- You are my GHOST -
•••
Pintu berwarna coklat itu terus diketuk. Namun, orang yang ada di dalam tidak menyahut.
"Sha? Lo di dalem?" ujar Fabian ragu, kemudian membuka pintu itu. Ruangan itu kosong, sosok yang ia cari tidak ada di dalam sana.
Fabian kembali menutup pintu kamar Kesha. "Aneh banget, perasaan tadi malem gue kayak denger suara orang nangis." ucap Fabian bingung. "Atau perasaan gue doang kali?"
Pagi ini Fabian bangun terlalu cepat. Entah kenapa malam tadi Fabian tidak bisa tertidur, pikiranya selalu pada Kesha. Dirinya berusaha untuk memikirkan yang lain, namun selalu Mentok pada Kesha.
Fabian duduk di ruang tamu rumahnya. Suasana sepi kembali menyeruak, ia benci suasana seperti ini. Biasanya ada Kesha yang berkicau dipagi hari, meskipun sedikit risih tapi Fabian senang jika keadaan pagi hari tidak sepi.
"Mah, Bian bingung sama perasaan Bian." Fabian bermonolog. Kerinduannya pada mamahnya yang selalu setia kali Fabian ingin curhat. Mamanya akan terbuka kapan saja mendengar cerita dari putranya, Fabian.
•••
Kesha berjalan santai menelusuri koridor sekolah yang masih sepi. Senyum manis mengembang di bibir mungilnya, tatapannya jatuh pada seseorang yang dia ikuti saat ini. Kesha sudah mengikuti orang itu sejak tadi, andai saja orang itu bisa melihat dirinya.
Raka, orang yang sedari tadi Kesha ikuti. Tiba-tiba memberhentikan langkahnya, diam sejenak. Kesha yang berada di belakang, gugup bukan main. Apa Raka bisa merasakan dia sedang diikuti sekarang?
Raka berpikir sejenak, seperti ada yang tertinggal, tapi apa?
Ah! Buku paketnya tertinggal di dalam mobil. Raka berdecak kesal, mau tidak mau dia harus kembali lagi ke parkiran. Raka berbalik, Kesha terkejut, matanya membulat sempurna.
"Dia ngerasa kali ya?" ujar Kesha bertanya pada diri sendiri. Dengan cepat Kesha menggeleng, mana mungkin Raka bisa merasakannya. Raka melangkah maju, sedangkan Kesha beku di tempat. Tatapan Raka seolah sedang menatap Kesha. Tinggal beberapa langkah lagi mereka bertemu dan..
Wush!
Kesha terdiam. Raka hanya menembus dirinya, dia terus berjalan menuju parkiran. Kesha memang terlalu pede. Gadis itu memukul kepalanya gemas, merasa bodoh dengan kelakuannya sendiri. "Bego banget sih!"
Kesha menghembuskan nafasnya pelan, moodnya sedang tidak baik sekarang. Bibirnya ia manyunkan. Kesha ingin sekali memanggil Raka. Tapi, apa salahnya jika mencoba memanggil Raka kan? Siapa tau dia bisa mendengar, pikir Kesha.
Kesha membalikan tubuhnya, lalu berteriak. "Mantan!"
Langkah itu berhenti. Tubuh Raka membeku seketika. Dia benar-benar mendengar suara itu, telinganya masih normal untuk mendengar. Suara itu masih dia hafal siapa pemiliknya. 1 tahun yang lalu, Raka sering mendengar suara itu. Tanpa ragu Raka berbalik, berharap pemilik suara itu sama dengan yang diharapkannya.
Kosong. Koridor kelas itu kosong. Ya, Raka tau saat ini sedang merindukan orang itu, tapi Raka mendengar jelas suara itu, suara milik Kesha. Bukan hanya Raka yang membeku, tapi juga Kesha yang diam membeku tak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Raka mengedarkan pandangannya, mencari sosok Kesha yang memanggilnya tadi.
"Lo, benerkan?" tanya Raka entah pada siapa. Kesha terdiam dengan pertanyaan Raka, matanya mulai berkaca-kaca. "Itu suara kamu, kan?" tanyanya lagi. Pandangannya masih mencari sosok Kesha.
Kesha mengangguk pelan.
Gadis itu melangkah maju, dan berhenti dengan memberi jarak sekitar lima langkah. Kesha ingin sekali memeluk Raka saat ini, Raka yang dulu pernah dia cintai. Kedua sudut bibir Kesha ia paksakan untuk tersenyum, hatinya sudah terasa sakit. Sama sakitnya saat memutuskan Raka pada saat itu.
"Strawberry?" ujar Raka yang mencium bau strawberry. "Lo dimana? Jawab gue!" tanya Raka yang mulai menangis. Tiada hentinya Raka mencari sosok Kesha, dia memang ingin melihat gadis itu sekali ini saja. Air mata Kesha pecah, hatinya sangat sakit melihat Raka menangis.
Raka mengeluarkan headset dari dalam saku celananya, lalu memasang dikedua telinganya. "Tolong jawab pertanyaan gue. Kalau iya copotin yang kanan kalau enggak copotin yang kiri." ujar Raka seolah-olah memang ada Kesha di sana. Kesha menangis tersedu-sedu, kemudian melangkah 3 langkah ke arah Raka. Raka menghela nafasnya dalam.
"Lo bener Kesha kan?" tanya Raka. Bahu Kesha bergetar, dia benar-benar tidak bisa menahan tangisnya itu. Raka masih menunggu headset nya di lepas, dan alat itu terlepas sebelah kanan.
Raka tersenyum manis, air matanya kembali jatuh namun dengan cepat ia hapus. Saat ini perasaan Raka campur aduk, antara senang dan sedih. Dia senang bisa bertemu lagi dengan Kesha, bisa berkomunikasi dengan Kesha tapi yang membuatnya sedih adalah Raa tidak bisa melihat wajah Kesha padahal saat ini mereka sedang berhadapan.
Raka menarik nafasnya dalam, dia kembali menguatkan hatinya. "Lo bahagia di sana?" tanya Raka parau. Kesha mencopot headset sebelah kanan lagi. Raka kembali tersenyum.
"Ada yang mau gue ceritain ke lo." ujar Raka, kepalanya menunduk.
"Apa?" tanya Kesha serak, tentu saja suaranya tidak akan terdengar Raka.
"Sejak malam itu lo telepon gue, gue gak berhenti mikirin lo. Gue berusaha benci sama lo, tapi gak bisa. Gue berusaha lupain lo, tapi gak bisa." ucap Raka. "Aneh kan? Tapi memang itu kenyataannya. Gue juga bingung kenapa bisa Cinta banget sama lo, sampe-sampe gak bisa benci."
"Gue berpikir positif aja, lo pasti punya alasan ngelakuin itu ke gue. Gue tau lo bukan orang jahat." sambungnya.
Tangis Kesha semakin menjadi, bahunya berguncang hebat. "Maaf." lirih Kesha.
"Tapi, kenapa lo mutusin gue gitu aja?" tanya Raka. "Ah... Gue lupa, gue gak bisa denger suara lo." Raka tertawa kecil menertawakan dirinya sendiri.
"Maaf, Raka."
Raka mengangkat kepalanya, dia bisa mendengar suara Kesha dengan jelas, suara Kesha meminta maaf. "Gapapa." hati Raka seperti tertikam pisau yang sangat tajam, sangat menyakitkan.
"Kak Raka!"
Raka langsung menoleh pada sumber suara, begitu juga dengan Kesha. Terlihat seorang gadis berambut sebahu berjalan ke arah Raka. Wajahnya cantik, gadis itu memiliki lesung pipit yang Indah.
"Kak, ke kantin yuk! Aku belum sarapan, nih!" ujar gadis itu sambil menunjukan ekspresi yang sangat menggemaskan. Kesha yakin dia adalah adik kelas Raka. Raka tersenyum manis, senyum itu sama seperti senyum yang dulu diperlihatkan kepadanya.
"Iya, ayo makan bareng-bareng gue juga belum makan." ucap Raka begitu manis. Raka merangkul bahu gadis itu, kemudian membenarkan helaian rambut gadis itu dengan lembut.
Kesha memaksakan untuk tersenyum, sepertinya masa lalunya itu sudah memiliki kehidupan yang baru.
Mereka pergi menuju kantin, meninggalkan Kesha yang masih Setia menatap mereka yang kian lama semakin jauh. Satu air mata jatuh ke pipi, entah air mata bahagia atau kecewa. Tapi yang jelas, Kesha senang bisa melihat Raka bahagia, meskipun bukan dia yang ada di sampingnya.
•••
Tbc...
Don't forget for vote, share, comment ya guyssss!
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Ghost [SELESAI]
Teen Fiction(Ghost series #1) Kisah ini menceritakan tentang seorang Hantu bernama Kesha Anastasya yang masih berkeliaran dengan membawa ingatan kecil yang mengarah kepada bagaimana dia mati. Mungkin hanya dengan ingatan itu dia bisa kembali ke dunia nya yang s...