🌻🌻🌻
"Kenapa?" Tanya Jendra disela-sela kemudinya.
Sesuai keinginannya kemarin, dia tetap menjemput Nediv sebelum berangkat sekolah. Kali ini berbeda dengan kemarin, ia lebih memilih menggunakan mobilnya. Bukan mobil untuk balapan biasa, melainkan mobil keduanya yang baru ia beli. Anehnya sedari tadi Nediv hanya diam, tidak protes jika Jendra menjemputnya tiba-tiba. Sungguh, Nediv tidak pantas berubah sikap menjadi pendiam seperti ini.
"Apanya?"
"Ngapain lo diem aja?"
Nediv menoleh kepada Jendra sekilas lalu menjawab, "bukan urusan lo!"
Jendra menatap tajam Nediv, hanya sesaat karena ia harus fokus pada jalan. Ia tak mau mereka celaka sebelum dirinya mengatakan isi hatinya. Sepulang sekolah nanti rencananya Jendra akan mengatakan sesuatu kepada Nediv. Asalkan kalian tahu, dia sama sekali tidak mengerti apa yang harus dikatakan nanti. Maksudnya, ia tak bisa seromantis Toni.
Tak mungkin kan ia belajar dari para teman-temannya? Apalagi kepada Rafa yang sedikit playboy. Yang ada malah menjadi bahan candaan.
"Urusan gue," jawabnya santai.
"Lagi kesel aja sama sahabat gue." Akhirnya Nediv mengatakan juga, karena bagaimanapun rasa kesalnya ini tak bisa ia pendam sendiri.
"Yang mana?"
"Yang mukanya persis kayak kanebo kering."
"KAYAK LO BEGO," batin Nediv dalam hatinya.
Jendra tidak menanggapi lagi, fokusnya kembali pada kemudi. Baru disadarinya bahwa cewek yang akan menjadi pacarnya itu sudah sedikit terbuka kepadanya. Mungkin kesempatan Jendra menjadi pacar Nediv akan semakin besar.
Tak terasa mereka sudah sampai di sekolah. Tatapan sinis, kagum, dan lain-lain sudah menyambut kedatangan Most Wanted tersebut. Nediv keluar terlebih dahulu, karena ia tahu bahwa Jendra tidak semanis cowok-cowok yang akan membuka pintu untuk gadisnya. Sudah, sangat mustahil untuk terjadi diantara mereka. Daripada kege'eran menunggu Jendra, lebih baik dia keluar dahulu sebelum diperintah.
Berselang beberapa detik, Jendra juga turun dan menghampiri Nediv yang menekuk wajahnya. Ia menggandeng tangan itu dan berjalan ke arah kelas mereka.
"Ngapain lo gak nunggu gue dulu?" Tanya Jendra sedikit menunduk, karena Nediv lebih pendek darinya. Mungkin hanya sebahu saja.
"Emang lo mau ngapain?" Pertanyaan yang begitu lolos membuat cowok dingin itu tersenyum sekilas.
"Lo pernah mikir gak kalau gue bakal kayak cowok romantis?"
"Gak." Nediv mendongak menatap tajam Jendra. Melepaskan gandengan tangan itu. "Mangkannya gue gak mau berharap dan tadi turun duluan."
Setelahnya ia melangkah pergi, menuju kelasnya tanpa menghiraukan Jendra yang senyum-senyum tidak jelas. Lucu juga sikap Nediv saat merasa badmood.
"Tunggu," cegahnya saat Nediv baru beberapa langkah berjalan.
Nediv menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, mengangkat sebelah alisnya bertanda untuk bertanya "kenapa?"
"Pulang sama gue."
"Ih, ogah!" Nediv berbalik lagi melanjutkan langkahnya yang terhenti.
Selama berjalan di koridor tak ada lagi murid perempuan yang membicarakannya, padahal jelas-jelas tadi ia berangkat bersama dengan Jendra. Apalagi ada adegan bergandengan tangan juga. Jujur saja, hari ini Nediv sedikit mempunyai mood yang buruk. Jadi tak sempat untuk protes kepada Jendra yang tiba-tiba menjemputnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker's
Novela JuvenilFOLLOW SEBELUM MEMBACA. [Completed] Kisah yang sederhana dari sebuah persahabatan bagi mereka. Lara dan gembira telah ada dalam persahabatan mereka. Kedelapan gadis yang memiliki perbedaan dan ciri khas masing-masing, menjadi pelengkap cerita ini. ...