Extra Part

2.3K 106 7
                                    

🌻🌻🌻

Rumah yang awalnya sepi dan hening kini mendadak ricuh karena kedelapan gadis tersebut sedang heboh. Teriak sana-sini, tidak bisa diam seperti gangsing. Sementara keenam cowok yang memperhatikan hanya geleng-geleng kepala. Mereka akan pergi berlibur, jadi para gadis itu bahagianya bukan main. Berangan-angan pergi bersama akhirnya terwujud juga. Kuliah mereka juga sedang libur, jadi mereka punya kesempatan untuk menenangkan pikiran dengan cara berlibur.

"Ci lo bisa diem nggak?" Ujar Keisha saat Cia berteriak tepat di telinganya.

Cia hanya menggeleng dengan tak berdosa lalu berkata, "nggak tuh."

"Tengkar terus!" Celetuk Candra. Dia masih asik bermain catur bersama Jendra. Kebosanan yang melanda mereka para cowok tak bisa dihindari lagi. Kira-kira sudah hampir dua jam menunggu tetapi tak kunjung selesai.

Kedelapan gadis itu sedang sibuk merapikan barang-barang yang akan dibawa saat berlibur. Entah apa saja yang mereka bawa hingga seribet itu. Padahal 30 menit lagi mereka harus berada di bandara, namun mereka seakan menulikan telinga saat diberi tahu oleh Jendra maupun Carl. Kedua cowok itu memang sudah cuek dan dingin jadi malas untuk mengulang perkataan mereka lagi, berbeda dengan Toni, Candra, atau Rafa yang akan mengomel dan tidak capek untuk mengoceh.

"Ayo berangkat!" Intruksi Jendra lalu berdiri dari duduknya. Diikuti oleh Carl dan keempat cowok lainnya. Kepergian mereka mengundang tatapan aneh dari Nediv yang memang ia sudah selesai mengemas barang-barang dan siap saja untuk berangkat.

"Mau kemana?" Tanya Nediv. Jendra menghampirinya dan membantu untuk membawa koper Nediv, manis banget.

"Berangkat sayang, 30 menit lagi kita bakal take-off."

Mulut Nediv terbuka lebar dan mata yang melotot nyaris keluar. "Kenapa gak bilang?!"

Jendra menghela napas, sabar, "tadi udah bilang tapi tetep dicuekin."

Nediv gelagapan ia menghampiri para sahabatnya dan mengibaskan tangannya heboh, lidahnya kelu sampai tak bisa berbicara. Tingkah anehnya mendapat tatapan aneh dari mereka. Sampai padah akhirnya Siren beranjak dari duduknya dan menyentuh dahi Nediv, memastikan apakah sahabatnya itu sehat atau tidak. Ia rasa suhu Nediv normal, namun apa penyebabnya? Apakah tersambar setan dan akhirnya jadi sawan?

Tak hanya Siren, Rivka ikut berdiri dan memeluk Nediv agar tidak bergerak lagi. Nediv mengatur napasnya lalu menetralkan kegugupannya. Ia mencoba tenang dan mencoba berbicara tanpa kaku.

"Lepasin dong!" Pintanya kepada Rivka yang memeluknya sangat erat hingga sesak. Rivka akhirnya melepaskan pelukannya pada Nediv dan sedikit menjauh.

"Jadi....." Nediv sengaja menggantungkan ucapannya karena ia tak siap mendengar pekikan dari mereka.

"Apasih?!" Kesal Wyne karena ia sudah mendengar baik-baik, eh malah digantungin. Cukup hubungannya aja yang digantung sama Davin.

"Lo dateng-dateng kayak orang sawan, terus ngeselin." Nike ikut berbicara.

"Gue tinggal ya lo semua kalau nggak diem!" Nediv menunjuk ketujuh sahabatnyan dan memasang wajah galak. Ia tidak suka kalau mereka ribet dan memaki dirinya. Padahal ia sendiri suka memaki-maki salah satu dari mereka. Bodoamat lah ya, yang penting seneng.

Troublemaker'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang