Yang sepi bukan berarti tidak ada. Yang selalu tertawa, bukan berarti tidak memiliki luka.
NAY|Story by: sulisftmtuzhh_
--
Nay menatap dirinya di depan kaca, senyumnya melebar ketika melihat wajahnya, selalu mengucap rasa syukur karna diberi wajah yang seperti ini.
Gadis itu menyisir rambutnya, merapikannya dan menempelkan sebuah pita kecil dihelai sebelah kanan.
Setelah merasa semuanya cukup, ia mengambil tasnya yang tergeletak diatas sofa dan turun kebawah.
“Pagi Mami, pagi Papi..”
“Pagi sayang..”
Nay melempar senyum manisnya lalu menarik satu bangku dan mendudukinya. “Pih.. Hari ini anterin aku ke sekolah dong,” pinta Nay.
“Wah, kebetulan. Papi sekarang emang lagi libur,” ujar Arya.
Nay bersorak ria. “Yeay.. Sayang banget sama Papi..”
Syahilla hanya menggeleng ringan melihat kelakuan Nay yang terkadang manja seperti anak kecil. Biarlah seperti ini, daripada Nay seperti kemarin. Mengurung diri di kamar, sangat mengkhawatirkan.
“Papa anterin pake Ferari ya,” kata Arya.
“Wih, mau dong..,” ujar Nay. “Risa, Luna auto ngerengek-rengek deh abis itu Pi,” lanjutnya.
Biasa, ngerengek minta Nay bawa mobil itu dan mereka ikut nyoba naik. Dasar! Sahabat laknat.
“Udah, Papi sama Nay makan nya cepet. Nanti keburu telat,” tutup Syahilla.
***
Baru sampai di sekolah, Nay langsung dipanggil Bu Amor karna ada pertikaian antara dua anggota Osis. Katanya, ada adu mulut yang tak henti dari kedua siswa ini.
Nay yang baru datang pun hanya kebingungan melihat dua orang gadis yang saling melempar tatapan tajam. Segera ia menghampirinya.
“Kalo saya boleh tau, ini ada apa ya?” ujar Nay membuka percakapan.
Satu anggota Osis yang Nay kenal bernama Melati–anak Bi Mawar penjaga koperasi–segera mendekati Nay.
“Jadi gini Kak, Bintang itu.. Dia ngelepasin Kak Varo dari hukuman, padahal Kak Varo telat masuk sekolah lebih dari jam 7 tepat, dia lewat 10 menit. Tapi sama Bintang dibiarin masuk,” jelas Melati langsung.
Bintang ikut berdiri. “Bohong kak! Kak Varo baru telat 9 menit kurang 5 detik kok, dia datang jam 7 lewat 9 menit, jadi emang harusnya dia dikasih masuk,” bantah Bintang.
Melati menggeleng. “Aku gak bohong Kak, aku liat sendiri pake mata kepala aku,” sahut Melati.
Jika seperti ini jadinya, Nay jadi bingung harus percaya kepada siapa.
“Kalian bertengkar gara-gara ini doang?” tanya Nay. “Apa ada hal lain yang lebih serius?”
“Bintang juga waktu hari Senin bawa make up Kak, bukannya peraturan kalo jadi anak Osis itu dilarang ya pake gituan? Moto kita, ’kan harus selalu menjadi contoh yang baik bagi siswa lain,” ujar Melati.
Nay mengangguk menyimak.
“Bawa doang ya, gak dipake!” bantah Bintang.
“Heh, kamu juga pake liptint sama mascara ya! Emang mata aku buta,” kata Melati.
“Fitnah aja lo!”
“Yee, emang bener!”
“Udah-udah..” Nay mencoba melerai. “Melati,” panggil Nay.
“Iya Kak?”
“Bisa ambilkan saya buku jadwal tugas anggota Osis?” tanya Nay.
Melati mengangguk. “Oh, iya Kak bisa..” segera Melati beranjak menuju rak kecil dipojok, karna disana tempat menyimpan berkas-berkas penting.
“Nih Kak.” Melati memberikan buku besar berwarna biru.
Bintang hanya diam sambil melipat kedua tangannya di depan. Bersikap seolah ia memang tidak salah.
Nay membuka lembar demi lembar buku tersebut, memperhatikan dengan teliti setiap tulisan disana.
Ada sekitar 5 menit, sebelum Nay menutup buku itu dan menatap Melati dan Bintang secara bergantian.
“Gimana Kak? Saya gak salah kan?” ujar Bintang.
Nay beralih menatap Melati. “Melati, jadwal kamu jaga setiap 3 hari dalam seminggu, itu jam berapa?” tanya Nay.
“Mmmm.. Dari jam setengah tujuh sampai jam tujuh lewat 15 menit kak,” jawab Melati.
Nay mengangguk, kali ini dia beralih menoleh ke arah Bintang. “Bintang, kamu resmi dikeluarkan dari anggota Osis.”
Bintang membelalak. “Maksudnya apa ya kak?! Memangnya, apa kesalahan saya!” gertak Bintang.
“Pertama, kamu berbohong. Kedua, kamu melanggar kehormatan anak Osis. Ketiga, kamu tidak sopan,” ujar Nay.
“Tolong yang jelas Kak, saya tidak mengerti.” kali ini nada bicara Bintang agak merendah.
“Kamu bilang Varo datang jam 7 lewat 9 menit kurang 5 detik? Padahal di jadwal, Melati saja baru selesai jaga si jam 7 lewat 15 menit,” ujar Nay. “Jadi, logikanya darimana jika Varo bisa bertemu kamu, sedangkan dijam segitu, penjaga sekeliling sekolah adalah Melati?” lanjut Nay.
“Sudah terbukti jika Varo sudah telat sangat lama, bukan?” ujar Nay.
Kali ini, Bintang terdiam.
“Dan.. Benar kata Melati, kamu sudah merusak moto kehormatan anak Osis, biar apa kamu membawa alat-alat make up ke-Sekolah? Biar dipuji? Biar dibilang hebat? Iya?” serang Nay.
“Tapi kak–”
“Saya tidak suka dengan kesombongan kamu, dan.. Kalo mau bohong itu..” Nay menunjuk pelipisnya dan mengetuknya dengan telunjuk. “Pake otak!”
Bintang tidak menjawab apa-apa, sedetik kemudian gadis itu pergi dari ruang kesiswaan dengan rasa malu dan amarah yang berkecamuk.
Brak!
Pintu terbuka, menampilkan Arzi yang baru datang dengan ngos-ngosan.
“Baru dateng? Punya tanggung jawab kak?! Anggota lagi berantem malah telat,” sambar Nay langsung.
Melati hanya diam.
“So-sorry, gue abis dari toilet tadi,” kata Arzi.
“Lho? Bukannya tadi Kak Arzi bilang ke Bu Amor lagi bersihin loker anak-anak karna banyak yang di tipe-x?” sergah Melati.
“I-iya, abis itu Kakak ke toilet dulu,” sahut Arzi.
Nay hanya mengangguk ringan dengan sorot mata malas. “Gue mau ambil data kesiswaan dulu di loker,” pamit Nay.
***
Nay merogoh kunci lokernya disaku rok, ia membuka lokernya dengan perlahan. Agak kesal karna kunci susah untuk diputar.
Setelah berusaha selama mungkin, akhirnya kunci tersebut terbuka.
Lagi-lagi, sebuah kotak besar terletak diantara barang-barang di dalam loker Nay yang lain. Nay seketika teringat insiden waktu itu, namun kali ini ia mencoba berani untuk mengambil kotak itu.
Aku sudah kembali,
Aku berjanji akan terus melindungimu.Tanpa basa-basi, Nay segera melempar kotak itu ke sembarang arah. Nafasnya tidak beraturan, padahal ia tidak habis belari. Dengan cepat ia mengunci lokernya lagi dan berlari secepat mungkin.
AN:
Jgn lupa vote dan follow akun IG aku: sulisftmtuzhh_
KAMU SEDANG MEMBACA
NAY (SEGERA TERBIT)
Roman pour AdolescentsIstilah benci jadi cinta memang benar adanya. Itu dirasakan sendiri oleh gadis cantik bernama Nay yang famous dan dikenal sebagai primadonanya SMA Brawijaya. Gadis yang membentengi dirinya dari jangkauan laki-laki. Tidak pernah mengizinkan satu hati...