~22•Pelindung~

301 18 2
                                    

*Hai semuanya, kangen gak ama cerita aku? Gak ada ya,hehhe...
*Oke, peraturan membaca cerita ku. Enjoy dan tidak lupa untuk Vote dan Coment!
*Happy Reading;)

🌵🌵🌵

"Ada yang rela bersabar demi menunggu sebatas kabar."

------------------------

Setelah bel pulang sekolah telah berbunyi, dari tiga menit yang lalu. Mira tidak langsung pulang ia duduk di dekat lapangan basket. Ia merenungkan apa yang diucapkan Bu Etik tadi. Keluar dari Ruang BK sudah membuat ia sedih hingga sekarang, biasanya jika kena omelan Bu Etik Mira masih terima atau dia tertawa bahagia seolah melupakan masalahnya. Tetapi,karena hal tadi membuat Mira sedih dan diam. Mira yang hiperaktif kini menjadi diam.

"Belum pulang?" Suara seseorang yang tiba - tiba datang, membuat Mira mendonggakkan kepalanya sekialas. Cowok itu duduk disamping Mira menatap Mira yang sedang melihat ke bawah.

"Ngapain lihat ke bawa terus? Memang nya ada apa?" Tanya cowok itu yang masih menatap Mira.

Mira hanya diam,tidak merespon.

Cowok itu menghembuskan nafas,lalu menatap ke langit.
"Gara - gara Bu Etik tadi?" Tanya cowok itu yang diterima Mira dengan menganggukan kepala.

"Emang kenapa?"

"Gue di poin Rel."

"Cuma di poin aja gitu sedih. Biasanya lo di poin B aja tuh." Balas Farel disertai kekehan.

"Gak hanya itu. Beasiswa gue menang lomba puisi dicabut,gue gak tau selanjutnya gimana? Sekolah apa gak." Lirih Mira yang tiba - tiba sebening air jatuh ke bawah membuat Farel menoleh ke arahnya.

Farel melihat Mira sedang menahan nangisnya,ia memegang dagu Mira lalu mengarahkan wajah Mira menatap ke arahnya.

"Kalau nangis buat lo tenang. Nangis aja,dada gue siap kok menahan air mata lo." Ucap Farel dengan senyum. Farel bisa melihat mata sendu dimata Mira yang cantik. Gadis itu menatap sebentar lalu beralih ke pelukan Farel.

Mira menumpahkan semua kesedihannya. Ia tidak tau gimana lagi untuk sekolah. Biaya rumah sakit,biaya sekolah nya dan biaya adikknya seakan itu semua dipundak Mira yang sangat membebankannya. Selama ini dia ceria, jail, tertawa bahagia itu hanyalah topeng palsu diwajahnya. Semua orang melihat Mira bahwa Mira seakan tidak punya masalah,padahal masalah yang dialami Mira sangat membuat ia sedih dan rapuh.

Seseorang yang tampaknya biasa saja sejujurnya ia adalah orang yang paling rapuh.

Setelah tangisan Mira yang reda,ia melepas pelukan dari Farel.

"Sorry Rel,seragam lo basah gara - gara gue." Ucap Mira di sela tangisan nya.

"Santai aja." Jawab Farel dengan senyum karena mengerti dengan kondisi Mira.

Kini keduanya menjadi hening, pikiran keduanya sibuk dengan sendiri - sendiri. Mira yang memikirkan bagaimana ia akan melanjutkan sekolahnya. Bekerja yang selama ini Mira jalanin hanya membawa hasil sedikit untuk biaya sekolah adiknya dan biaya rumah sakit Mamanya. Selama ini Mira bersekolah ia menggunakan beasiswa hadiahnya,tetapi kali ini karena kesalahannya beasiswanya dicabut membuat ia bingung melanjutkan sekolah atau tidak.

"Mau denger sesuatu gak?" Tanya Farel yang menatap langit - langit.

Mira menoleh ke Farel ia menganggukkan kepala yang tandanya iya.

"Gue itu sebenarnya sama kayak lo. Rapuh jika dibelakang senang didepan. Semua orang nilai gue sebagai Farel kapten basket tanpa ngerti dengan kondisi gue. Gue jauh lebih rapuh dari lo Mir. Tapi ada satu hal yang membuat gue berjuang untuk hidup gue sendiri, yaitu orang yang selama ini gue sayangi dan orang yang berada di sekeliling gue." Ucap Farel yang kini menatap Mira dengan senyum.

My Prince Is Cold Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang