Hari ini Dhisa sudah berdandan rapi dan siap untuk berangkat sekolah. Namun langkahnya terhenti ketika suliet orang ikut nimbrung memenuhi ruang makan.
Disana Eric sudah rapi dengan seragam dan jangan lupa jaket yang melekat pada tubuhnya. Kini sedang berbincang dengan keluarganya dan sesekali tertawa akan candaan yang mereka lontarkan pagi ini.
Seakan ada yang memperhatikan, Eric pun memalingkan wajahnya dan seketika senyumananya terukir di bibir tipisnya.
Dhisa langsung sadar dari rasa kagetnya dan langsung melangkah sambil memasang wajah cerianya.
"Pagi mi, Pi" siapanya.
Matanya langsung menatap Eric yang kini tersenyum ceria ke arahnya."Lo ada disini, ngapain?" Dengan tampang watadosnya Dhisa bertanya seolah ia tidak tau apa-apa tentang kehadiran Eric.
"Jemput elo" ujarnya santai.
"Idih lo kerasukan apa sampe mau jemput nih anak" Revan yang baru datang ikut nimbrung setelah mendengar ucapan yang dilontarkan Eric.Dhisa hanya mencibir pelan atas tingkah abang nya itu, hari ini sungguh moodnya sedang baik dan Dhisa gak mau mood nya hancur cuma karena tingkah abang laknatnya itu.
Namun belum sempat menjawab ucapan Revan seketika teriakan menggema di ruangan tersebut.
"Selamat pagi..." Teriaknya.
Dhisa hanya memutar bola mata jengah. Ini dia penghancur moodnya sekarang yang hadir tanpa diundang dan tidak mengetuk pintu dahulu sebelum masuk apalagi mengucapkan salam pun enggan."Pagi, Dira" sapa Sarah. Ya Dira yang hari ini datang ke rumah keluarga Amartha tanpa di undang.
Kini ia ikut duduk disebelah Eric tentunya, sedangkan Dhisa mengambil disebrangnya, sehingga mereka seperti sedangan berhadapan. Sedangkan Revan ngambil di sisi Dhisa.
"Eh ada Eric juga, jemput siapa ric" tanya nya
"Yang jelas bukan jemput elo dir, jangan geer ya" celetuk Revan yang membuat Dira memajukan bibirnya."Gue bukan nanya elo, Van" ketus Dira.
Dhisa hanya diam tanpa ikut bersuara,sambil mengoleskan selai cokelat nya ke roti miliknya."Ihh Dhis, bukannya elo mau berangkat bareng gue ya" ucap Dira yang melihat Dhisa sedari tadi hanya diam tanpa ikut berbicara sekalipun.
"Gue, mau sama Eric aja dir, lo sama Abang gue aja ya" Eric yang dipanggil pun langsung menoleh dan tersenyum penuh arti.
"Idih ogah kalo sama Revan mah" rengeknya.
"Emangnya gue semeyeramkan apa sih sampe-sampe lo gak mau berangkat bareng gue, dir?" Ujar Revan sambil memasang wajah sok mendramatis."Alah bang lo gak pantes masang wajah kek gitu, alay tau dilihatnya" cibir Dhisa, yang membuat Revan hampir saja mengumpat kasar.
Sedangkan Sarah dan Andreas hanya menggelengkan kepalanya dengan sikap empat remaja di hadapan mereka, sungguh hal itu membuat mereka nostalgia akan masa SMA nya mereka.
"Ya udah mi, Pi, kalo gitu Dhisa berangkat dulu ya" ucapnya sambil beranjak dan tak lupa ia menyalami tangan Sarah dan Andreas.
"Iya hati-hati ya sayang" ujar Sarah.
"Kalo gitu Eric juga berangkat Tante,om" seru Eric.Mereka berdua pun bergegas setelah berpamitan dengan Sarah dan Andreas. Dira yang melihat semuanya pun hanya menatap kepergian Eric dan Dhisa dengan tatapan yang sulit dibaca.
Dan tanpa diduga Dira pun langsung menyusul mereka. Namun sebelumnya mereka sempat berpamitan dengan Sarah dan Andreas.
Revan yang melihat itu hanya menatapnya nanar. Dan mengedikkan bahunya tak acuh.
"Dhisa, Eric gue ikut sama kalian aja" seru Dira yang memang Eric hari ini bawa mobil miliknya.
Dhisa yang baru saja mau menutup pintu mobil memandang ke arah Dira dengan sorot datar, dan Eric tentunya hanya diam memandang mereka berdua.
Sebelum mendapat izin dari sang punya mobil Dira langsung masuk ke bagian belakang dengan tampang watadosnya.
"Ya, gak papa kan gue ikut kalian, kalo sama Abang lo rese, nanti dikira kita pacaran deh kan bang lo bakal bawa motor hari ini" serunya.
"Serah, ayo jalan ric" ucap Dhisa tanpa ingin berkomentar banyak. Biarkan saja toh hari ini ia tak ingin berceloteh panjang lebar dengan sepupu cemprengnya itu.
Eric pun langsung menjalankan mobil miliknya yang siap membelah jalanan yang masih lenggang tidak padat akan kendaraan yang hilir mudik.
Tak butuh waktu lama hanya sekitar 25 menit mereka sampai di sekolah AHS.
Tepat ketika mereka keluar mobil, mereka mendapat tatapan bertanya dari beberapa murid yang memang sudah banyak menginjakan kaki di koridor sekolah.
Dhisa yang melihat itu hanya menatap mereka jengah, sedangkan Dira sudah dadah dadah gak helas, Eric tentunya hanya tersenyum tipis ke arah Dhisa.
Mereka pun melangkah bersama Manuju kelas mereka, yang tentunya Dira berada di belakang Dhisa dan Eric.
Saat ini mereka bertiga menjadi sorotan dari murid-murid yang sudah tampak memenuhi koridor.
Dira kesal sedari tadi dia hanya dibelakang mereka berdua. Dengan watadosnya Dira pun mengehentikan langkah mereka berdua dengan menempatkan badan mungilnya ditengah-tengah mereka.
Dhisa yang melihatnya pun hanya memutar bola mata malas melihat tingkah Dira yang bisa membuat mood nya hancur seketika.
"Ihh kalian enak-enak ya jalan berdua, mana didepan lagi, lah gue kayak pembantu kalian aja tau jalan dibelakang" Dhisa menghentikan langkahnya dan diikuti Eric ketika Dira sudah mencak-mencak gak jelas di koridor.
"Emang suruh siapa lo jalan dibelakang hem?" Tanya Dhisa yang kini sudah kesal.
"Ih kalian nya aja yang gak peka" ucapnya kesal.
"Sumpah ya lo kayak gini tuh kayak anak yang minta permen ke ibunya, ijik gue liatnya"seru Dhisa."Lagian ya kalo emang elo mau pergi ke kelas duluan ya sana duluan, dasar hama pengganggu" sakras Eric.
Dira yang mendengarkan langsung cemberut dan menunduk. Apa benar dia hanya pengganggu lagian kan dia juga ingin punya temen yang selalu mengerti semua fisiknya.
Dhisa yang melihat pun hanya menggelengkan kepalanya dan menoleh ke arah Eric dengan tampang garang. Walaupun Dira begitu chilids dan sering membuatnya repot, iya sebenarnya sayang dan tak ingin sepupu tersayang nya ini tersakiti atau terluka sekalipun.
"Ric, elo kasar banget sih" tukas Dhisa.
"Ya emang bener kan kalo dia cuma hama pengganggu, yang kerjaannya cuma ganggu orang aja"tuturnya."Iya deh maafin gue kalo emang gue itu menurut kalian hama pengganggu, gue gak bakal ganggu kalian lagi" ucap Dira sendu dan melangkah pergi dari hadapan mereka berdua.
"Ckk, ah ngambek kan jadinya, lo tau kalo dia ngambek itu susah buat diajak bicara apalagi memaafkan, lo harus tanggung jawab"kesalnya dan berlalu dari hadapan Eric yang kini menatapnya bingung.
"Kok jadi gue sih yang disalahin" gumamnya.
"Ahh, emang bener kalo cewek itu gak pernah salah" gerutunya dan melenggang pergi dari koridor menuju kelasnya.👑👑👑
Haloooooo gimana kabar kalian? Pastinya baik.. dan semoga terus baik..
Alhamdulillah chapter ini selesai walau ada sedikit kendala.. yaituuuuu
Telat update 😌 maaf ya gaes aku tuh lagi bingung aja mau lanjut apa berhenti.. klo berhenti sayang kan kan..
Jadi lanjut aja deh ya walaupun part-nya sedikit..Hapunten nyaa🙏😁
Makasih buat kalian yang para readers ku yang setia.. yang mau nunggu cerita aku sampe selesai...😘
Jangan bosen" yaa😂Udah gitu aja panjang lebar dari aku... Happy reading gaes😘 jangan lupa buat coment and vote nya yaa.. dan jangan lupa buat klik tombol bintang 🌟 kecilnya 😁
And and... The next chapter gaess😘 love you all😘Salam manis
#robiahmahmudah

KAMU SEDANG MEMBACA
[1]RICSHA ✓
Diversos[COMPLETED] Ini dulunya cerita ' Eric' terus aku ganti dengan ' Ricsha' Jika sikap saja saling tolak-menolak apakah hati bisa tarik-menarik? Cerita klise dari cewek bar-bar yang diam-diam suka sama pangeran sekolah, jangan salahkan jika hatinya mema...