32

837 25 2
                                    

Langkah Dhisa menggema di koridor sekolah. Setelah berbincang dengan Andre di kantin, ia langsung bergegas ke kelasnya untuk menanyakan hal yang tadi ia perbincangkan dengan teman semasa SMP-nya itu.

Dalam langkah ia melamun tak menyahut walau ada yang menyapanya, pikirannya kini terarah pada ucapan Andre tadi, apakah benar teman-temannya yang menyebarkan berita tak nyata itu? Atau hanya lelucon saja?

Sesampainya di depan pintu Dhisa mengedarkan pandangannya mencari teman-temannya yang sedari tadi hanya duduk berbincang tidak jelas tanpa kehadirannya.

Ia pun berjalan dengan tatapan lurus dengan langkah yang sedikit gontai.

"Mey, lo nyebarin apa sih ke seluruh angkatan kita?" Tanya Dhisa to the point.

Meicha yang sedari tadi berbincang dengan Rissa dan Dea pun menengok sepenuhnya ke arah Dhisa dengan kening berkerut.

"Hah, nyebarin? ?" Tanya nya balik
Dhisa yang mendengarnya hanya berdecak kesal.

"Elo ngomong apa ke seluruh anak sekolahan, hah kenapa si Andre bisa tau soal berita gak bener dari elo, kalo gue dah jadian sama si Eric" ujarnya dengan wajah kesal.

Meicha yang masih mencerna perkataan Dhisa pun langsung mengerti dan terkekeh pelan.

"Emang kenapa? Bukannya elo seneng kan? Biar sepupu elo itu gak ngambil dia dari elo, Dhis" lanjutnya.

Untungnya yang dimaksud oleh Meicha tidak ada di kelas saat itu juga, sehingga Meicha leluasa untuk mengolok-olok sepupu Dhisa itu.

Sedangkan Dea dan Rissa, mereka hanya terdiam tak mau ikut menyahut masalah ini. Seolah masalah ini, sudah di rancang sedemikian rupa.

"Ngapain bawa-bawa Dira? Biarin aja suka-suka dia kali, lagian gue gak cemburu juga kalo emang Dira deket-deket sama Eric, terus masalah elo apa, kok malah elo yang gak suka gitu sih?" Tanya Dhisa.

Meicha yang mendengar penuturan Dhisa hanya memutar bola matanya.
"Gue cuma nolongin lo doang kok Dhis,"

"Nolongin juga gak seharusnya elo ngadu domba Dira yang aneh-aneh Mey" timpal Dhisa.

"Gue gak sama kali adu domba dia kok, emang fakta"ketusnya.

"Udahlah jangan tengkar gini lagian ini masalah sepele, jangan dibesar-besarin,Dhis, Mey" seru Rissa yang sudah tak tahan akan situasi ini.

"Gue temen elo Dhis, sekaligus sahabat elo, gue gak mau elo disakiti sama orang lain apalagi sepupu elo." Tutur Meicha.

"Dan tentunya gue yang lebih tau gimana sikap Dira Mey, lebih baik elo jangan ikut campur" ujar Dhisa lirih.

"Cih, itu jawaban terimakasih elo sama kita Dhis, gue kecewa sama elo" ucapnya dengan menatap nanar ke arah Dhisa.

Dan setelahnya bel masuk pun berbunyi diikuti Dira yang baru masuk kelas dengan menatap heran Dhisa yang duduk paling belakang dan raut wajah Meicha yang mengeruh.

Namun setelahnya dia tak menghiraukan masalah itu dan lebih memilih duduk di bangkunya.

👑👑👑

Setelah pertengkaran kecil di kelas tadi Dhisa langsung tunggang langgang meninggalkan teman-temannya saat bel pulang berkumandang.

Bahkan abangnya pun sudah pulang lebih dulu tanpa mengabarinya sama sekali.

Dan tepat saat di depan gerbang, Alex yang baru saja akan keluar bersama motor miliknya itu, berhenti dan menawarkan Dhisa untuk pulang bersama.

Awalnya Dhisa menolak, namun karena ia tak mau menunggu gojek yang ia pesan tadi, langsung saja ia mendarat di jok paling belakang dan ikut pulang bersama Alex.

Namun bukannya pulang, Alex malah mengajak Dhisa ke cafe Monalis, dekat dengan perumahan elite yang resmi dibuka seminggu yang lalu.

"Elo kenapa? Kayaknya ada masalah?" Tanya Alex

Dhisa tak banyak bicara dia hanya menggeleng sebagai jawaban, entah kenapa pertengkaran beberapa jam lalu dengan Meicha tadi masih terlintas di pikirannya.

"Elo nggak papa kan?" Tanya Alex lagi.

Masih dengan jawaban yang sama Dhisa hanya menggeleng, dan sesekali menyeruput es choco milknya.

"Dhis..."
"Gue gak papa Lex, thanks lo udah cemaisn gue" potong Dhisa dengan wajah datarnya.

"Oh, oke" singkat Alex.

Dan setelahnya kesunyian menyelimuti mereka berdua. Hanya sesekali helaan nafas terdengar dari Alex.

"Emm, Lex, gue boleh nanya sesuatu?" Tanya Dhisa
"Hm apa?" Tanya nya balik.

Sebelum berucap Dhisa mengela nafas terlebih dulu sambil menetralkan detak jantung yang tak karuan takut-takut ucapan yang ia utarakan nanti menyinggung Alex.

"Elo tuh ada masalah apa sama Eric, gue liat elo kayak yang gak suka sama dia?" Tanya Dhisa sambil memandang cemas ke arah Alex.

Alex, dia hanya memandang jalanan di samping kirinya, karena posisi mereka berada tepat jendela yang mengarah langsung ke jalanan yang penuh dengan hilir mudik kendaraan.

"Gue, sama dia?" Tanya nya balik dengan tatapan datar, Dhisa hanya menganggukkan kepalanya.

Selanjutnya Alex menghela nafas pasrah  dan melanjutkan perkataannya.

"Masalah besar" ucapnya singkat.
"Masalah... besar?" Tanya bingung
Alex hanya mengangguk.

"Dia pernah membuat seseorang yang gue sayangi pergi untuk selamanya" kini tatapan dia beralih menatap hidangan didepannya dengan tatapan sendu.

"Maksudnya gimana?" Tanya Dhisa kembali.

Namun belum sempat dibalas pertanyaan nya itu tiba-tiba saja hape Alex berbunyi, dan setelahnya dia memberitahu agar pulang lebih cepat.

"Pulang" ucapnya singkat.
Dhisa yang mendengarnya hanya mengangguk pasrah, dan kesempatan untuk bertanya pun ia urungkan, mungkin dilain kesempatan ia bertanya kembali.

Mereka pun pergi tunggang langgang dari cafe tersebut, dengan Alex yang mengantarkan pulang Dhisa dengan selamat.

👑👑👑

Selamat membaca gaes🤗

#robiahmahmudah




[1]RICSHA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang