8

1.7K 51 3
                                    


Senin adalah hari yang sangat membosankan, selain harus bangun pagi untuk berangkat sekolah,hari Senin juga adalah hari yang paling terkutuk dimana hari itu adalah berlangsungnya upacara.

Banyak para murid AHS yang beralasan untuk tidak ikut upacara seperti halnya sakit,ke kantin, bolos berjamaah, bahkan ada yang sampe telat.

Dan hal ini terjadi pada dua sejoli dimana Dhisa dan Rissa berdiri di depan gerbang sekolah tercintanya yang sudah tertutup rapat itu, tandanya bahwa upacara sedang dilaksanakan.

"Ckk, telat lagi!" Decakan yang keluar dari mulut Dhisa

"Dan kali ini gue baru pertama kali ikut telat sama elo Dhis." Gerutu Rissa.

Memang tadi Rissa menjemputnya untuk berangkat bersama, tapi karena kegiatan Dhisa yang begitu lama bahkan membangunkannya pun butuh tenaga ekstra.

Selain itu mobil yang mereka tumpangi pun tiba-tiba berhenti mendadak sehingga mereka terpaksa menaiki angkot dan mobil Rissa pun ditinggalkan di tengah jalan.

Dhisa hanya menampilkan deretan gigi putihnya ketika mendengarkan gerutuan Rissa.

"Kalo aja elo tadi bangunnya cepet kita gak bakal telat Dhis" ungkapnya, sambil mencebik kesal.

"Ngapain salahin gue sih, ini juga salah mobil lo, masa mogok gak tepat waktu banget" ujar Dhisa tak mau kalah.

"Eh, iya gimana nasib mobil lo Ris?" Tanyanya kemudian.

Karena teringat mobilnya Rissa yang mereka tinggalkan ditengah jalan.

"Udah, gue udah ngabarin kang Tamrin buat ambil tuh mobil" ucapnya

"Huh syukur deh kalo gitu," Lirihnya

"Terus kita bakalan disini aja gitu Dhis?" Tanya Rissa

Sejenak Dhisa berfikir untuk mencari jalan pintas agar bisa masuk ke sekolahnya itu, seketika itu juga terlintas sebuah ide."Ikut gue" ajaknya, dan diikuti oleh Rissa.

Disinilah mereka dibelakang sekolah dimana setiap Dhisa telat masuk, dia bakal lewat tembok pembatas ini.

Rissa hanya memincingkan matanya, pikirnya menerawang nih anak bakal nekat naik tembok pembatas gitu, gila..

"Kenapa? Lo gak bisa naik nih tembok?" Tanya Dhisa yang tau akan raut wajah yang dipancarkan sahabatnya itu.

"Jangan gila deh Dhis, kita bakal naik nih tembok? Ya kali kita tuh cewek" ucapnya tanda dia tidak setuju dengan apa yang akan dilakukaan sahabatnya itu.

"Terus kemana lagi, cuma ini satu-satunya jalan yang bakal kita lewati, lagian tenang aja kita manjatnya pake tuh tangga" cerocosnya panjang lebar seraya menunjuk tangga yang tersampir di pohon mangga.

"Ayo, gak da waktu lagi daripada lewat depan terus ketahuan Bu Aneth" ajak Dhisa

"Ini lebih parah Dhis, kalo ketauan gimana biasanya kan tuh guru sering jaga di belakang sekolah"ucap Rissa sedikit was was.

"Gak bakal, semoga aja tuh guru gak ada deh, ayo buruan" ajaknya.

Dan bergegas menuju tembok sambil menyenderkan tangga yang akan mereka pakai, dan terpaksa kali ini Rissa mengikuti arahan Dhisa, jika saja nanti ketahuan sama tuh guru gak segan-segan Rissa mengutuk sahabat semasa kecilnya itu.

Setelah Dhisa naik, di atas tembok kini Rissa yang menaiki tangga itu dengan hati-hati pasalnya ia sangat takut dengan ketinggian.

Sedangkan Dhisa ia sedari tadi melihat keadaan sekitarnya siapa tau ada Bu Aneth yang sedang berjaga, dan kali ini Dewi Fortuna memihak pada mereka berdua, Bu Aneth tidak ada sama sekali di sana dan bahkan para anggota osis pun tak ada yang berjaga sama sekali.

[1]RICSHA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang