29

951 33 0
                                    

Dhisa kini sudah berada di kelasnya dan siap untuk meninggalkan ruangan tersebut karena bel pertanda pulang sudah di kumandangkan sedari tadi.

Saat melangkah ke luar kelas, Dhisa tak sengaja melihat pemandangan yang membuatnya kaget bahkan tak tahu harus mengutarakan seperti apa.

Kini ia melihat sang abang tercinta tengah tertawa terbahak,namun tidak sendiri ada seseorang yang menemaninya, hal itulah yang membuat Dhisa merasa aneh, dan sedikit berpikir bahwa ada sesuatu diantara mereka.

"Gue kok mencium bau-bau pendekatan ya Dhis" Dhisa terkaget tiba-tiba saja ada yang berucap di belakangnya, hampir saja ia tidak latah atau berucap yang aneh-aneh, bisa hancur image nanti jika ia berucap yang tidak-tidak.

"Ngagetin aja lo"ujar Dhisa.
"Sorry, lagian serius banget sih lo liatinnya" ucapnya.
"Tumben elo sendiri Mey, mana si Dea?" Tanya nya pada Meicha yang memang tadi hanya sempat berpas-pasan saja tidak sempat menyapa.

"Udah pulang duluan tadi sama bebebnya"serunya.
Dhisa hanya mengangguk paham.

"Udah sembuh lo" tanya Meicha.
"Sembuh? Emang gue sakit?" Tanya Dhisa kembali sambil memasang wajah cengo.

"Sejak kapan elo lemot kek si Dea?" Tanya Meicha
"Jangan samain sama dia lah gue tuh beda, limited edition tau nggak" oceh Dhisa
"Hahaha model kayak elo di sebut limited edition elo mah emang hampir punah aja" tukas Meicha sambil tertawa bahak.

Dhisa yang mendengarnya mendelik tak terima dan langsung menoyor kepala Meicha.

"Tau ah mending gue samperin tuh dua cebong" ujarnya, dan melenggang pergi meninggalkan Meicha yang mengaduh karena perlakuan Dhisa.

"Ekhemm" deheman Dhisa membuat dua manusia yang berlainan jenis itu menoleh ke arahnya.

"Eh Dhis" sapa cewek tersebut.
"Ada sekandal apa kalian berdua, tumben bisa nempel kek perangko gini?" Ujar Dhisa memulai menginterogasi mereka berdua.

"Kepo banget sih adek tercinta gue ini"seru Revan.
"Bodo amat bang, gue tebak nih ya kalian pasti udah jadian ya" timpal Dhisa

Seketika Revan langsung tertawa bahak dengan ucapan polos dari sang adik tercinta.

"Lah malah ketawa, dasar pe'a" ketus Dhisa.
"Ya udah sekarang gue mau tanya sama elo aja deh ris, elo beneran kan nggak jadian sama nih anak" sambil menunjuk ke arah Revan, Rissa yang mendengarnya hanya memandang Dhisa bingung.

Meicha yang sudah sampai di hadapan mereka bertiga pun langsung memandang Rissa dengan wajah serius.

"Enggak lah Dhis, tadi abang lo cuma mau ngambilin ini aja ke kakak gue" seru Rissa sambil menyodorkan jam tangan yang sering di pakai oleh kakak nya Rissa.

"Kok bisa ada di elo bang? Elo ngambil ya?" Tuduhnya
"Enak aja elo nuduh gue, gue tuh anak baik-baik nggak mungkin lah ngambil jam murah kayak gitu, kalo mau juga mending gue beli ke toko sekalian juga sama toko-toko nya kalo mau dah" cerocosnya.

"Ya siapa tau aja" timpalnya.
"Enggak Dhis, abang elo nggak ngambil ini jam, dia tadi nemuin di kantin, biasa lah kalo kakak gue emang teledor orang nya, gampang lupa" ujarnya.

Dhisa yang mendengarnya pun hanya menganggukkan kepalanya mengerti.
"Tuh dengerin makanya jangan maen nuduh aja" cebik Revan.

"Tapi kok kalian sampe ketawa gitu sih, mana akrab banget lagi" ujar Meicha.
Dhisa langsung mengangguk membenarkan perkataan Meicha.

"Ckk, curigaan banget sih kalian tuh ya, gue sama si Rissa nggak ada apa-apa" tegas Revan dengan muka prustasi nya

"Iya kok beneran, ya udahlah ayo Mei, pulang aja, gue ada janji sama Tante gue" ujar Rissa mengalihkan pembicaraan.

[1]RICSHA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang