37. Buku Diary

21.2K 2.1K 66
                                    

- You are my GHOST -

••••

"Yan, lo bisa liat gue?"

Kevin lebih mendekatkan wajahnya ke arah Fabian. Terlihat kecemasan menyelimuti di wajah Kevin, Kevin mengerakkan tangannya di depan wajah Fabian.

Fabian sedikit demi sedikit membuka matanya. Pandangan Fabian masih kabur, dirinya masih belum jelas melihat wajah Kevin. "V-vin?" ujar Fabian lemah. Berbagai alat rumah sakit terpasang di tubuh Fabian, dengan luka di bagian kepala dan kaki.

"Iya, Yan. Ini gue!" ujar Kevin antusias, dirinya senang akhirnya melihat sahabatnya itu bangun setelah tidak sadarkan diri selama beberapa hari. Fabian membuka matanya sempurna, cahaya matahari masuk lewat jendela, membuat Fabian harus menyipitkan matanya karena silau.

"Bisa tutup gordennya?" pinta Fabian, yang langsung diberi anggukan oleh Kevin. Kevin menutup gorden itu cepat, lalu kembali lagi kepada Fabian.

"Gue seneng lo udah sadar, Yan!" ucap Kevin yang terlihat senang.

"Papah mana?" tanya Fabian.

"Oh, iya! Gue lupa kasih tau bokap lo. Tapi bokap lo gue suruh pulang tadi malem, kasian dia kemaren seharian temenin lo." ujar Fabian sambil membenarkan posisi Fabian menjadi duduk. Fabian mengangguk mengerti, dirinya juga ikut merasa kasian kepada ayahnya yang menjaganya sepanjang hari walapun Fabian tidak melihatnya. "Lo itu gak sadarkan diri 4 hari, dan selama itu bokap lo yang jaga. Gue liatnya kasian, gue suruh aja dia pulang biar gue yang jaga di sini."

"Hm, Makasih." ujar Fabian seadanya. Kevin mengangguk pelan. Fabian mengedarkan pandangannya ke sekitar, ada keanehan dengan penglihatannya. "Vin?" Fabian menepuk lengan Kevin, matanya masih menatap ke sekitar.

"Kenapa? Ada yang sakit? Dimana?" tanya Kevin bertubi-tubi, dia sangat khawatir melihat ekspresi Fabian kali ini. Fabian mengucek matanya, tapi tetap dia tidak bisa melihat itu. "Yan, lo kenapa?!" tanya Kevin semakin Khawatir.

"Gue gak bisa liat." ujar Fabian pandangannya kosong.

"Hah? Lo gak bisa liat gimana sih? Tadi bisa kan?" tanya Kevin. Fabian menggeleng pelan. "Terus apa dong!"

"Gue gak bisa liat mereka lagi." ucap Fabian. Kevin mengerutkan keningnya bingung, siapa yang dimaksud dengan 'mereka'.

"Mereka siapa?"

"Hantu, Vin. Gue gak bisa liat mereka lagi!" ucap Fabian. Fabian ingat sekarang, kejadian beberapa hari yang lalu, saat terakhir Fabian melihat Kesha di sebrang jalan itu. "Kesha?" ujarnya pelan.

"Kesha? Hantu cewek itu?" tanya Kevin. Fabian mengangguk, raut wajahnya terlihat sedih. "Lo sedih gak bisa liat dia lagi?"

"Gue memang gak bisa liat dia lagi, Vin." ujar Fabian pelan, Fabian menatap lurus ke depan. Kejadian beberapa hari lalu kembali teringat.

"Lo harusnya seneng dong! Lo kan dulu gak mau banget liat mereka, dan sekarang lo gak bisa liat mereka lagi." ucap Kevin sambil menepuk pundak Fabian pelan.

"Hm, lo bener." Fabian mengangguk setuju, tetapi kenapa dia merasa sedih ketika dia tidak bisa melihat hantu lagi? Padahal dulu Fabian ingin sekali penglihatannya normal kembali, tetapi sekarang seperti ada yang mengganjal di hatinya.

"Udah lo jangan sedih lagi, kalau ditakdirin buat ketemu lagi pasti ketemu kok." ujar Kevin sok bijak, tidak biasanya Kevin berbicara serius seperti ini. "Eh, tapi, dia kan hantu, ya? Gue lupa." sambungnya sambil terkekeh kecil. Fabian hanya mengangguk anggukan kepalanya.

Diri Fabian di dekat Kevin, tapi pikirannya kemana-mana. Dia terus memikirkan Kesha yang sudah menghilang dari dunia ini.

"Gue harap lo bahagia di sana, Sha."

•••

Fabian melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya dengan digendeng oleh Kevin. Fabian sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, Fabian sudah lebih membaik sekarang walaupun kadang-kadang kepalanya terasa sakit.

"Selamat datang den Bian." sambut pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah Fabian, cowok itu hanya tersenyum ramah lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Mau langsung ke kamar aja?" tanya Kevin, Fabian mengangguk. Kevin membantu Fabian berjalan menuju kamar Fabian, karena kaki Fabian yang terluka dan belum benar-benar sembuh. "Tunggu di sini sebentar, gue ambilin minum dulu." ujar Kevin saat sudah mendudukan Fabian di pinggir ranjang, Fabian hanya mengangguk. Kevin keluar dari kamar Fabian untuk mengambil minum di dapur.

Fabian mengedarkan pandangannya, dia sungguh tidak bisa melihat hantu lagi. Fabian ingin memastikannya sekali lagi, Fabian sekuat tenaga untuk berdiri lalu menyeret langkahnya menuju kamar mandi. Saat sudah sampai di depan pintu kamar mandi, Fabian menghela nafasnya lalu membuka pintu kamar mandi itu.

Fabian menutup matanya, sedikit demi sedikit dia membuka matanya dan tidak apa-apa di sana. Hantu berambut basah itu, tidak bisa lagi Fabian lihat. Kini dirinya bisa mandi di kamar mandi ini tanpa harus ketakutan seperti dulu. Fabian menutup pintu kamar mandi itu, ingatannya teringat kepada Kesha.

Dulu, Kesha ketakutan sekali melihat hantu yang ada di dalam kamar mandi, sampai-sampai gadis itu menjerit dan berlari keluar sekuat tenaga.

Fabian tersenyum mengingatnya.

Pintu kamar Fabian terbuka, dan terlihat Kevin diambang pintu. "Yan? Sorry nih, gue pulang, ya. Soalnya nyokap gue nyuruh gue pulang, boleh ya?" ujar Kevin ragu.

"Hm, makasih udah mau temenin gue." jawab Fabian. Kevin menaruh minum berisi air putih itu di atas nakas.

"Kalau gitu gue pulang dulu, ya. Dadah!" Kevin melambaikan tangannya, lalu melangkah pergi.

Dan kini, kamar Fabian hening kembali. Tidak ada Kevin, tidak ada ayahnya karena harus bekerja, dan tidak ada Kesha. Fabian menghela nafasnya, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar yang ada di sebalah kamarnya yang dulu adalah kamar Kesha.

Fabian mengetuk pintu itu dua kali, kemudian membuka pintu itu perlahan. Kamar bernuansa putih itu terlihat sunyi, bahkan terlalu sunyi. Fabian perlahan melangkah masuk, tidak ada wangi strawberry di sini. Semuanya hilang. Hanya ada kenangan yang selalu teringat oleh Fabian.

Laki-laki itu kembali memaksakan kakinya untuk melangkah, kali ini dia menuju meja belajar yang lampunya di biarkan menyala. Sebuah buku diary kecil tergeletak di sana, Fabian yakin itu pasti milik Kesha. Fabian di kursi coklat itu, lalu meraih buku itu.

Buku itu di buka perlahan, kata demi kata Fabian baca. Namun tiba-tiba jantung Fabian berdegup kencang saat membaca apa yang Kesha tulis. Alasan Kesha tertulis di sana, mata Fabian sudah berkaca-kaca.

Air mata Fabian berhasil jatuh saat melihat halaman terakhir yang Kesha tulis, hingga membuat bahu Fabian berguncang. Kata itu adalah,

"Aku harap aku bukan seorang hantu, yang sewaktu-waktu menjadi asap lalu hilang meninggalkanmu."

•••

Tbc...
Vote, comment, dan share guyss!



You Are My Ghost [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang