🌻34🌻

2.4K 116 3
                                    

🌻🌻🌻

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu. Mereka berdelapan masih berdiam di kelas enggan untuk pulang. Rasanya kebiasaan ini sudah lama terlewatkan saat Nike menghilang begitu saja. Saat ini lah mereka kembali bersama, meskipun terlihat alay tapi mereka tak peduli. Topik perbincangan yang tak ada ujungnya tetap menyelimuti kehangatan itu, sesekali gelak tawa menghampiri mereka. Sampai ada yang meneteskan air mata.

Mereka juga tak hentinya menceritakan bagaimana proses Cia dan Toni jadian. Meski respons yang diberikan oleh Nike hanya senyum singkat tanpa pertanyaan.

Begitu juga Nediv yang sempat menjadi bahan candaan gara-gara sudah dua kali berangkat sekolah bersama Jendra. Ia sungguh ingin memutilasi para sahabatnya ini, membuang ke sungai atau mengumpankan ke singa Afrika.

"Jangan bacot deh, emang gue ngapain sih?" Ketus Nediv dari hati yang sangat kesal.

"Bentar lagi lo bakal nyusul Cia deh suer," ucap Hana sembari mengangkat jari telunjuk dan tengah yang membentuk huruf V.

"Bodoamat, lo cenayang bisa tau kedepannya gue?"

"Menurut kamus percintaan Keisha, Nediv dan Jendra itu bakal jadian hari ini."

"Ngaco huuu!" Sorak semuanya sambil melempar buku yang berserakan di atas meja ke Keisha.

Jiwa sotoynya Keisha bangkit teman-teman.

"Kalau sampai aku bener gimana?" Tantang Keisha sambil menyengir.

Nediv tampak berpikir sepertinya seru menerima tantangan dari Keisha. "Gue bakal beliin sesuatu buat lo deh."

Keisha bangkit dari duduknya dan menangkup kedua pipi Nediv dan ia tersenyum lebar menunjukkan deretan giginya. "Kalau gini gue tambah semangat nih!"

Hingga tiba-tiba suara langkah kaki mendekati ruang kelas mereka, dengan gerakan spontan mereka menoleh ke sumber suara. Bukan hanya suara langkah kaki tapi juga suara candaan. Suaranya lebih keras dan berat, persis seorang laki-laki.

"Hai cewek-cewek cantik!" Pekik Rafa berjalan terlebih dahulu dan melebarkan kedua tangannya persis ingin memeluk.

Namun gerakannya seakan berhenti saat seseorang menarik tas ranselnya. Siapa lagi kalau bukan Toni dengan wajah sok garangnya tapi lebih mirip algojo. Ia seakan tak terima bahwa pacarnya alias Cia dipeluk-peluk oleh teman terongnya ini. Dia saja tak pernah memeluk, namun cowok lain berusaha memeluk. Minta ditampol?

"Ada perlu apa?" Tanya Nike kepada keenam cowok tesebut.

Tampang gak seberapa tapi sok semua, ck!

"Mau ngajak lo pulang bareng nih!" Jawab asal Rafa.

"Jangan harap cowok playboy!" Ketusnya lagi. Ia benar-benar risih kepada cowok yang sukanya cuman menggoda perempuan. Kalau diajak berantem paling juga pergi, lari terbirit-birit.

Tatapan Rafa seakan menghunus kebarah Nike, seperti mengisyaratkan sesuatu yang tidak mereka mengerti kecuali keduanya. Namun dengan begitu, Nike langsung memasukan semua barang-barangnya yang tergeletak di meja dan memunguti buku yang menjadi korban untuk melempari Keisha. Dia bangkit berdiri dan pamit ke semua sahabatnya untuk pulang.

Troublemaker'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang