Seberkas sinar matahari pagi merayap masuk melalui celah jendela membuat tidur nyenyakku sedikit terusik. Aku membuka kedua mataku kemudian melirik kearah jam di atas nakas, waktu sudah menunjukkan pukul 08.00. 'Ah hyungdeul pasti sudah berangkat semua, aku akan keluar dan makan'. Jadwal pribadiku sedang kosong hari ini, sedangkan hyungdeul memiliki jadwal pribadi yang terbilang cukup padat, jadi aku yakin bahwa hyungdeulku sudah berangkat pagi-pagi sekali dan aku akan keluar kamar untuk sarapan.
"Eoh kepalaku pusing sekali, dan mengapa suhu dikamarku ini dingin sekali? Padahal aku kan sudah mematikan pendingin ruangan"Aku segera beranjak dari tempat tidur, sedikit memaksakan kepalaku untuk beranjak dan mandi. Setelah siap aku pun segera keluar kamar dan pergi ke dapur. "Hmm stok makanan habis ya? Aku akan membeli ke supermarket deh," saat aku pergi dari dapur, aku tidak sengaja melihat pantulan tubuhku di cermin depan kamar mandi. "Ehh wajahku pucat sekali, bibirku juga kering, apa aku demam? Hmm... sekalian beli obat saja deh.." gumamku pada pantulan tubuhku di cermin.
Saat ingin keluar dorm, aku melewati ruang televisi dan melihat ada Wonho hyung disana. 'Eoh.. Apa Wonho hyung tidak berangkat untuk jadwal pribadinya? Kenapa?'
"Hyung! Kau ini malah bersantai cepat siap-siap kita akan ke rumah sakit, kau kan tahu Joohoney sakit!" teriakan cempreng keluar dari mulut salah satu hyungku yang bermarga Lee, ya siapa siapa lagi jika bukan Minhyukie hyung.
"Eoh, kau ini berisik sekali Minhyukie, aku sudah siap tinggal menunggu yang lain"
"Baiklah, aku ke kamarku untuk melihat lebahku dulu hyung" hanya deheman saja yang keluar dari orang bermarga Shin pertanda menyetujui perkataan Minhyukie hyung.
'Joo hyung sakit? Sakit apa? Aku ingin ikut ke rumah sakit, ah aniya aku pasti akan mengganggu mereka, aku harus segera pergi dari dorm, tapi di ruang televisi ada Wonho hyung duuh eottohke..' aku pun memberanikan diri untuk melanjutkan langkah untuk segera keluar dorm.
"Mau kemana kau?" tanya seseorang dengan nada dingin-yang hanya dia tunjukkan untukku-dan ketus, siapa lagi yang berada di ruangan itu selain aku dan Wonho hyung.
"K-ke supermarket d-dan apotek hyung," jawabku seraya menundukkan kepala.
"Untuk apa ke apotek?" tanyanya lagi masih setia dengan nada dingin serta ketusnya. "Membeli obat demam hyung". Setelah persekian detik aku merasa ada sesuatu yang dingin menempel pada dahiku, saat aku mengangkat kepala tenyata Wonho hyung lah yang menempelkan tangannya di dahiku.
"Kau demam, ikut kerumah sakit saja," sarannya yang lebih terdengar seperti perintah, dan di tengah-tengah ucapan dingin serta ketusnya itu aku bisa mendengar eumh sedikit kepedulian dan kekhawatiran? Entahlah aku tak mau banyak berharap tetapi hatiku mengatakan bahwa Wonho hyung peduli padaku.
"Pasti kau demam karena semalam," tambahnya lagi. "Eumhh, ba-bagaimana hyung bisa t-tau?"
"Lupakan, cepat siap-siap kami akan ke rumah sakit membawa Jooheon dan kau ikut bersama kami!" ucapnya tegas seakan tak ingin dibantah
"Arraseo hyung"
.
.
."Ish hyung, aku tak habis pikir padamu, kenapa kau mengajak bocah itu sih? Kau tahu bukan Joohoney ku eumh kita semua juga sih, tak suka bocah itu!" emosi Minhyuk hyung sambil memberikan tatapan tajamnya padaku saat tahu bahwa Wonho hyung mengajakku ikut.
"Dia sakit jadi kusuruh ikut," ucap Wonho hyung santai.
"Yak! I don't care, bahkan jika dia meregang nyawa pun aku tak peduli!"
Deg!
'Seburuk itu kah diriku hyungdeul? Hingga kalian mengharapkanku tiada. Aku bersumpah tak pernah berbuat curang untuk debut bersama kalian,' aku pun menundukkan kepalaku, menahan bulir-bulir bening yang siap terjatuh kapan saja ia mau.
"Kau pikir aku peduli? Aku hanya tidak mau comeback stage kita yang sudah dekat harus ditunda karena satu orang seperti dia sakit!" balas Wonho hyung dengan penuh penekanan.
Deg!
Dua kali, dua kali hatiku tergores karena perkataan dua orang yang amat ku sayangi. Hancur sudah benteng pertahanan yang sudah kubuat, runtuh sudah semua bulir-bulir bening yang sejak tadi memaksa keluar. 'Aku sudah salah mengira kau peduli padaku Wonho hyung. Ahh aku ini percaya diri sekali yaa... Mana ada pengganggu sepertiku dipedulikan hahaha.. Hiks,' aku ini sungguh percaya diri sekali ya? Sebuah benalu mana mungkin dipedulikan?
"Cuih, menangis segala, namja macam apa yang menangis? Toh lagipula kau sudah tau bahwa kau itu benalu mana mungkin ada yang peduli padamu, yang ada orang-orang mengharapkan kau segera mati atau pergi agar tidak mengambil sari inangnya. Kau ini, percaya diri sekali nak," ucap Minhyuk hyung dengan nada meremehkan tetapi penuh penekanan.
"A-aku pergi dulu hyung" ucapku dengan suara bergetar masih setia dengan kepala menunduk, kemudian aku pun segera pergi keluar dorm. "Tak usah kembali bila perlu, dasar benalu!" ucapan Minhyuk hyung yang masih terdengar di indra pendengaranku. Kemudian aku pun semakin menjauh dari dorm, dengan mata yang masih memburam tentunya.
.
.
.
.
.Disinilah aku, di taman dekat dorm yang kemarin, melamun sambil menangis. Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00, sudah tiga jam aku menangis disini, tidak jadi beli makanan, tidak jadi beli obat, belum makan sejak pagi pula. Kepalaku sangat pusing rasanya, lebih-lebih dari tadi pagi, tapi aku masih belum ingin beranjak dari tempat ini. Dan karena tempat ini sepi, aku tak perlu repot-repot menutupi identitasku. Aku ingin pulang, tetapi aku takut hyungdeul sudah kembali dari rumah sakit dan belum berangkat untuk jadwal pribadi mereka. Aku sangat ingin membaringkan tubuhku.
Karena lelah menangis akhirnya aku memutuskan untuk beranjak dari bangku taman menuju rumput dibawah pohon rindang, kemudian merebahkan tubuhku di rumput tersebut, menatap ke langit biru yang sangat cerah. Langit saat itu sangat bertolak belakang dengan perasaanku yang hancur berkeping-keping. Kemudian aku pun memejamkan mataku untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiranku sejenak.
.
.
.Aku membuka mataku perlahan-lahan, kemudian mengerjapkannya berkali-kali. Aku pun tersadar. "Astaga sudah malam, berapa lama aku tertidur disini? Eoh kepalaku semakin pusing dari tadi siang, oh iya aku belum makan apa-apa hari ini. Aku pulang saja deh" lalu aku bangun kemudian berjalan kerarah dorm untuk pulang. Aku melihat jam di ponselku dan sekarang menunjukkan pukul 19.30. Belum telalu malam. 'Hmm... Apakah hyungdeul sudah pulang?'
.
.
.
.
.Saat sampai di dorm aku segera membuka pintu dengan kunci cadanganku-yang diberikan untuk semua member-tanpa mengetuk terlebih dahulu, karena di pikiranku hyungdeul belum pulang. Namun dugaanku salah besar, saat sampai di ruang televisi, aku disambut oleh tatapan-tatapan tajam yang seakan ingin mengulitiku sekarang juga.
"Ohh ternyata kau pulang... Kenapa pulang? Aku mengharapkan kau tak kembali setelah tadi siang padahal," siapa lagi yang dapat mengeluarkan kata tajam seperti itu selain Minhyuk hyung?
"Cepat bersiap, kita akan makan malam di luar bersama manager hyung," perkataan datar dari leaderku setidaknya jauh lebih baik daripada perkataan tajam Minhyuk hyung serta perkataan pedas Ki hyung. "N-nae hyung arraseo.." aku pun segera pergi ke kamarku untuk bersiap.
****
TbcHaduhh gj banget ini tapi semoga suka deh...
Thanks buat Pacar_Kihyun yang udah support aku buat percaya diri sama karyaku sendiri...
Jangan lupa vomment...
Kritik dan sarannya juga...
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT - IM CHANGKYUN [MONSTA X]
Fanfiction"Hyungdeul... kapan aku bisa mendapatkan kasih sayang kalian? Jika untuk mendapatkannya aku harus berkorban bahkan nyawa sekalipun aku mau..." -Changkyun Hanya karena memasuki no mercy di pertengahan acara, Changkyun dibenci hyungdeulnya. Mereka ber...