat gue?" Semprot tak terima dari Keisha.

"Tapi gue sayang," sangkal Cia merubah mimik wajahnya sedih. Ia masih sayang Toni, itulah kenyataannya.

"Sayang jangan jadi goblok." Nike berbicara dengan nada pelan tapi jelas menusuk.

Cia yang merasa menjadi bodoh hanya diam tak mau menyangkalnya, ya karena memang begitu.

Udah disakitin tapi tetep aja jadi goblok.

Dari kejauhan Cia melihat musuh bebuyutan datang, siapa lagi kalau bukan Virly. Memang karena posisi duduknya menghadap pintu kantin, jadi dia tau siapa saja yang akan datang ke sini. Ia melihat dengan teliti cowok yang berada di samping mak lampir itu, seperti pernah mengenal tapi ia lupa.

Sepasang matanya tetap saja melihat mereka bahkan sampai keduanya duduk di salah satu bangku kantin tak jauh dari tempat Cia.

"Siapa ya, kayak pernah tau?" Lirihnya sembari menepuk-nepuk jidatnya seperti berusaha mengingat.

"Ngapain sih lo tai kuda?!" Kaget Siren yang melihat ke-absurdan dari Cia.

"Tuh," tunjuknya kepada Virly dan cowok yang duduk di hadapannya.

Dan dengan kurang santainya Cia menunjuk-nunjuk menggunakan jarinya.

Kelewat santai.

"Jari lo lol, jangan gitu!" Peringat Nediv dan dia pun menurunkan telunjuknya.

Pandangan mereka berdelapan jatuh kepada Virly dan cowok itu. Sayangnya cowok itu duduk membelakangi, jadilah hanya terlihat punggung dan postur tubuhnya. Nediv tidak merasa asing.

Nediv menyambar minuman yang berada di atas meja meneguknya hingga tandas lalu sedikit berpikir dan mengingat siapa seseorang yang memiliki postur tubuh seperti itu. Ia yakin jika dirinya tahu, pasti dulu mereka kenal dekat.

"Gue gak asing sama postur tubuh kayak cowok itu," ujarnya.

Ketujuh sahabatnya auto mendelik dan menatap kurang santai Nediv.

"Emang siapa?" Tanya Wyne.

"Iya sih, kalian berdua dari tadi bilang kayak kenal mulu, gue aja gak tau." Rivka menimpali.

"Apa jangan-jangan itu murid baru yang Cia sebut?" Duga Hana dan diangguki antusias oleh Cia.

"Bener coy bener!"

Tanpa mereka sadari datanglah seseorang menghampiri Nediv, siapa lagi kalau bukan Jendra. Ternyata cowok itu sudah mau mengalahkan egonya. Ia menepuk bahu Nediv pelan dan sang empu menoleh ke belakang dan sedikit mendongak melihat siapa yang menghancurkan konsentrasinya untuk mengingat seseorang.

Troublemaker'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang