🌻66🌻

1.7K 94 5
                                    

🌻🌻🌻

Hari-hari yang sempat mereka lupakan sekarang ini telah kembali lagi. Nediv dan Jendra saling melengkapi seperti dulu, meski Nediv belum memberi jawaban untuk Jendra. Ia hanya perlu waktu, sementara Jendra hanya memperbaiki kesalahannya dan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Kini mereka duduk berdua di suatu kafe terkenal yang letaknya dekat dengan kampus. Setelah keduanya menyelesaikan mata kuliahnya hari ini mereka memilih untuk mampir terlebih dahulu di kafe. Sekalian juga untuk makan siang.

"Lo mau makan apa?" Tanya Nediv sembari membuka buku menu.

Tak ada jawaban dari Jendra, ia asik memandang wajah cantik Nediv. Ia menopang dagunya dan senyum-senyum sendiri. Ternyata memang Nediv itu cantik dan wajar saja dirinya jatuh cinta.

Nediv yang melihat itu segera menginjak kaki Jendra dan sang empu merintih kesakitan.

"Apa-apansih lo," gerutu Jendra.

"Salah sendiri ditanya malah bengong. Lo kesurupan?"

Jendra mengangguk serta senyum-senyum tak jelas. Menambah kadar kegantengannya.

Nediv kaget, jika benar keserupan berarti dia juga ikut main sama setan dong? Tiba-tiba sekujur tubuhnya merinding. Apalagi cowok di hadapannya ini hanya senyum-senyum tidak jelas.

"Kesurupan setan model apa?" Bisiknya.

"Setan cantik," jawab Jendra.

Nediv benar-benar takut dibuatnya. Meski ia ini mantan pembalap tapi kalau masalah ghaib ia menyerah. Dia mengambil dompet serta ponsel yang tergeletak di atas meja lalu hendak pergi meninggalkan Jendra. Ia bisa ikut kesurupan jika terus bersama. Tapi hendak berdiri tangannya dicekal oleh Jendra.

"Please jangan pegang-pegang gue," mohonnya sambil berusaha melepaskan tangan itu.

Jendra bingung, emang mau ke mana Nediv? Kan mereka baru saja datang dan belum sempat memesan makanan. "Mau kemana sih?" Tanyanya.

"Lo kesurupan Jendra. Gue gak mau sama lo. Nanti ikut kesurupan," ujar Nediv polos.

Sementara cowok itu malah tertawa melihat tingkah konyol Nediv. Sementara Nediv malah tambah takut.

"Gue itu terpesona sama kecantikan lo, bukan kesurupan setan."

Ia bernapas lega, ternyata yang dipikirkannya tidak benar. Bayangkan saja kalau kesurupan beneran, bakal jadi trending topic. Nediv menyentil dahi Jendra, lama-lama mulutnya kayak Rafa. Suka gombal.

"Gombal mulu, gue kasih cabe mau?"

Jendra menggeleng, "gue maunya dikasih sama cinta lo."

"Cinta gue udah ada yang punya," balas Nediv sambil menyibukkan diri memilih makanan di daftar menu.

"Siapa yang punya?"

"Diri gue sendiri lah."

"Udah ini lo mau makan apa?" Tanya Nediv.

"Nasi goreng aja, pedes banget," kata Jendra diangguki oleh Nediv.

"Minumnya lemon tea ya?" Tanyanya lagi.

Jendra juga mengangguk lagi.

Nediv memanggil pelayan untuk memesan makanan mereka.

Sambil menunggu, Nediv mengeluarkan ponsel lalu mengambil foto Jendra yang sibuk memainkan ponsel. Foto pertama setelah sekian lama mereka tak pernah bertemu. Sebenarnya Nediv senang bisa kembali bersama-sama dengan Jendra, tapi entah mengapa hatinya ragu untuk menerima cinta cowok itu. Hatinya pun tertuju pada Jendra. Ia hanya perlu waktu untuk memulihkan semua luka-luka yang tercipta. Ia akan mencoba menerima, entah kapan jawaban yang ia beri.

Troublemaker'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang