🌻🌻🌻
Nediv bangun lebih awal daripada yang biasa ia lakukan dan kini sudah bersiap dengan seragam lengkap, ia tidak mau kalau Jendra menunggunya lama. Tentu saja tingkahnya saat ini mengundang pertanyaan dari Bram dan Soraya. Anaknya mendadak berubah, mulai dari tadi pagi yang sangat gampang dibangunkan tidak harus teriak-teriak, hingga saat ini yang sudah terlihat sangat rapi. Padahal jam masih menunjukkan jam 6 pagi. Biasanya dijam sekarang ini Soraya masih bekerja keras membangunkan Nediv, belum lagi dia yang lama bersiap saat akan pergi ke sekolah.
Sekarang Nediv menyantap roti tawarnya yang diolesi selai keju, serta ada segelas susu stroberi di sana. Sedari tadi pandangannya menuju kepada ponsel yang tergeletak di atas meja tepat di samping segelas susu stroberi miliknya. Beberapa kali ia menghidupkan lockscreennya tetapi tidak ada satu pesan pun yang masuk.
Jujur saja matanya masih sulit terbuka lebar dan kantong matanya juga terlihat. Tapi dengan cara apapun ia menutupi kantong mata itu. Jangan sampai kedua orangtuanya curiga mengapa kantong mata tersebut tercetak jelas, karena sepengetahuan Bram dan Soraya kemarin malam dia tidak pergi ke mana-mana.
"Ngapain sih liatin hp mulu?" Tanya Soraya setelah memerhatikan anaknya.
"Urusan anak muda," jawab Nediv sembari melahap lagi roti selai keju tersebut.
Di sana juga terdapat Bram yang duduk di kursi tengah, memerhatikan obrolan kedua perempuan yang ia sayangi membuatnya sedikit terkekeh. Soraya selalu ingin tahu apa yang terjadi terhadap anaknya, sementara Nediv selalu mengatakan bahwa itu adalah urusan anak muda.
"Mami jangan kepo ya!" Sahut Bram dengan nada sedikit mengejek. Dia tahu bahwa ada kekesalan dipikiran istrinya.
Soraya hanya menatap tajam suaminya seolah memberi isyarat, lalu Bram membalasnya dengan senyuman mengejek. Nediv tahu tingkah kedua orangtuanya, namun dia hanya diam saja tanpa mau menanggapi.
Jantung dan hatinya saat ini tak bisa diajak bermain-main lagi, hingga membuatnya kaku jika berbuat apa-apa. Untuk makan roti saja sebenarnya tidak nafsu, tapi bagaimana lagi kalau Mami super rempongnya tetap memaksa. Ia tidak memberitahu kepada mereka bahwa dirinya akan berangkat bersama dengan seorang cowok, tentu itu hal yang langka untuk dia. Mungkin baru kali ini hal tersebut terjadi. Sebelumnya, tidak ada namanya pulang-pergi berboncengan dengan cowok, kecuali Bram.
"Kenapa gue deg-deg an ya?" Batin Nediv di dalam hati. Bahkan kedua telapak tangannya sudah berkeringat dingin.
Ia membuka ponsel kembali setelah roti itu habis dilahapnya, tidak ada satu pesan masuk. Hanya notifikasi dari grup yang membahas hal tidak penting. Jendra juga belum membaca pesannya tadi. Ia hendak mengetik pesan lagi tapi sebuah ketukan pintu terdengar di indra pendengarannya.
Tokkk... tokkk... tokkk....
"Wah, jangan-jangan dia," gumamnya. Nediv segera beranjak dari duduknya, berjalan menuju ke pintu rumah yang terbuat dari kayu jati tersebut.
"Biar mami aja yang buka," teriak Soraya tetapi diabaikan oleh gadis itu.
Ia tetap berjalan ke sana dan pada akhirnya membuka pintu itu. Dan ya, apa dugaannya benar. Jendra berdiri di sana. Hoodie abu-abu yang dikenakannya sangat pas di tubuh jangkung itu. Serta aroma parfurm khas milik Jendra mampu menghipnotis saat memasuki indra penciuman Nediv. Dia tidak bisa mengelak lagi bahwa Jendra benar-benar tampan, meski mukanya juga tetap datar saja.
Nediv terpaku sesaat, mengamati cowok di hadapannya dari ujung sepatu sampai tatanan rambutnya. Tidak sia-sia juga jantungnya berdetak cepat kalau begini hasilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker's
Ficção AdolescenteFOLLOW SEBELUM MEMBACA. [Completed] Kisah yang sederhana dari sebuah persahabatan bagi mereka. Lara dan gembira telah ada dalam persahabatan mereka. Kedelapan gadis yang memiliki perbedaan dan ciri khas masing-masing, menjadi pelengkap cerita ini. ...