8. Kedua Kalinya.

69.8K 3.1K 56
                                    

Bukan paras tolak ukur dari kebahagiaan.

Bukan pangkat tolak ukur dari kebanggaan.

Tapi, apa pernah kamu melihat orang tuamu menangis karna saking bangganya dengan dirimu?

Jika pernah, percayalah, jadikan itu sebagai hari terbahagia sepanjang hidupmu.

NAY|Story by: sulisftmtuzhh_

--

Setelah dua hari libur dan mengalami masa-masa kelam, akhirnya Nay bisa melawan rasa ketakutannya dan kembali bersekolah. Gadis itu hanya berdiam diri sejak datang ke sekolah, membuat ke empat sahabatnya jadi panik sendiri akan kondisi temannya yang satu ini.

"Belum mau cerita?" tanya Fallen lembut.

Nay hanya menggeleng ringan.

Risa mengulurkan tangannya, memegang tangan Nay dan mengusap nya lembut. "Dari kemarin tuh kita khawatir banget sama kondisi lo, kita takut lo kenapa-napa. Kata Tante Syahilla juga, lo gak mau keluar kamar. Kita pengen kesana, tapi kita tau lo malah tambah gak mau keluar kamar kalo kita dateng," kata Risa.

"Emang bener ya kata pepatah, dibalik kata 'gak pa-pa' dari mulut cewek. Itu disembunyikan sesuatu," ujar Luna.

"Gue gak pa-pa kok, percaya deh," ucap Nay sambil melempar seyum manisnya.

"Yaudah deh, terserah lo aja." Kia ikut putus asa membujuk Nay agar mau bercerita.

"Cek cek.. 1 2 3 cek.. Cek.."

"Pengumuman buat seluruh anak kelas 12 IPA, diharap untuk segera berkumpul di laboratorium kimia. Karna akan segera ujian praktek."

"Sekali lagi, diharapkan untuk seluruh anak kelas 12 IPA, segera menuju laboratorium."

Risa menghela nafasnya berat. "Ini nih yang gak gue suka kalo udah detik-detik mau lulus," ucap Risa.

Luna mengangguk setuju. Gadis itu menoleh pada Nay. "Ikut gak?" tanya Luna.

"Biar dia disini aja, nanti gue izinin," kata Kia.

Nay mengangguk. "Iya, kalo sekarang gue takut malah gak fokus."

Fallen menarik tangan Luna dan Risa. "Yaudah, lo baik-baik disini. Gue pergi dulu ya, bye.."

Nay tersenyum lalu melambaikan tangannya.

Seluruh siswa mulai berhambur keluar dari kelas. Kini hanya ada ia dan suara hembusan angin yang berasal dari AC dipojok kelas.

Merasa gabut, Nay mengambil buku catatannya, dan membukanya.

Lembaran pertama.
08/02/17

Sorot matamu membuat aku takjub.
Takjub karna bisa menundukkan hatiku yang sulit untuk takluk.

Sinar matamu, bak cahaya matahari dipagi hari.
Besinar, menyinari hatiku yang sudah lama berdebu.

Aku suka jari jemarimu yang lihai dalam bermain piano.
Juga suara merdumu yang selalu menggetarkan kalbu.

NAY (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang