🌻🌻🌻
Suara musik yang keras dan lampu disko memenuhi ruangan, bau alkohol dan rokok sudah merajalela di tempat ini. Seorang laki-laki di meja bar sudah menghabiskan lima gelas whisky. Hari ini ia memutuskan untuk pergi ke klub menghilangkan sedikit kesepiannya. Biarkan dia tenang di sini tanpa kegelapan yang selalu menghantuinya. Teman-temannya sempat melarangnya untuk datang ke sini karena alasan mereka yang masuk akal, yaitu jika dia datang ke sini bisa jadi akan merusak nama baiknya. Tetapi Jendra tidak peduli dengan itu, yang terpenting keinginannya sudah terpenuhi. Mereka juga yang mengantarkan Jendra ke klub ini, tetapi entah sekarang berpencar kemana. Yang terpenting semua temannya memberi waktu sendiri untuk Jendra.
Jendra meracau, menyalahkan dirinya sendiri dari masalalu yang pernah terjadi dihidupnya. Sekeras apapun ia berusaha melupakan tetap tidak ada hasilnya, malah kejadian itu tetap bersarang permanen di otaknya.
Rasa bersalah dan trauma tetap saja ada di dalam diri Jendra. Meskipun sikap saat di sekolah begitu baik tetapi semunya hanyalah untuk menutupi dirinya yang begitu buruk. Dia merasa tidak lagi berguna di dunia ini. Seburuk inikah jalan hidupnya? Untuk berdiri tegap saja ia tak mampu dan membutuhkan penopang.
"Satu gelas lagi!" Ucapnya kepada salah satu pelayan.
"Tapi anda sudah meminum banyak," jawab pelayan tersebut.
Jendra tidak mau jika ditolak, semua kemauannya harus dikabulkan, "gue bilang tambah ya tambah!"
Seseorang datang menghampiri Jendra, duduk di kursi bar sebelahnya yang masih kosong. Menatap tak tega temannya yang benar-benar kacau.
"Pikir kesehatan lo bego!" Kesal Davin.
"Gue gak peduli!" Balas Jendra dengan nada tinggi.
Brakkk......
Davin memukul keras rahang Jendra hingga cowok itu tersungkur di lantai. Pandangan para pengunjung terarah kepada mereka. Davin tidak bisa lagi menahan emosinya melihat kekacauan dari Jendra. Tidak peduli siapa Jendra, dia memukul rahang temannya itu hingga tersungkur. Bukan hanya ia yang pernah memukul Jendra tetapi Rafa, Carl, Toni, dan Candra juga pernah melakukan itu untuk menyadarkan Jendra. Semua temannya menghampiri mereka berdua, Rafa membantu Jendra untuk berdiri sedangkan Carl dan Candra menahan Davin takut-takut jika kelepasan lagi.
"TAPI TEMEN LO SEMUA PEDULI SETAN!" Bentak Davin lagi.
"Udah Vin lo jangan bikin kekacauan di sini," bisik Candra di telinga Davin.
"Tapi temen lo harus sadar goblok."
"Gue tau Jendra emang gak pernah sadar, tapi kita harus ngerti keadaan dia," celah Toni berusaha meredamkan masalah ini.
Toni yang mendadak jadi bijak dibalik sifat konyolnya.
Jendra melemas tidak bisa lagi untuk menahan tubuhnya, sakit akibat pukulan dari Davin pun tidak terasa lagi, pandangannya mengabur dan mendadak berubah menjadi hitam. Dia pingsan akibat terlalu banyak meminum whisky yang dipesannya tadi, Rafa dan Toni membantu dia berjalan keluar dari klub yang dipenuhi oleh banyak orang. Membawa pulang Jendra sepertinya lebih baik dari pada harus menunggunya sadar di sana. Jika benar dia tetap dibiarkan di dalam klub pasti akan melakukan hal yang bodoh lagi. Seperti meminum bir lagi sampai benar-benar puas.
"Lo yang nyetir Can, males gue," ucap Davin melemparkan kunci mobilnya kepada Candra.
Bagaimanapun sifat dingin dari Jendra, dia adalah teman mereka. Seburuk-buruknya dia, Jendra masih membutuhkan Davin, Rafa, Carl, Toni, dan Candra. Itulah persahabatan, mau menerima bagaimanapun sifat sahabatnya. Seburuk apakah dia sebaiknya kita lah yang memperbaikinya. Bukan malah meninggalkan dia yang berusaha untuk bangkit dari keterpurukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker's
Fiksi RemajaFOLLOW SEBELUM MEMBACA. [Completed] Kisah yang sederhana dari sebuah persahabatan bagi mereka. Lara dan gembira telah ada dalam persahabatan mereka. Kedelapan gadis yang memiliki perbedaan dan ciri khas masing-masing, menjadi pelengkap cerita ini. ...