Happy reading...
_____________________Dhisa masih berada di toilet perempuan, ia tak ingin keluar sebelum bel pulang berakhir.
Jadilah ia hanya terduduk diam dengan tatapan kosong, dan juga mata yang sembab. Di kondisi seperti ini biasanya Revan, sang abang datang dan menenangkannya.
Namun lain ceritanya, Revan sama sekali tak ada bahkan disaat-saat genting seperti ini. Hingga pintu toilet terbuka memunculkan sosok cewek kacamata dengan mata sipitnya. Menghampiri dan memeluk Dhisa saat itu juga.
"Kenapa Ya, kenapa mereka berubah, apa salah gue sama mereka," Dea hanya bisa mengusap punggung Dhisa terdiam tak mampu menyahut.
Sungguh hal ini diluar nalarnya, kenapa harus sebegitu ekstrem membuat Dhisa menangis parah seperti ini.
****
Lain halnya dengan Eric dan teman-temannya kini tengah kumpul di sebuah cafe dekat dengan sekolahan mereka. Sambil berbincang melanjutkan rencana mereka, fokus mereka terpecah ketika Meicha merengek tak jelas.
"Ckk, gitu aja lebay banget sih," ujar Rio
"Elo gak tau gimana kejadianya bambank" teriak MeichaRevan yang melihatnya hanya menghembuskan nafas lelah, pikirannya tertuju pada sang adik yang entah sekarang sedang melakukan apa, ya walaupun ada satu teman mereka yang tak ikut serta di sini untuk menemani Dhisa.
"Jangan dipikirin Van, gue yakin Dhisa bakal baik-baik aja disana juga ada Dea, yang bakal nenangin dia." ucap Rissa
Revan hanya mengangguk pasrah setelah mendengarkan ucapan Rissa.
"Ya udah sekarang giamna selanjutnya?" Kini Dira angkat suara.
" Langsung kerumah Dea aja!" timpal Dimas.
"Iya bonyok gue nya juga udah ada di lokasi," ujar Revan
"Eh tapi Dhisa gimana?" Tanya Vino"Tenang Dea tadi udah chat gue, mereka lagi ada di mall pusat kota" sahut Meicha.
"Kalo begitu ayo langsung ke TKP aja." Semangat Dira membara, membuat yang lainnya langsung bangkit dari tempat duduk mereka dan bergegas menuju kediaman rumah Dea .
"Eh bentar si Eric kemana?" Tanya Rio yang baru sadar akan ketidakhadiran Eric disana.
Yang lainnya pun ikut berhenti memandang Rio yang sama dengan wajah bingung mereka. Pasalnya sedari tadi Eric berada di antara mereka namun menghilang secara tiba-tiba.
"Eh iya, tuh bocah kemana?" Tanya Meicha
"Kayaknya lagi ke toilet deh," sahut Vino"Eh bentar..." Dimas berhenti sejenak sambil mengecek handphone yang sepertinya ada notif masuk.
"Ada apa?" Tanya Dira
"Nih si Eric chat gue, dia bilang kita duluan aja." Ungkap Dimas"Dasar onta Arab, kenapa tuh orang gak bilang dari tadi," seru Meicha dengan sedikit emosi.
"Udah jangan kesel gitu, kita jadi nggak nih ke rumah Dea?" Ujar Dira
"Ya jadilah..." Tukas Meicha
"Ayo dari tadi kalian diem aja disini gimana mau nyampe coba!" tandas Rissa, membuat semua orang meringis.Selanjutnya mereka pun bergegas ke mobil mereka masing-masing dan melanjutkan perjalanan menuju rumah Dea.
****
"Deaaaaa...." Semua pengunjung yang ada di cafe tersebut menengok ke sumber suara.
Mereka kini berada di mall pusat kota yang notabenenya mall tersebut kini tengah di adakan perayaan anniversary ke 17 tahun mall tersebut. Bahkan mall tersebut membuat diskon besar-besaran kepada pengunjung, hitung-hitung memberi kesan kebahagiaan mereka khususnya para karyawan dan direktur mall pada pengunjung.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1]RICSHA ✓
Casuale[COMPLETED] Ini dulunya cerita ' Eric' terus aku ganti dengan ' Ricsha' Jika sikap saja saling tolak-menolak apakah hati bisa tarik-menarik? Cerita klise dari cewek bar-bar yang diam-diam suka sama pangeran sekolah, jangan salahkan jika hatinya mema...