🌻26🌻

2.6K 115 1
                                    

🌻🌻🌻

"Jen, nanti malem lo jadikan balapan sama Queen?"

"Hm," Jendra hanya berdeham sebagai jawabannya.

Mereka kini berada di dalam kelasnya, bel pulang sekolah berbunyi 10 menit yang lalu. Namun mereka berenam belum juga pulang. Hari ini tidak ada juga rapat OSIS yang menyibukkan Jendra dan Davin. Akhirnya bisa berkumpul bersama. Niat mereka adalah melanjutkan bermain basket, tetapi melihat cuaca yang mendung, mereka mengurungkan niat itu. Sebenarnya dengan hujan-hujan pun tidak apa, tetapi Toni lebih memilih game di ponselnya daripada bermain basket.

Akhirnya semua menuruti Toni untuk tidak bermain basket. Sekarang saja anak itu sudah beradu dengan Candra, Rafa, Davin di game. Beberapa umpatan bahkan sudah mereka lontarkan. Sekebun binatang juga lengkap disebut.

Sementara Jendra memilih memainkan bola basket bersama Carl di dalam kelas. Memantulkan ke lantai dan saling mengoper. Mereka sering melakukan ini, hingga beberapa teman perempuan di kelas sering protes. Pasalnya, bola basket itu akan memantul kesana-kemari. Kadang juga sampai mengenai mereka. Taulah bagaimana respon anak perempuan jika terkena bola basket?

"Dasar anjing lo Raf! Gue temen lo kenapa malah ditembakin sih?!" Pekik Toni heboh. Ia sangat kesal kepada Rafa, dia selalu menembak dirinya padahal mereka satu tim.

"Muka lo muka buronan bro, gak bisa bedain mana temen mana musuh," jawab Rafa enteng.

Mereka masih menatap ponsel bahkan jari-jarinya menari di atas layar. Rafa semakin tertawa saat Toni kesal. Dan kalian tahu, kali ini Toni sudah melemparkan ponselnya ke atas meja. Ia sangat kesal karena mendapat kekalahan.

"Ya kan gue kalah!" Pekiknya lagi. Tatapan tajam dari matanya mengarah kepada Rafa yang sedang tertawa terbahak. Begitupun dengan Candra. Jika Davin, dia hanya tersenyum singkat lalu datar kembali.

"Kalau kalah harus kasih hukuman dong," celetuk Candra setelah mendapat ide.

Sebelumnya memang tidak ada perjanjian jika yang kalah terkena hukuman, berhubung Toni kalah. Ide jahat dari mereka melintas begitu saja dengan cepat tanpa berpikir lama.

"Gak ada perjanjian, enak aja." Toni lagi-lagi kesal dengan para temannya ini.

"Sekarang ada Tronton!"

"Apasih lo panggil gue tronton kayak gituan?"

"Lagi pengen ajah," goda Rafa sembari memeluk lengan Toni, bergulat manja di sana.

Yang melihat tingkah Rafa sontak mendelik dan bergidik ngeri. Apakah selama ini temannya sudah belok gara-gara terlalu lama jomblo? Jangan sampai hal itu terjadi pada dia, mereka tidak akan sudi lagi berteman dengan Rafa jika benar faktanya.

"Lo pindah haluan?" Tanya Davin menaikkan sebelah alisnya. Dia jijik harus menatap Toni dan Rafa.

Toni saja merasa jijik ditempeli oleh Rafa, ia berusaha melepaskannya. Namun, tetap saja yang dilakukan oleh temannya itu.

"Lepasin babi, lo kenapa sih," rutuknya. Tangannya tak henti-hentinya juga melepaskan cekalan tangan Rafa di lengannya.

"Lo harus mau nerima hukuman dulu!" Tolak Rafa.

Jadi ini semua juga ide jahilnya untuk menjahili Toni, yang lainnya spontan paham dan malah mendukung.

"Udah lo turutin aja!" Sahut Carl, ia mendengar obrolan para temannya dan baru kali ini menyahut.

Troublemaker'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang