17

1.1K 35 0
                                    

Ruang BK adalah ruangan yang sering dijuluki ruangan kramat kenapa kramat?

Itu karena ruangan tersebut seperti tidak layak di tempati tapi anehnya Bu Aneth yang sering berada di ruangan itu selalu bersih dan rapi.

Selain itu juga ruangan tersebut nyaris setiap hari sering dijumpai oleh murid-murid yang tak tahu aturan, seperti saat ini Dhisa dan Bela tentunya.

Tak ada satupun dari mereka baik Bu Aneth,Dhisa bahkan Bela sekalipun untuk membuka pembicaraan nya.

Hingga Bu Aneth menghembuskan nafas lelah dengan sikap mereka berdua bagaikan anak kecil yang memperebutkan mainan pada ibunya ketika melihat kejadian tersebut di kantin tadi.

Hingga Bu Aneth membuka suaranya.
"Apa yang kalian lakukan di kantin tadi hah? Jambak-jambakan kayak anak kecil yang rebutan mainan sungguh memalukan" gerutunya.

Dhisa maupun Bela tidak ada yang menyahut sekalipun. Dhisa, bukan takut yang ia hadapi saat ini, hanya saja ia tak ingin berbicara terlebih lagi ia sudah di tuduh oleh mahluk di sampingnya itu.

Sedangkan Bela, ia sama sekali tak menggubris perkataan Bu Aneth karena sedari tadi ia hanya meremas rok miliknya itu, entah gugup atau ketakutan. Karena pemikiran nya baru pertama kali ia masuk BK dan disidang seperti ini.

"Apa kalian berdua tuli?" Tanya Bu Aneth setengah berteriak.
Jawaban mereka hanya menggelengkan kepalanya.

"Dan kau Dhisa, ibu yakin ini pasti ulah mu kan?" Tuduhnya membuat Dhisa mendongakkan kepalanya.

"Bu, saya berani sumpah ya Bu, dia yang mulai, kalo aja dia gak nyiram minuman saya mungkin saya gak bakal balas Bu" belanya sambil menunjuk ke arah kirinya dimana terdapat makhluk yang benar-benar dibencinya.

"Kalo elo nggak ngempesin ban motor gue kemarin, gak bakal kayak gitu juga" ucapnya membela diri.

"Gue udah bilang seberapa kali sih gue gak tau menahu ya soal ban..." "STOP" Bu Aneth menenghai perdebatan mereka berdua.

Tak habis pikir dengan jalan mereka berdua apa cuma karena ban motor yang kempes saja sampe adu jambak, hal itu membuat Bu Aneth pusing sendiri dengan kelakuan mereka berdua.

"Kalo gitu kamu Bela, apa ada bukti kalo Dhisa yang mengempeskan ban motor kamu?" Tanya Bu Aneth

"Nggak juga sih Bu" ucapnya
"Tapi saya yakin Bu 100% dialah pelakunya Bu,lagian emang dia yang benci sama saya Bu" lanjutnya dengan mantap

Sedangkan Dhisa hanya memandang ke arahnya dengan tatapan datar sedatar datarnya.

"Heh gak ada hubungannya ya gue benci sama elo terus gue ngempesin ban motor elo, sumpah gak ada kerjaan banget bagi gue, capek-capek ngmpesin ban motor lo" ucap Dhisa sakras.

"Ya ada lah elo bisa jadi aja dendam sama gue terus langsung ngmpesin ban motor gue" elaknya

"Heh emang.." "STOP" ucapannya terhenti lagi tatkala Bu Aneth sudah pusing dengan perdebatan mereka.

Kenapa setiap kali Dhisa ingin mengelak ada saja yang membuatnya tak bisa melanjutkan kata-kata pedas yang seharusnya terlontar di mulutnya untuk wanita di samping nya ini.

"Sudah kalo gini caranya kalian berdua bersihkan WC murid perempuan"perintah Bu Aneth

Yang membuat mereka berdua melotot dan hampir saja melayangkan protesannya kalo saja Bu Aneth tidak mengucapkan kata-kata yang menakutkan lagi.

"Tidak ada kata protes sekarang laksanakan atau SAYA TAMBAH HUKUMANYA" serunya dengan penekanan diakhir ucapannya.

"Ini semua gara-gara elo" geram Dhisa.
"Kan salah elo siapa suruh ngempesin ban motor gue" ujarnya dengan mimik muka yang menyebalkan menurut Dhisa.

[1]RICSHA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang