🌻12🌻

3.5K 146 3
                                    

🌻🌻🌻

"Sumpah ya gue haus banget!" Keluh seorang gadis yang sudah habis meneguk satu botol air mineral.

"Untung aja freeclass kalo nggak gue udah terkapar tak berdaya."

"Sa ae lu Han," ucap Rivka kepada Hana.

"Ya emang gue kan hiperbola."

Kini mereka berdelapan lebih memilih pergi ke kantin untuk menghilangkan dahaga yang menyiksa mereka. Bayangkan saja 15 kali putaran mereka lalui, di bawah panas sinar matahari yang menyengat. Walaupun selalu mengeluh disetiap langkah tetapi tak ada satu dari mereka yang menghentikan kakinya untuk terus berlari. Bagaimana bisa berhenti kalau Jendra terus saja mengawasi? Anehnya dia hanya mengawasi Nediv dan teman-temannya saja, tidak dengan yang lainnya.

Nediv merasa ada yang aneh setelah Jendra berbisik, saat itu ia tidak berkutik sama sekali seolah tidak mendengar apapun meski sangat jelas ia mendengarnya. Otaknya tak mampu mencerna perkataan Jendra sampai sekarang.
Untung saja, saat itu tidak ada sahabatnya yang melihat. Mungkin Jendra sudah melihat situasi terlebih dahulu sebelum melakukannya. Kalau saja para sahabatnya melihat pasti sekarang sudah heboh, bahkan menjadi topik perbincangan.
Biarpun sekarang otaknya masih bertanya-tanya tetapi mulutnya tetap terkunci agar tidak menceritakan kepada mereka.

"Div kenapa sih lo diem aja?" Celetuk dari Sirena membuyarkan lamunan Nediv.

"Ehm.... gakpapa kok."

"Gue tiba-tiba laper," celetuk Wyne.

"Tidur lah!" Setelah mengatakan itu Keisha menyengir, sadar bahwa balasannya tidak menyambung dengan keluhan Wyne.

Wyne beranjak dari duduknya pergi untuk memesan makanan karena perutnya tidak bisa diajak kompromi lagi. Tenaganya juga sudah habis akibat hukuman tadi. Jangan harap para sahabatnya tidak ikut menitip, pasti mereka menitip semua. Apalagi Keisha yang tidak ada kasihan-kasihannya kepadanya. Untuk hari ini Wyne baik hati, besok sudah tidak!

"Lo ada yang ngerasa aneh gak sih sama ketos itu?" Tanya Nediv tiba-tiba.

"Tumben tanyain sih itu."

"Menurut gue dia selalu merhatiin elo sih, contohnya tadi waktu dihukum," ujar Rivka.

"Gue juga engga sengaja lihat dia, matanya natap lo terus Div," sahut Keisha.

"Terus gue harus apa?"

"Ya gimana lo nya? Mungkin sih dia cuma niat balas dendam gara-gara kita yang bikin kerjaan dia tambah," Siren ikut angkat berbicara yang awalnya dia hanya mendengarkan perbincangan mereka.

"Maksudnya gimana sih?" Lagi-lagi otak Nediv tidak berfungsi.

"Kita selalu melanggar aturan sekolah, padahal murid baru. Dan lo tau sendiri kan? Dia selalu diperintah untuk ngawasin kita sama guru BK. Mungkin aja dia mau deketin lo supaya gampang ngawasin lo nya," jelas Nike. Nediv baru paham dan maksudnya begitu. Jadi dia harus berhati-hati dengan Jendra.

Tetapi menurut pandangannya Jendra adalah laki-laki yang dingin. Bahkan setiap ia melihatnya, Jendra pasti tidak sedang berbicara. Tatapannya seperti kosong tidak punya tujuan tetapi tubuhnya berusaha tegap. Mungkin saat ini hatinya sedang rapuh, tetapi Nediv tidak tahu pasti tentang itu. Kenapa dia jadi memikirkan Jendra?
Tapi juga kenapa rasa penasaran selalu mendorongnya untuk mencoba mencari tahu?

Troublemaker'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang