you're my Ghost
•••
- Bagian keempat -
Pagi yang cerah, secerah wajah Kesha pagi ini. Hari ini adalah hari pertama Fabian membantunya untuk mencari alasan Kesha bunuh diri. Kesha amat sangat senang pagi ini, tidak seperti biasanya Kesha bangun pagi-pagi dan sudah mengelilingi sekolah.
"Ahh seger..." ucapnya seraya menghirup udara yang sejuk. Kesha kembali senyum-senyum tidak jelas seperti orang gila, untuk tidak ada yang bisa melihat kegilaan Kesha saat ini kecuali Fabian.
"Gila lo!"
Kesha membulatkan matanya kaget lalu membalikan tubuhnya untuk melihat sumber suara itu.
"Ehh Fabian" cengirnya. Kesha merapihkan rambutnya yang agak sedikit berantakan karena terlalu berjingkrak kegirangan pagi ini. "Tumben dateng pagi?" tanya Kesha basa-basi.
"Masalah buat lo?" tanyanya sinis.
"Enggak sih hehe" jawab Kesha nyengir. Fabian melangkahkan kakinya menuju perpustakaan yang ada di sekolahnya yang membuat Kesha bingung. "Mau ngapain ke perpustakaan?"
"Siapa tau aja ada informasi tentang lo" jawabnya yang masih fokus dengan perjalanannya. Hanya beberapa meter saja mereka sudah sampai di perpustakaan sekolah. "Kita cari album foto setiap angkatan, siapa tau aja ada lo disana" ucapnya sambil memilih-milih buku yang ada di rak. Kesha mengangguk. "Emang lo mati kapan sih?" tanya Fabian.
"Enggak tau" jawab Kesha jujur. Fabian menghembuskan nafasnya kasar.
"Gimana mau cari tau tentang lo kalau gitu"
"Tapi gue yakin ko pasti gue sekolah disini" ucap Kesha.
"Tau dari mana?"
"Seragam yang gue pake" jawabnya.
"Emang lo fikir seragam itu cuman sekolah kita doang gitu? Sekolah lain juga banyak kali!" bicara Fabian tegas. Kesha menundukan kepalanya takut, Fabian yang melihat merasa kasihan, Fabian lalu memegang dagu Kesha lembut lalu mengangkat kepala Kesha untuk menatapnya. Mata mereka kini saling bertemu.
Deg..
Jantung Kesha rasanya akan jatuh kali ini, benar-benar akan jatuh. Mata mereka masih saling menatap sampai akhirnya Fabian menurunkan tangannya dari dagu Kesha, tangannya kini berada di kedua pundak Kesha.
"Dengerin gue, kita harus tetap berusaha cari apa yang kita cari. oke!" bicara Fabian menegarkan Kesha, Kesha mengangguk. "Lo emang pengen banget pergi dari dunia ini? Dan hidup bahagia dialam lo yang sebenarnya?" tanya Fabian. Kesha diam.
"Enggak!" suara hati Kesha.
"Ya... Maulah!" jawab Kesha bohong dengan perasaannya. "Kan gue udah janji kalau gue udah nemu alasan itu, gue bakalan pergi dari hadapan lo selamanya" ucap Kesha sambil menahan tangis yang ingin dia keluarkan saat ini juga.
"Gue gak mau pergi Fab, semenjak ada lo disini" bicaranya dalam hati lagi.
"Oh iya ya. Lo udah janji sama gue" ucap Fabian tersenyum bahagia. Fabian melepaskan tangannya dari pundak Kesha lalu kembali fokus kepada buku-buku yang ada di rak.
"Tapi gue takut apa yang gue takutin terjadi." ucap Fabian. Fabian membalikan tubuhnya menghadap Kesha.
"Apa yang lo takutin?" tanya Kesha penasaran.
"Gue takut... " Fabian menggantung ucapnya.
"Takut apa?"
"Gue takut..."
"Takut apa sih? Gue penasaran nih!" ucap Kesha yang mulai geram.
"Gue takut dimarahin guru piket karena ngacak ngacak buku diperpus" jawabnya sambil tertawa terbahak-bahak. Kesha memanyunkan bibirnya sebal namun kembali tersenyum manis.
"Gue seneng deh, bisa liat lo ketawa kayak gini" gumam Kesha, namun tetap terdengar oleh Fabian. Fabian kembali merubah ekspresinya ke ekpresi datar lagi. "Yah, kok datar lagi mukanya?"
"Bodo!"
•••
Hujan turun deras malam ini. Fabian terus saja membalikan tubuhnya agar mendapatkan posisi yang nyaman untuk tidur, tapi nihil. Fabian menatap jam dinding yang tertempel di dinding.
20 : 15
Ia kembali membenarkan selimutnya lalu mencoba memejamkan matanya namun tetap tidak bisa. Fabian sudah lelah, lalu bangkit ke posisi duduk.
"Kenapa ya cewek itu selalu datang disaat hujan dan duduk dikursi itu?"
Ucapan yang Fabian ucapkan dulu kini teringat lagi saat hujan datang malam ini. Dia terakhir ketemu kesha saat di perpustakan tadi, setelah itu dia tidak bertemu lagi. Ia kembali menidurkan tubuhnya lalu memejamkan matanya.
"Bodo! Gue gak peduli!" ucapnya meyakinkan diri.
•••
Kesha pov
Aku duduk di bangku taman sekolah dengan tatapan kosong. Dengan baju yang sudah basah kuyup dan tangis yang keluar tetapi tidak terlihat akibat terbawa oleh hujan yang jatuh di pipiku. Aku menatap sekeliling sekolah, ada beberapa hantu yang bermuka seram sedang menatapku saat ini. Aku menundukan kepalaku takut.
"Gue takut" lirihku dalam hati.
"Sedang apa kau disini??" terdengar suara bisikan yang membuatku semakin takut dan aku semakin menundukan kepalaku.
"Sedang apa kau disini??" tanyanya lagi padaku. Aku semakin gemetaran.
"Pergi!! Gue bilang pergi!!" teriak ku memberanikan diri sendiri. Hantu itu tersenyum lebar yang semakin membuatku takut. "Pergi gue bilang!!" teriak ku kembali. Lalu hantu itu pergi melayang entah kemana.
Aku menundukan kepalaku kembali. Aku menangis saat ini. Hatiku terasa sakit, sakit sekali.
"Ngapain disini??"
"Pergi!! Pergi!!" teriakku lagi.
"Lo marah sama gue?"
Saat ini aku merasa bahwa hujan tidak mengguyur tubuhku, seperti ada yang menghalangi. Aku mendongak menatap keatas, melihat sebuah payung berwarna biru langit itu berada diatas kepalaku sedang memayungiku saat ini. Lalu aku menatap seseorang yang membawa payung itu dan..
"Fabian?"
TBC~
Makasih gyus masih mau lanjut cerita aku yang gaje ini..
Terus baca cerita aku ya...
Bye Salam dari Dea😊
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Ghost [SELESAI]
Teen Fiction(Ghost series #1) Kisah ini menceritakan tentang seorang Hantu bernama Kesha Anastasya yang masih berkeliaran dengan membawa ingatan kecil yang mengarah kepada bagaimana dia mati. Mungkin hanya dengan ingatan itu dia bisa kembali ke dunia nya yang s...