27

918 33 0
                                        

Pagi ini Dhisa membawa mobil sendiri karena hasil bujukannya kemarin pada sang papi, mau tak mau papinya pun mengiyakan Dhisa membawa mobil pemberian dari kakeknya dua tahun yang lalu saat ulang tahunnya.

Kini Dhisa berangkat bersama Dira tentunya dia dipaksa harus menjemputnya, apa boleh buat jika sudah berhadapan dengan egonya Dira, Dhisa pun mengalah.

Keduanya pun turun dari mobil setelah sampai dilahan parkir khusus mobil. Hari ini mereka berangkat agak siangan, dan tentunya sekolah sudah penuh dengan murid-murid yang memang anak rajin.

Sehingga ketika mereka keluar dari mobil banyak pasang mata yang melirik ke arah mereka.

Yang membuat Dhisa jengah dengan tingkah siswa siswi disini, kenapa setiap orang keluar dari mobil mewah harus diperhatikan seperti itu. Seolah sekolah mereka kedatangan artis ternama.

Namun beda hal nya dengan Dira dia langsung dadah-dadah sambil melayangkan kiss nya ke para siswa yang melihat mereka tanpa berkedip.

Walaupun Dhisa banyak yang membencinya karena keusilannya disekolah,justru itu beda dengan kaum Adam, mereka justru sebaliknya menyukai, bahkan kelas 10 lalu Dhisa ditembak di depan umum namun hal itu ditolak mentah oleh Dhisa.

Dan sampai sekarang masih banyak yang sering mengirim bunga atau coklat, bahkan sampe eskrim kesukaannya, ke dalam loker miliknya, hanya saja makanan tersebut sering ia bagi pada sahabat-sahabatnya.

Seperti pagi ini, ketika ia sampai di depan lokernya, terdapat sebuket bunga mawar dan coklat. Entah siapa yang mengiriminya hal seperti ini, Dhisa hanya menatapnya datar, dan hampir saja membuang bunga yang digenggamnya ke tong sampah, jika saja Dira tidak mencegahnya. Dan kini lah bunga tersebut dibawa oleh Dira ke kelasnya, beserta coklat yang seharusnya untuk Dhisa.

Hal itu Dhisa hiraukan saja toh masih ada yang mau benda-benda tak berguna itu.

"Untung gue bawa nih bunga kalo engga mungkin udah elo buang,kan sayang Dhis" ujar Dira sambil memegang bunga mawar merah yang memang tadi ada didalam loker Dhisa.

"Lagian ya elo tuh Dhis, jangan cuek banget sama cowok ihh, gimana nggak jomblo kayak gini sikap lo aja buat gue geram tau nggak, padahal kan elo cantik, pinter nyanyi lagi..."

"Ya udah kalo elo mau sana jadian aja sama yang ngasih bunga sama nih coklat, susah amat" potong Dhisa.

Dira hanya mencibir setelahnya dan masuk ke kelas mereka.

Rissa, dan Meicha yang melihat itu pun terkaget ketika Dira membawa sebuket bunga mawar dan juga batang coklat.

"Wih, udah banyak fans aja lo dir, dikasih sama siapa tuh bunga sama coklat"seru Meicha setelah Dira dan Dhisa sampai di hadapan mereka.

"Ini, ya iya dong jelas gue udah banyak fans, secara kan gue cantik dan baik hati" akunya.

"Idih, ngaku-ngaku lagi dasar pe'a" cibir Dhisa.
"Ih emang iya kan" ujar Dira.
"Serah elo lah gue mah ngikut aja" tukasnya.

"Hahah palingan itu milik Dhisa terus elo ngaku-ngaku lagi" tutur Rissa.
Yang mendapat anggukan dari Dhisa.

Dan tentunya Dira hanya memajukan bibirnya karena telah ketahuan berbohong.

Seperti ada yang kurang Dhisa pun memandang bangku depan nya yang kosong tanpa ada sosok Dea di sana.

"Tumben nih anak belum berangkat" ucap Dhisa.
"Emang dia gak bakal berangkat kok, gue sendiri sekarang duduknya" seru Meicha dengan tampang sedihnya.

"Gak berangkat?" Tanyanya sambil mengernyitkan bingung.
"Iya, neneknya yang di Jogja sakit, jadi dia izin sekarang sampe tiga hari mungkin di sana nya" timpal Rissa.

Dhisa hanya ber oh ria mengiyakan ucapan Rissa setelahnya.

Tak lama bel masuk pun berbunyi dan setelahnya pak Toyo selaku guru matematika masuk dan siap memulai pelajaran nya.

👑👑👑

Setelah pelajaran matematika berakhir Dhisa pun pergi menuju loker mengambil pakaian olahraga miliknya yang sering dia simpan di sana.

Dira yang tertinggal di belakang pun langsung menyusul dengan larinya.

Namun belum sempat genap langkahnya tiba-tiba saja dia dikagetkan sebuah bola yang hampir saja mengenai kepalanya jika saja Eric tidak sigap untuk menarik Dira kepelukannya.

Jeritan histeris yang tadinya menggema kini terdiam terpaku ke arah mereka berdua terutama Dira yang benar-benar tak bisa berkutik di dekapan Eric.

Dhisa yang melihat kejadian itu hanya mematung di tempat dengan tatapan yang sulit diartikan.

Kini semua mata tertuju pada Dhisa, dengan tatapan iba, karena semuanya tau jika yang sedang dekat dengan Eric itu Dhisa.

Dhisa yang kini jadi tatapan seluruh anak AHS pun langsung sadar dan melengos pergi berlawanan arah tanpa mengambil pakaian olahraganya. Yang tadinya berniat untuk mengambil pakaian olahraganya di loker kini berbalik pergi tanpa membawa apa-apa dengan tatapan kosong.

Rissa dan Meicha yang memang tadi ada di sampingnya kini hanya memandang punggung Dhisa dengan tatapan iba.

Dira yang sadar akan keheningan disekitarnya langsung tersadar. Dan langsung melepaskan pelukan Eric.

Tentunya Eric merasa bodoh kali ini, entah apa yang akan dilakukan selanjutnya, ia hanya pasrah jika Dhisa memang membencinya nanti.

Dira melihat kepergian Dhisa tanpa membawa pakaian olahraganya dan itu membuatnya bersalah kali ini.

Bahkan Dimas dan yang lainnya yang memang notabennya berada di lapangan memandang kepergian Dhisa dengan tatapan sedih.

"Kasihan Dhisa" seru Rio. Dan hal itu diangguki oleh Vino dan Dimas.

Namun lain hal nya dengan seseorang dari balik jendela kelasnya kini tersenyum misterius melihat insiden bola basket yang menurutnya menarik.

👑👑👑

Haiii Alhamdulillah selesai juga part ini..
Makasih buat kalian yang selalu setia membaca cerita aku..
Dan jangan pernah bosen-bosen sama bang Eric nya yaa🤗

Selamat berlibur gaess 😁
Jangan lupa buat coment and vote nya yaa dan jangan lupa buat ingetin aku kalo banyak TYPO yang bertebaran di sana gaes🤗

Oke see you and the next chapter gaess 😘
Happy reading 🤗
Salam manis
#robiahmahmudah

[1]RICSHA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang