28

892 29 0
                                    

Hari ini Dhisa berada di perpustakaan entah apa yang dilakukannya, yang jelas ia ingin jauh dari jangkauan teman-temannya bahkan dari Eric sekalipun, ia memang sengaja menjauh dari mereka sejak kejadian kemarin, bahkan ia juga mendiamkan Eric dan Dira sekalipun.

Entah karena hal apa, yang jelas ia melakukan hal ini karena dari bujukan pikirannya bukan dari hatinya sendiri.

Bahkan sekarang pun ia sudah 3 jam berada di ruang perpustakaan hanya duduk diam dengan tatapan kosong.

Memang hari ini kelasnya free sehingga semua murid bebas kemana saja yang mereka inginkan, asalkan jangan pulang ke rumahnya masing-masing saja. 😂 *Lanjut

Merasa sudah bosan, Dhisa pun melakukan aktivitas membaca buku walaupun ia tak suka membaca buku,hanya saja untuk menghilangkan rasa bosan.

"Ckk, nih buku pelajaran semua dah, gak ada novel lagi, bosen gue liatnya" gerutunya saat mencari buku yang menurutnya mudah untuk dibaca.

"Andai aja kepala sekolahnya peka, beliin kek novel biar gak boring-boring amat" tuturnya, sambil memegang buku sejarah usang yang sering di bawa oleh pak Bobi.

"Tau ah gak ada yang menarik"ujarnya dan berbalik menuju tempat yang tadi ia duduki.

Memang saat ini di perpustakaan hanya ada sebagian murid saja yang berkunjung. Sehingga memudahkan Dhisa untuk tidur siang saat ini juga. Dia pun mengambil bagian paling belakang dan strategis yang sering di gunakan para murid malas yang memang notabennya sering menggunakan perpustakaan ini untuk tempat tidur. Dan Dhisa bukan termasuk dari jajaran mereka, wlaupun sering usil dan sering terlambat masuk.

Namun saat ingin tertidur, tiba-tiba saja sebuah benda dingin menempel di dahinya dan membuatnya menenggakkan kepala  melihat siapa yang melakukan hal itu padanya.

Sosok cowok jangkung kini tengah tersenyum ke arahnya sambil memegang eskrim cup, yang tadi ditempelkannya di dahi Dhisa.

Sedangkan Dhisa hanya menatapnya datar dan memalingkan wajahnya.

"Ngapain lo ke sini?" Tanya Dhisa cuek
"Mau ketemu sama elo, emang gak boleh ya?" Tanya nya balik.

"Gak jelas" ketusnya.
"Ini udah jelas kok gue pengen ketemu sama elo Dhisa" tuturnya dengan nada lembut. Yang membuat Dhisa mengulum bibir menahan tawanya.

"Kalo mau ketawa, ketawa aja neng jangan ditahan, nanti kalo keluarnya di belakang gimna?" Humornya.
"Gak lucu" tukas Dhisa.

"Gue tanya mau ngapain elo kesini sih ric?" Tanya nya sekali lagi pada makhluk yang kini ikut duduk di hadapannya sambil bersedekap.

"Gue... Mau.. apa ya tadi, kok lupa ya" ujarnya sambil pura-pura berpikir.
"Gak jelas , kalo emang gak ada sesuatu yang ingin lo sampein ke gue udah sana mending pergi aja, ganggu orang yang mau tidur aja" sakras Dhisa.

"Kok ngusir sih jadinya, lagian ya.. ini perpustakaan bukan tempat tidur kayak di rumah elo" ujar Eric.
"Ih, ya suka-suka gue ya.. emang elo siapanya gue, kok ngatur-ngatur sih" sindirnya.

"Iya sih emang hari ini gue bukan siapa-siapa nya elo, tapi entah besok dan seterusnya"gumamnya, namun masih di dengar oleh Dhisa.

"Ha maksud elo?" Tanya nya bingung.
"Gak ada maksud" ucap nya cepat.

Dhisa yang mendengarnya hanya memutar bola mata malas.

"Udah sana pergi lo, lagian kan elo kesini gak ada tujuan apa-apa kan?" Eric yang mendengarnya hanya menghela nafas lelah.

"Gue kesini mau minta maaf sama elo" ucapnya, dan membuat Dhisa menautkan alisnya agak bingung. Sejenak kok Dhisa jadi lemot ya kek Dea. Wkwkwk. Ok sorry authornya lagi gaje ini. Lanjut.

[1]RICSHA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang