11. Peperangan Yang Sesungguhnya.

74.4K 3.1K 124
                                    

Kita hidup untuk mati.

Lantas? Kenapa rasanya ingin bunuh diri ketika sedang patah hati?

Bukankah hidup kita sudah tau endingnya seperti apa?

NAY|Story by: sulisftmtuzhh_

--

Semua anak-anak geng BW atau Brawijaya, sedang kumpul di markas mereka yang sering mereka sebut Wabar. Revind sendiri yang memberi nama itu, karna selain untuk kumpul, tempat itu kerap dijadikan tempat mabar bagi anak-anak Brawijaya.

“Apa kabar lo ama si Nay? Udah jadian?” celetuk Varo.

“Boro-boro jadian, dimaki-maki mah iya,” jawab Andra.

Sandy tertawa kecil. “Susah naklukin dia mah, gue inget banget dia pernah bilang kalo hati dia bakal tertutup selamanya, dia benci cowok dan cinta. Untuk sebabnya sendiri, gue gak tau,” kata Sandy.

Revind mengangguk. “Itu cewek galak banget,” ucap Revind. “Tipe gue,” lanjutnya.

Varo sok-sok’an menutup mulutnya dengan sebelah tangan. “Anjay mabar, setelah sekian lama akhirnya dia dapet hidayah dan menyadari kalo dia tuh emang paling cocok sama si Nay,” ujar Varo.

Revind hanya mengangkat kedua alisnya menanggapi.

“BANG!! BANG!” Dika–anggota kelas 10–berlari terbirit-birit ke arah meja Revind.

“Ada apaan dah?” tanya Andra.

“Itu Bang, anak-anak Baratha di ada di depan,” ujar Dika.

“Hah? Ngapain mereka kesini?” tanya Varo.

“Mereka mau ngajak perang, mereka juga bawa senior mereka Bang. Mereka ngadu yang enggak-enggak,” jelas Dika.

“Udah gue duga bakal kayak gini,” gumam Revind. Lelaki itu langsung memutar badannya ke arah belakang. “Siap-siap dari sekarang, kita bakal perang. Kali ini bukan perang biasa, ini perang yang sesungguhnya!” teriak Revind pada anggota lain yang sedang bermain kartu di lantai.

“Siap Bang!”

***

Masih menggunakan seragam sekolah yang menempel ditubuh, dasi yang diikat dikepala, Revind keluar dari markas yang berupa sebuah rumah berpagar dengan gagah perkasa.

Seperti biasa, aura menyeramkan yang menyeruak dari tatapan lelaki itu.

“Ada apa kalian kesini?” tanya Revind dingin.

Yudha–senior geng Baratha–maju mendekat selangkah. “Eh anak kecil, berani-beraninya lo bikin pernyataan kalo Baratha udah kalah? Ngibarin peperangan lo?” ujar Yudha.

Varo maju. “Jangan panggil aku anak kecil paman–”

Revind langsung mencegah pergerakan Varo. “Mundur Ro,” perintah Revind.

“Tapi Vind–”

“Mundur!” titah Revind tak terbantahkan.

Varo menurut, lelaki itu kembali ke posisi semulanya.

“Kita gak akan bikin pernyataan sembarangan. Anak bawahan lo udah ngingkarin perjanjian, mereka hampir aja nyelakain selain anggota Brawijaya,” ujar Revind.

“Hampir kan? Tapi belum,” sahut Yudha.

“Masalahnya yang hampir dicelakain anggota lo itu perempuan bodoh!” sambar Andra ikut emosi.

NAY (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang