Selamat membaca🤗
___________Saat ini Eric dkk sedang berada di kantin,bukan sedang membolos tapi memang hari ini free kelas, karena acara kemarin ditambah hari ini para gurunya sedang diadakan rapat. Sehingga mereka berempat menginjakan kakinya di kantin AHS ini.
Hey.. si nopal...
Jangan menyerah,ayo sekolah,jangan menyerah..
Karena hujan aja...
Bawa payungnya.. pakai sweater nya.. plastikin tasnya.. jangan lupa doa...Sya..lalalalala..
Hiya-hiya kontet...Dimas menyanyikan lagu si nopal tersebut dengan suara lantang,sehingga mengundang tawa dari ketiganya. Memang Dimas lah satu-satunya yang paling kocak diantara mereka, dialah yang sering membuat teman-temannya ketawa receh seperti saat ini.
Tak luput dari itu dia pun tak punya rasa malu sama sekali, saat menyanyikan kartun si nopal tadi, mereka terutama Dimas yang menyanyikan nya dengan lantang dan logat nya hampir mirip dengan serial kartun si nopal tersebut,tak dipungkiri semua murid yang sebagian berada di kantin pun ikut mentertawakanya. Aksi konyolnya itu kadang membuat orang sampe tidak bisa berhenti untuk tidak tertawa.
Bahkan Dhisa dan teman-temannya yang baru saja datang dari kantin ikut tertawa karena aksi Dimas tersebut.
"Gue kok punya temen kayak gini banget ya" ucap Rio di tengah tawanya.
"Hey jarang ada temen kayak gue yang mau mempermalukan dirinya hanya untuk membuat teman yang lainnya tertawa" seru Dimas dengan masih fokus pada layar ponsel miliknya"Alah bacot lo, bilang aja mau pencitraan di depan banyak orang" ucap Eric sambil menoyor kepala Dimas.
"Nggak juga buat apa gue mau pencitraan Ric, kalo mau gitu mah dari dulu kali"timpalnya"Eh lagian ya suara lo tuh kurang bagus pantes aja banyak yang ngetawain elo dim" kali ini vino yang bersuara
"Kata siapa kurang bagus, suara gue itu serak serak basah kayak Shawn Mandes"serunya membanggakan diri"Heh masih bagusan Shawn Mandes kali dari pada elo" timpal Rio dan hal itu diangguki oleh vino
Sedangkan Eric sedari tadi ia memperhatikan meja kantin sebelah kanannya dengan mata yang sulit diartikan, hal itu membuat Dimas,dan yang lainnya berbicara tanpa suara.
Eh tuh anak kenapa?
Mungkin seperti itu yang ditanyakan oleh Dimas kepada kedua temannya itu. Sedangan Rio dan Vino hanya mengedikkan bahunya tanda tak tahu.Dengan muka penasarannya, Dimas langsung mengikuti arah pandang Eric. Seketika ia tersenyum miring tercetak di bibir nya entah rencana apa yang akan ia lakukan untuk membuat seisi kantin heboh?
"Ekhemm, dia gak bakalan ilang kok, liatinnya serius amat mas" seru Dimas dan hal itu membuat Eric terlonjak kaget pasalnya ia hampir saja bertabrakan dengan muka Dimas.
"Ngagetin aja lo dasar kutil badak" kesalnya.
"Hahhaha biasa aja kali muka lo" ucapnya sambil tertawa.
"Mau gue panggilin ke sini Hem?" Lanjutnya dengan menaikkan kedua alisnya dengan menggoda Eric."Apaan sih lo" serunya cepat dengan gurat wajah yang tampak sedikit risih jika benar yang akan dilakukan Dimas bisa gawat kalo sedari tadi memang dia memandang meja kantin yang tengah diduduki Dhisa dkk.
"Eh Dhisa" teriaknya dan hal itu membuat Dhisa serta teman-temannya menoleh ke asal sumber suara, dan diikuti oleh penghuni kantin lainnya.
Sedangkan Dhisa hanya menautkan alisnya nampak bingung dan sekejap dia langsung menunjuk dirinya sendiri dengan wajah polosnya.
"Iya, siapa lagi kalo bukan elo, sini gabung aja" ajaknya
Dan hal itu membuat Dea menarik tangan Dhisa antusias ingin menuju tempat duduk Eric dan kawan-kawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]RICSHA ✓
Aléatoire[COMPLETED] Ini dulunya cerita ' Eric' terus aku ganti dengan ' Ricsha' Jika sikap saja saling tolak-menolak apakah hati bisa tarik-menarik? Cerita klise dari cewek bar-bar yang diam-diam suka sama pangeran sekolah, jangan salahkan jika hatinya mema...